Sleman (ANTARA Jogja) - Kesadaran masyarakat Indonesia untuk membangun bangunan atau rumah tahan gempa tumbuh dengan baik dalam beberapa tahun terakhir, kata Anggota Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana Prof Ir Sarwidi Ph.D.
"Saat ini untuk bangunan tahan gempa bukan lagi pemerintah yang mengejar-ngejar masyarakat. Tetapi masyarakat sendiri yang sudah mulai tumbuh kesadrannya," katanya di Sleman, Senin.
Menurut dia, secara umur untuk antisipasi bencana atau mitigasi bencana, Indonesia tertinggal sekitar 100 tahun dibandingkan dengan Jepang maupun Amerika Barat.
"Sejak seratus tahun lalu Jepang maupun Amerika Barat seperti California sudah demikian ketat untuk memberlakukan aturan bangunan tahan gempa," katanya.
Ia mengatakan, peristiwa gempa besar seperti Aceh, Yogyakarta, Padang, Tasikmalaya dan lainnya membuka kesadaran masyarakat untuk membangun bangunan yang lebih aman yang tahan gempa.
"Saat ini sudah menjadi keinginan masyarakat sendiri untuk membangun rumah tahan gempa, termasuk juga untuk antisipasi kejadian angin ribut. Gempa tidak bisa dihindari dan pasti terjadi, namun biarlah gempa terjadi namun jangan sampai menimbulkan bencana," katanya.
Sarwidi mengatakan, ancaman bencana gempa ada tiga, yakni goncangan besar yang mengakibatkan bangunan runtuh, terjangan tsunami dan tanah runtuh yang mengakibatkan longsor.
"Di daerah Yogyakarta ini yang paling mengerikan adalah goncangan, sehingga jika ingin aman harus bangunan tahan gempa, dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman bencana," katanya.
(V001)
"Saat ini untuk bangunan tahan gempa bukan lagi pemerintah yang mengejar-ngejar masyarakat. Tetapi masyarakat sendiri yang sudah mulai tumbuh kesadrannya," katanya di Sleman, Senin.
Menurut dia, secara umur untuk antisipasi bencana atau mitigasi bencana, Indonesia tertinggal sekitar 100 tahun dibandingkan dengan Jepang maupun Amerika Barat.
"Sejak seratus tahun lalu Jepang maupun Amerika Barat seperti California sudah demikian ketat untuk memberlakukan aturan bangunan tahan gempa," katanya.
Ia mengatakan, peristiwa gempa besar seperti Aceh, Yogyakarta, Padang, Tasikmalaya dan lainnya membuka kesadaran masyarakat untuk membangun bangunan yang lebih aman yang tahan gempa.
"Saat ini sudah menjadi keinginan masyarakat sendiri untuk membangun rumah tahan gempa, termasuk juga untuk antisipasi kejadian angin ribut. Gempa tidak bisa dihindari dan pasti terjadi, namun biarlah gempa terjadi namun jangan sampai menimbulkan bencana," katanya.
Sarwidi mengatakan, ancaman bencana gempa ada tiga, yakni goncangan besar yang mengakibatkan bangunan runtuh, terjangan tsunami dan tanah runtuh yang mengakibatkan longsor.
"Di daerah Yogyakarta ini yang paling mengerikan adalah goncangan, sehingga jika ingin aman harus bangunan tahan gempa, dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman bencana," katanya.
(V001)