Jakarta (ANTARA) - Pendiri Forum Amity Circle, Marty Natalegawa, menyatakan bahwa diperlukan peningkatan diplomasi untuk mencegah eskalasi bentrokan bersenjata antara Thailand dan Kamboja menjadi kekerasan lebih lanjut.

Melalui akun Amity Circle di X, Senin (28/7), Marty menilai diperlukan peningkatan diplomasi untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan diperlukan juga KTT ASEAN khusus agar pandangan kedua belah pihak dapat diinformasikan secara langsung dan sesuai dengan ketentuan Piagam ASEAN.

Menurutnya, upaya-upaya tersebut tidak boleh termakan oleh perdebatan bilateral atau pun regional/multilateral.

ASEAN secara tradisional telah menunjukkan ketangkasan, kelincahan, dan kecerdikan untuk menavigasi kompleksitas -- termasuk sensitivitas politik dalam situasi konflik dan memberikan cara yang tepat dan dapat diterima menuju perundingan yang menghasilkan solusi.

Baca juga: Bentrokan bersenjata Kamboja-Thailand berlanjut, korban tewas 35 orang

Cara itu telah diamankan pada 2011 ketika kemungkinan eskalasi bentrokan bersenjata antara Kamboja dan Thailand membayangi dan tidak sepenuhnya mustahil untuk mencapai hasil serupa pada 2025, katanya.

Ia menilai dalam upaya membantu dan mendukung kedua belah pihak mengakhiri bentrokan bersenjata dan memulai dialog serta perundingan, mereka mungkin ingin mengundang -- sebagaimana mestinya dan tanpa mengurangi posisi masing-masing -- keterlibatan pihak ketiga, negara atau individu, secara formal atau informal.

Baca juga: Pakar UMY sebut Indonesia strategis dorong perdamaian Thailand-Kamboja

Di dunia yang semakin terfragmentasi, katanya, Asia Tenggara telah menjadi pengecualian yang gemilang. Dengan memanfaatkan dividen perdamaian, kawasan ini telah bertransformasi secara positif.

Pecahnya bentrokan bersenjata baru-baru ini antara Kamboja dan Thailand mengancam pencapaian yang telah diperoleh dengan susah payah dan ini bertentangan dengan gagasan Komunitas ASEAN, katanya.

"Diplomasi harus diutamakan. Perdamaian harus diupayakan," kata Marty dalam pernyataan tersebut.

Menurutnya, perdamaian yang telah terjalin selama puluhan tahun di Asia Tenggara kepercayaan strategis dan persahabatan yang telah dibangun dan dipupuk dengan sungguh-sungguh oleh negara-negara ASEAN telah hancur. Senjata dan mortir tak lagi diam.

Baca juga: Kemlu: Tak ada WNI jadi korban konflik bersenjata Kamboja-Thailand

Berbeda dengan situasi konflik internal di antara negara-negara anggota, bentrokan bersenjata yang baru-baru ini pecah terjadi antara dua negara anggota ASEAN Kamboja dan Thailand.

Oleh karena itu, lanjut Marty, bobotnya tidak dapat dilebih-lebihkan. Hal ini pada dasarnya bertentangan dengan komitmen dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (TAC) dan Piagam ASEAN untuk penyelesaian perbedaan atau perselisihan melalui cara damai, serta penolakan terhadap ancaman atau penggunaan kekuatan.

Menteri Luar Negeri RI periode 2009-2014 itu mendesak agar bentrokan bersenjata segera diakhiri, tanpa mengurangi posisi berprinsip kedua belah pihak terkait isu-isu yang mendasarinya.

Situasi yang kondusif untuk dialog dan penyelesaian secara damai juga harus dijamin, katanya.

Baca juga: Thailand mengerahkan empat kapal perang ke perbatasan Kamboja





Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Marty Natalegawa: perlu peningkatan diplomasi konflik Thailand-Kamboja

Pewarta : Asri Mayang Sari
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2025