Sleman (ANTARA) - Kementerian Pertanian bersama Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, meningkatkan surveilans, investigasi, pengambilan sampel dan pengujian untuk mengidentifikasi sumber penularan, faktor risiko, epidemiologi penyakit mulut dan kuku (PMK).

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Sintong HMT Hutasoit di Sleman, Kamis, mengatakan langkah-langkah antisipasi tersebut untuk mencegah dan mitigasi risiko secara dini serta meminimalkan kerugian ekonomi peternak dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi peningkatan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) menjelang hari besar keagamaan nasional.

"Hari ini, kami melakukan upaya optimalisasi vaksinasi untuk memutus penyebaran dan sebagai langkah percepatan pengendalian PMK di Kabupaten Sleman," kata Sintong.

Dia mengatakan kegiatan vaksinasi dilakukan di dua lokasi, yaitu di Kandang Kelompok Ternak Andini Mulyo, Klaci III, Margoluwih, Seyegan dan di kandang ternak anggota Koperasi Boyong Sapi Mulyo, Boyong, Hargobinangun, Pakem.

“Kegiatan vaksinasi PMK di Kabupaten Sleman ini dalam rangka pengendalian pemberantasan PMK. Secara nasional, saat ini tercatat di 24.176 kasus, tetapi trend nya sudah mulai melandai, supaya bisa menurun dan penyebarannya kita bisa batasi salah satu nya adalah melalui vaksinasi,” katanya.

Menurut Sintong, vaksinasi harus dilakukan terhadap ternak-ternak yang sehat, sedangkan untuk ternak yang sakit harus dilakukan pengobatan segera. Secara teknis petugas yang ada di lapangan sudah melakukan pembagian tugas, ada yang fokus melakukan pengobatan, ada juga yang fokus untuk melakukan vaksinasi.

“Januari-Februari-Maret, kita harus masif melakukan vaksinasi, tujuan utama kita ialah jangan sampai nanti mengganggu lalu lintas dan distribusi ternak pada saat nanti Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, stok ternak kita masih cukup aman untuk bisa memenuhi kebutuhan di masyarakat,” lanjut Sintong.

Sintong menjelaskan bahwa secara nasional pemerintah pusat sudah menyediakan empat juta dosis vaksin, yang akan didistribusikan secara bertahap untuk seluruh Indonesia. Vaksinasi dibagi dua tahapannya, tahap pertama adalah di tiga bulan pertama. Kementan berharap terwujudnya kerja sama pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang bersama-sama melakukan upaya antisipasi secara bersamaan untuk menuntaskan masalah penyakit ini.

“Kami mengimbau untuk para pelaku usaha yang sudah mapan, untuk melakukan vaksinasi secara mandiri atau swadaya, karena vaksinnya cukup tersedia dan harganya juga tidak mahal. Sehingga bantuan pemerintah kita fokuskan untuk pelaku-pelaku usaha, atau peternak-peternak yang level kecil, untuk membantu kesejahteraan. Nah ini harus ada skala prioritas kita,” kata Sintong.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono mengatakan petugas DP3 selalu dengan cepat merespon dan melaporkan kasus hewan ternak sakit atau terduga sakit dan mati ke iSIKHNAS serta meminta kepada peternak untuk melaporkan hewan sakit atau terduga sakit dan mati kepada petugas.

"Kami meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada peternak agar dilakukan biosecurity pada kandang-kandang ternaknya dan untuk menutup sementara kandang yang ditemukan hewan sakit atau terduga sakit terhadap keluar-masuk hewan, produk hewan, dan media pembawa penyakit lainnya serta pedagang ternak, sampai kasus dinyatakan selesai," katanya.

KIE juga dilakukan pada pedagang ternak di pasar hewan. KIE yang sudah dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan tercatat sebanyak 427 kegiatan baik di kandang kelompok ternak maupun masyarakat peternak.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kementan-Pemkab Sleman tingkatkan investigasi kematian hewan ternak

Pewarta : Sutarmi
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025