Washington (Antara/Reuters Jogja) - Badan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA) pada Selasa meminta bantuan dari para astronom amatir dan warga lainnya untuk melacak asteroid yang dapat menimbulkan bencana bagi Bumi.
NASA setidaknya telah mengidentifikasi 95 persen objek dekat bumi (NEO) yang dapat menghancurkan planet, dengan diameter 1 kilometer atau lebih. Ukuran tersebut diyakini sama dengan batuan luar angkasa yang pernah menghantam bumi sekaligus menghabisi populasi dinosaurus 65 juta tahun lalu.
"Kini NASA ingin bekerja sama dengan individu, badan pemerintah, mitra internasional dan akademisi guna mencari asteroid yang mengancam populasi manusia dan mencari solusi atas hal itu," tulis nasa dalam laman resminya http://www.nasa.gov/mission_pages/asteroids/initiative/grand_challenge.html
Sekitar 50 hingga 100 astronom amatir tengah melakukan analisa kurva ringan terhadap bebatuan luar angkasa, yang membantu badan astronomi itu untuk menganalisa karakter masing-masing benda luar angkasa itu, kata Kepala Program Eksekutif NASA, Jason Kessler.
"Tentunya kami membutuhkan lebih banyak bantuan lagi seiring tingkat deteksi yang terus bertambah," kata Kessler melalui sambungan telepon.
Dia mengaku bahwa apa yang diupayakan NASA sebagian di antaranya adalah mendeteksi sumber asteroid yang berbahaya itu.
Bahkan benda luar angkasa yang lebih kecil juga dapat berbahaya, baik ketika mereka menghantam Bumi atau tidak. Pada Februari lalu, sebuah meteor bediameter 17 meter meledak di atas wilayah Rusia bagian tengah, yang menyebabkan rusaknya sejumlah kaca gedung dan melukai 1,200 orang.
Sebelumnya pada awal bulan ini, sebuah asteroid berukuran truk kecil terlihat melintasi Bumi dalam jarak empat kali lebih dekat dari Bulan yaitu di lintasan 105 ribu kilometer di atas wilayah Samudra Selatan di selatan Pulau Tasmania, Australia.
Berdasarkan perkiraan, kurang dari 10 persen NEO yang berukuran lebih kecil dari 300 meter terdeteksi, dan kurang dari satu persen objek berdiameter kurang dari 100 meter juga terdeteksi, tulis NASA.
Inisiatif tersebut diambil untuk mendeteksi NEO yang berdiameter 30 meter atau lebih, kata Kessler.
Badan antariksa itu juga mengumumkan rencana meluncurkan misi untuk mengambil sebuah asteroid, mengarahkannya ke orbit yang stabil, lalu mengirimkan manusia untuk mempelajarinya paling cepat pada tahun 2021.
Anggota DPR AS pun juga tertarik dengan NEO. Pada Maret lalu misalnya, Komite Keilmuan DPR AS menggelar sesi dengar pendapat terkait "Ancaman Dari Luar Angkasa" yang meninjau sejumlah upaya untuk melacak dan melakukan langkah mitigasi terkait asteroid dan meteor.
P012
NASA setidaknya telah mengidentifikasi 95 persen objek dekat bumi (NEO) yang dapat menghancurkan planet, dengan diameter 1 kilometer atau lebih. Ukuran tersebut diyakini sama dengan batuan luar angkasa yang pernah menghantam bumi sekaligus menghabisi populasi dinosaurus 65 juta tahun lalu.
"Kini NASA ingin bekerja sama dengan individu, badan pemerintah, mitra internasional dan akademisi guna mencari asteroid yang mengancam populasi manusia dan mencari solusi atas hal itu," tulis nasa dalam laman resminya http://www.nasa.gov/mission_pages/asteroids/initiative/grand_challenge.html
Sekitar 50 hingga 100 astronom amatir tengah melakukan analisa kurva ringan terhadap bebatuan luar angkasa, yang membantu badan astronomi itu untuk menganalisa karakter masing-masing benda luar angkasa itu, kata Kepala Program Eksekutif NASA, Jason Kessler.
"Tentunya kami membutuhkan lebih banyak bantuan lagi seiring tingkat deteksi yang terus bertambah," kata Kessler melalui sambungan telepon.
Dia mengaku bahwa apa yang diupayakan NASA sebagian di antaranya adalah mendeteksi sumber asteroid yang berbahaya itu.
Bahkan benda luar angkasa yang lebih kecil juga dapat berbahaya, baik ketika mereka menghantam Bumi atau tidak. Pada Februari lalu, sebuah meteor bediameter 17 meter meledak di atas wilayah Rusia bagian tengah, yang menyebabkan rusaknya sejumlah kaca gedung dan melukai 1,200 orang.
Sebelumnya pada awal bulan ini, sebuah asteroid berukuran truk kecil terlihat melintasi Bumi dalam jarak empat kali lebih dekat dari Bulan yaitu di lintasan 105 ribu kilometer di atas wilayah Samudra Selatan di selatan Pulau Tasmania, Australia.
Berdasarkan perkiraan, kurang dari 10 persen NEO yang berukuran lebih kecil dari 300 meter terdeteksi, dan kurang dari satu persen objek berdiameter kurang dari 100 meter juga terdeteksi, tulis NASA.
Inisiatif tersebut diambil untuk mendeteksi NEO yang berdiameter 30 meter atau lebih, kata Kessler.
Badan antariksa itu juga mengumumkan rencana meluncurkan misi untuk mengambil sebuah asteroid, mengarahkannya ke orbit yang stabil, lalu mengirimkan manusia untuk mempelajarinya paling cepat pada tahun 2021.
Anggota DPR AS pun juga tertarik dengan NEO. Pada Maret lalu misalnya, Komite Keilmuan DPR AS menggelar sesi dengar pendapat terkait "Ancaman Dari Luar Angkasa" yang meninjau sejumlah upaya untuk melacak dan melakukan langkah mitigasi terkait asteroid dan meteor.
P012