Borobudur, Jateng (Antara Jogja) - Balai Konservasi Borobudur terlibat dalam penelitian Situs Liyangan di Kabupaten Temanggung bersama Balai Arkeologi Yogyakarta dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.

Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo di Borobudur, Selasa, mengatakan pihaknya akan melakukan upaya konservasi terhadap temuan situs peninggalan zaman Hindu Kuno tersebut.

"Selama ini sudah ada penelitian arkeologi dari Balai Arkeologi Ygyakarta dan juga dari BPCB Jateng, kami akan bersama mereka melakukan kajian terhadap Situs Liyangan," katanya.

Ia mengatakan dalam kajian tersebut mengarah bagaimana bentuk atau model konservasi pada masa mendatang karena ketika peninggalan cagar budaya tersebut dibuka dari tanah yang sekian lama memendam, tentu akan terjadi perubahan yang cukup drastis.

"Semula tertutup, terlindungi, sekarang terbuka. Hal itu harus ada upaya pelestariannya oleh karena itu kami melakukan kajian konservasinya," katanya.

Ia menjelaskan upaya pelestarian atau perlindungan itu bisa bersifat fisik, tindakan, dan regulasi, misalnya membuat zonasi di kawasan temuan tersebut.

"Selain itu, bagaimana nanti upaya konservasinya, harus berdasarkan hasil dari kajian, seperti halnya orang sakit bagaimana menyehatkannya harus ada diagnosa dokter supaya obat yang dipakai tidak salah dan kemudian metode pengobatannya juga tidak salah," katanya.

Begitu juga, katanya, penanganan terhadap Situs Liyangan harus ada metode dan teknik berdasarkan kajian.

"Kami belum tahu pasti jadwal penelitian di Situs Liyangan, yang jelas tahun ini. Kami perlu koordinasi dengan Balai Arkeologi, nanti tergantung jadwal mereka," katanya.

Ekskavasi terakhir Situs Liyangan yang dilakukan tim Balai Arkeologi Yogyakarta pada akhir Mei 2013, ditemukan sedikitnya 40 guci dan tembikar buatan China.

etua Tim Ekskavasi Situs Liyangan Sugeng Riyanto mengatakan pada ekskavasi keempat itu petugas menemukan artefak berupa pecahan kaca, keramik, gerabah, dan tembaga.

"Setelah kami rekonstruksi, dari ribuan pecahan tersebut saat ini terdapat 40 guci dan tembikar berhasil dirangkai. Diduga barang-barang tersebut dibuat pada Dinasti Tang abad IX-X," katanya.
(H018)
    


Pewarta : Oleh Heru Suyitno
Editor : Heru Jarot Cahyono
Copyright © ANTARA 2024