Yogyakarta (ANTARA) - Tim Sinergi Nyawiji dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggelar kegiatan yang bertujuan membangkitkan kembali tata krama dan pelestarian budaya kepada anak-anak di Dusun Tamanan, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.
Tim yang beranggotakan lima mahasiswa UGM dari berbagai fakultas tersebut menggandeng Sanggar Pembinaan Budi Pekerti dan Pelestarian Budaya Memetri Wiji.
Ketua Tim Sinergi Nyawiji Afila Nisa mengatakan, pengenalan budaya dan tata krama kepada anak-anak di Dusun Tamanan dilakukan dengan menggunakan Bahasa Jawa sebagai bentuk pelestarian kebudayaan Jawa.
"Menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan, interaktif, dan fleksibel membuat anak-anak Memetri Wiji lebih antusias dan bersemangat," katanya.
Materi yang disampaikan berupa macam-macam rumah adat, pakaian adat, alat musik tradisional, tarian adat, aksara jawa, dan tata krama dengan memggunakan alat peraga seperti kartu dan permainan ular tangga.
"Anak-anak juga diajak untuk praktik langsung untuk menulis aksara Jawa," katanya.
Selain pengenalan budaya, anak-anak di Dusun Tamanan juga dikenalkan mengenai isu penanganan sampah.
Menurut dia, anak-anak diajarkan tentang prinsip "Reduce, Reuse, Recycle" serta melakukan praktik langsung tentang memilah sampah serta botol plastik.
Tim Sinergi Nyawiji UGM terdiri atas lima mahasiswa, yakni Afila Nisa dan Dini Aurellya (Fakultas Teknik), Dorothea Eudora (Fakultas Geografi), Canesha Louise (Fakultas MIPA), serta Fella Sulfa (Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Pengelola dan pengajar Sanggar Memetri Wiji Nur Khayati menyambut baik kegiatan yang digelar oleh mahasiswa UGM tersebut.
Ia berharap program tersebut memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang potensi yang ada di Dusun Tamanan.
"Setelah program dari teman-teman mahasiswa ini selesai diharapkan akan terus berlanjut oleh para remaja pengampu di sanggar ini," katanya.
Tim yang beranggotakan lima mahasiswa UGM dari berbagai fakultas tersebut menggandeng Sanggar Pembinaan Budi Pekerti dan Pelestarian Budaya Memetri Wiji.
Ketua Tim Sinergi Nyawiji Afila Nisa mengatakan, pengenalan budaya dan tata krama kepada anak-anak di Dusun Tamanan dilakukan dengan menggunakan Bahasa Jawa sebagai bentuk pelestarian kebudayaan Jawa.
"Menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan, interaktif, dan fleksibel membuat anak-anak Memetri Wiji lebih antusias dan bersemangat," katanya.
Materi yang disampaikan berupa macam-macam rumah adat, pakaian adat, alat musik tradisional, tarian adat, aksara jawa, dan tata krama dengan memggunakan alat peraga seperti kartu dan permainan ular tangga.
"Anak-anak juga diajak untuk praktik langsung untuk menulis aksara Jawa," katanya.
Selain pengenalan budaya, anak-anak di Dusun Tamanan juga dikenalkan mengenai isu penanganan sampah.
Menurut dia, anak-anak diajarkan tentang prinsip "Reduce, Reuse, Recycle" serta melakukan praktik langsung tentang memilah sampah serta botol plastik.
Tim Sinergi Nyawiji UGM terdiri atas lima mahasiswa, yakni Afila Nisa dan Dini Aurellya (Fakultas Teknik), Dorothea Eudora (Fakultas Geografi), Canesha Louise (Fakultas MIPA), serta Fella Sulfa (Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Pengelola dan pengajar Sanggar Memetri Wiji Nur Khayati menyambut baik kegiatan yang digelar oleh mahasiswa UGM tersebut.
Ia berharap program tersebut memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang potensi yang ada di Dusun Tamanan.
"Setelah program dari teman-teman mahasiswa ini selesai diharapkan akan terus berlanjut oleh para remaja pengampu di sanggar ini," katanya.