Jakarta (Antara Jogja) - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi mengatakan perlu adanya zonasi lahan sagu agar tidak terjadi alih fungsi lahan.
"Di Papua, lahan sagu banyak beralih fungsi menjadi perumahan, itu terjadi karena tidak adanya tata ruang yang baik," ujar Freddy dalam acara diskusi pemngembangan industrialisasi sagu berbasis inovasi teknologi di Jakarta, Rabu.
Menurut dia zonasi wilayah tersebut dapat dilakukan melalui adanya Peraturan Daerah (Perda), juga diperlukan adanya kepemimpinan yang kuat, agar para pemimpin tidak terbujuk oleh rayuan pengusaha untuk mengubah peruntukan lahan.
"Jika ada zonasi, maka keserasian dan keselarasan dapat terwujud," tambah Freddy.
Freddy menambahkan juga perlu adanya Lahan Sagu Abadi (LSA) agar produksi sagu terjaga.
Selama ini, Freddy mengatakan masyarakat Papua terkesan dipaksakan untuk mengkonsumsi beras, padahal makanan utamanya adalah sagu.
Untuk itu, sambung dia, perlu adanya diversifikasi pangan agar tidak tergantung pada ketersediaan beras. Diversifikasi pangan terwujud maka ketahanan pangan dapat tercapai.
Tanaman sagu (Metroxilon sp) merupakan sumber karbohidrat yang potensial. Luas lahan tanaman sagu mencapai 1,52 juta hektare.
Sementara produksi sagu Papua mencapai 12 juta ton per tahun. Sagu telah lama dijadikan makanan alternatif dan penggerak ekonomi Papua.
Sagu juga terbukti aman dikonsumsi penderita diabetes dan bisa mencegah kanker usus.
Kepala Pusat Teknologi Agroindustro Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Priyo Atmaji mengatakan dengan adanya konsistensi dan komitmen dari berbagai pihak akan mendukung berkembangnya industri sagu.
"Selain itu diperlukan standarisasi produk sagu untuk melindungi produsen dan konsumen," kata Priyo.(I025)
"Di Papua, lahan sagu banyak beralih fungsi menjadi perumahan, itu terjadi karena tidak adanya tata ruang yang baik," ujar Freddy dalam acara diskusi pemngembangan industrialisasi sagu berbasis inovasi teknologi di Jakarta, Rabu.
Menurut dia zonasi wilayah tersebut dapat dilakukan melalui adanya Peraturan Daerah (Perda), juga diperlukan adanya kepemimpinan yang kuat, agar para pemimpin tidak terbujuk oleh rayuan pengusaha untuk mengubah peruntukan lahan.
"Jika ada zonasi, maka keserasian dan keselarasan dapat terwujud," tambah Freddy.
Freddy menambahkan juga perlu adanya Lahan Sagu Abadi (LSA) agar produksi sagu terjaga.
Selama ini, Freddy mengatakan masyarakat Papua terkesan dipaksakan untuk mengkonsumsi beras, padahal makanan utamanya adalah sagu.
Untuk itu, sambung dia, perlu adanya diversifikasi pangan agar tidak tergantung pada ketersediaan beras. Diversifikasi pangan terwujud maka ketahanan pangan dapat tercapai.
Tanaman sagu (Metroxilon sp) merupakan sumber karbohidrat yang potensial. Luas lahan tanaman sagu mencapai 1,52 juta hektare.
Sementara produksi sagu Papua mencapai 12 juta ton per tahun. Sagu telah lama dijadikan makanan alternatif dan penggerak ekonomi Papua.
Sagu juga terbukti aman dikonsumsi penderita diabetes dan bisa mencegah kanker usus.
Kepala Pusat Teknologi Agroindustro Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Priyo Atmaji mengatakan dengan adanya konsistensi dan komitmen dari berbagai pihak akan mendukung berkembangnya industri sagu.
"Selain itu diperlukan standarisasi produk sagu untuk melindungi produsen dan konsumen," kata Priyo.(I025)