Gunung Kidul (ANTARA Jogja) - Batik motif asli Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, semakin diminati pasar nasional dan internasional, salah satunya "batik tancep" yang sudah menembus pasar Eropa dan Singapura.

"Batik Tancep merupakan batik asli kreasi perajin batik Gunung Kidul. Motif batik ini sudah menembus pasar Eropa dan Singapura. Selain itu, menjadi batik wajib bagi pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah hingga sekolah," kata Ketua Paguyuban Pembatik Gunung Kidul Baru Sayang Diputra, Kamis.

Ia mengatakan, permintaan pasar dalam negeri dan internasional tiap bulan mencapai Rp100 juta. Omzet batik ini belum termasuk saat libur nasional yang selalu mengalami peningkatan antara 10 hingga 30 persen.

"Omzet batik antara Agustus hingga Desember ini mengalami peningkatan yang signifikan yakni mencapai Rp150 juta per bulan. Hal ini karena permintaan luar negeri, khususnya dari Eropa terus meningkat, khususnya batik dengan pewarnaan alam," kata dia.

Motif yang beragam juga menjadi keunggulan batik tulis tancep, beberapa motif tersebut di antaranya sekar jagad, gajah birowo, galaran perahu, sekar kanthil, sekar jagad dan babon angrem.

Motif-motif tersebut merupakan motif pakem keluaran dari keraton. Batik tulis tancep berbahan dasar khusus seperti primisima dan mori sanforized ini sehingga batik ini semakin diminati berbagai macam kalangan.

"Kami mengutamakan kualitas sehingga batik tancep semakin terkenal dan jumlah permintaan tiap bulan selalu meningkat," kata dia.

Dia mengatakan, perajin batik di Gunung Kidul juga membuat inovasi dengan madukukan batik bermotif pakem dengan kreasi sendiri yang disesuaikan dengan selera pasar karena minat konsumen atau peminat batik lebih condong perpaduan motif pakem dengan kreasi.

"Saat ini, konsumen lebih memilih motif batik yang warna cerah, tetapi motifnya pakem. Sehingga perajin membuat batik dengan warna-warna yang cerah dan cenderung meninggalkan warna coklat, putih, hitam, dan biru," kata dia.

(KR-STR)

Pewarta :
Editor : Mamiek
Copyright © ANTARA 2025