Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank menyebutkan Indonesia memiliki potensi besar untuk mengekspor lidi nipah dan lidi sawit yang memanfaatkan limbah sawit ke negara-negara dengan pasar yang berpotensi tinggi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah oleh Tim Ekonom LPEI menunjukkan nilai ekspor lidi nipah dan lidi sawit Indonesia tahun 2023 meningkat 11,44 persen (year-on-year/yoy) mencapai 29,32 juta dolar AS dari 26,31 juta dolar AS pada 2022.

"Lidi nipah dan lidi sawit berasal dari tulang daun yang menghubungkan daun dengan pelepah. Lidi sawit, yang berasal dari pohon kelapa sawit, memiliki tekstur agak keras, ringan dan lentur pada bagian ujungnya serta berwarna cokelat muda. Standar kualitas lidi nipah dan lidi sawit memiliki tingkat kekeringan 50 persen dengan panjang sapu lidi minimal 90 centimeter," jelas Senior Economist LPEI, Donda Sarah Hutabarat dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Selain menjadi sapu, lidi dapat diolah menjadi berbagai kerajinan tangan seperti piring, keranjang, vas dan kotak tisu.

Produk turunan lidi nipah dan lidi sawit yang paling banyak diekspor Indonesia adalah sapu dari ranting atau bahan nabati diikat, dengan porsi sebesar 98,24 persen atau setara 28,80 juta dolar AS.

Donda menyampaikan selama periode Januari-Juni 2024 nilai ekspor lidi sawit dan lidi nipah mencapai 10,18 juta dolar AS atau turun 27,59 persen (yoy) dari 14,06 juta dolar AS pada periode yang sama tahun sebelumnya.



Hal ini sejalan dengan penurunan di sisi volume, yang hanya mencapai 26,6 ribu ton atau turun 18,91 persen (yoy) dari 32,8 ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan ekspor paling dalam dicatatkan ke India yang turun 51,85 persen, diikuti Jepang 17,82 persen, dan China 34,93 persen. Di tengah tren penurunan ini, ekspor lidi sawit dan lidi nipah Indonesia pada periode tersebut ke sejumlah negara masih mencatatkan peningkatan, seperti ke Pakistan naik 11,05 persen, ke Filipina naik 20,03 persen dan ke Vietnam naik 194,59 persen.

“Melihat realisasi nilai ekspor semester I-2024 maka nilai ekspor menunjukkan penurunan hingga akhir 2024, terutama ke India, Jepang, dan China. Era suku bunga tinggi melemahkan sektor properti global dan mengurangi permintaan produk furnitur dan home decor, konsumen cenderung memilih produk esensial. Namun, ada peluang ekspor ke negara dengan permintaan meningkat seperti Pakistan, Filipina, Vietnam, Korea Selatan, dan Iran,” ujar Donda.

Selama lima tahun terakhir, neraca perdagangan lidi nipah dan lidi sawit Indonesia selalu mencatatkan surplus, dengan surplus tahun 2023 mencapai 29,14 juta dolar AS, lebih tinggi dibandingkan tahun 2022 sebesar 26,27 juta dolar AS.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: LPEI: Produk lidi RI jadi sumber devisa dengan manfaatkan limbah sawit

Pewarta : Bayu Saputra
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024