Yogyakarta (ANTARA) - Pagi itu, Ristiana Defi Ayu Ningrum duduk di tikar bersama anak perempuannya, sementara suaminya duduk di kursi, menghadap anak pertama mereka yang terbaring di tempat tidur rumah sakit.
Keadaan ini bermula dari anaknya yang mengalami demam tinggi dan nyeri sendi yang telah berlangsung selama lima hari. Meskipun sudah diberikan obat, kondisi anak mereka tidak kunjung membaik, sehingga Ristiana dan suami memutuskan untuk tidak mengambil risiko dan segera membawa anak pertama mereka ke instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit terdekat.
“Kami khawatir terkena demam berdarah, karena panas yang tidak turun ditambah nyeri sendi. Setelah cek darah dan urin, semuanya normal, hanya bagian paru-paru yang kotor. Dokter kemudian menyarankan agar anak kami dirawat inap,” kenang Ristiana.
Setelah mendapatkan perawatan yang intensif, anak lelaki Ristiana yang berusia 10 tahun itu semakin membaik. Demamnya mereda dan tidak ada keluhan lainnya, seperti batuk atau sesak napas.
“Senang sekali memiliki BPJS Kesehatan. Alhamdulillah, sangat membantu kami,” ujar perempuan berusia 30 tahun yang menggunakan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) kelas tiga ini dengan penuh syukur.
Baca juga: BPJS Kesehatan kukuhkan Duta Muda BPJS Nasional
Sebagai seorang ibu dengan dua anak, Program JKN telah menjadi solusi andalan bagi Ristiana dalam merawat keluarganya. Program ini tidak hanya memberikan rasa aman secara finansial, tetapi juga ketenangan batin.
“Semuanya gratis, tidak mengeluarkan biaya sepeser pun. Bahkan saat melahirkan dengan operasi caesar, semua biaya ditanggung tanpa perlu membayar sama sekali,” tambahnya.
Ristiana menjelaskan bahwa selain memiliki pinggul yang sempit, dirinya juga memiliki riwayat asma yang mengharuskannya menjalani operasi caesar untuk persalinan kedua anaknya. Beruntung, kedua tindakan tersebut, dicover oleh BPJS Kesehatan.
Warga Kabupaten Sleman ini juga mengungkapkan bahwa dia telah beberapa kali memanfaatkan kartu JKN, termasuk untuk operasi berulang dalam mengatasi masalah keloid di belakang telinganya.
“Setelah operasi pertama tanpa JKN, saya merasa beruntung karena Program JKN menanggung biaya operasi kedua. Bahkan sudah empat kali menjalani operasi untuk penanganan keloid,” ujarnya.
Baca juga: Wamenkes sebut BPJS Kesehatan untuk seluruh rakyat Indonesia
Ristiana bercerita bahwa biaya operasi keloid bisa mencapai Rp20 hingga 30 juta. Awalnya, dia mencoba pengobatan alternatif, berpikir masalahnya telah selesai. Namun, keloid tersebut tumbuh lagi. Dengan adanya Program JKN, ia akhirnya memutuskan untuk berobat ke rumah sakit.
“Alhamdulillah, Program JKN memberikan ketenangan, karena tidak perlu khawatir dengan biaya. Dokter pun mengatakan bahwa jika ada benjolan lagi, segeralah memeriksakan diri agar segera ditangani,” tambahnya, penuh rasa syukur.
Bagi Ristiana, Program JKN menjadi solusi yang sangat berarti di tengah ekonomi keluarga yang terbatas. Dengan adanya Program JKN, ia tidak lagi merasa cemas tentang biaya pengobatan dan bisa lebih fokus pada kesehatan keluarganya.
Baca juga: Menkes usul BPJS Kesehatan tidak perlu melayani masyarakat kaya
Baca juga: Kemenkes akan mengubah sistem rujukan BPJS demi efisiensi layanan