Magelang (Antara Jogja) - Laily Prihatiningtyas tiba-tiba menghentikan perbincangan informal dengan seorang warga Borobudur, Sucoro, di ruang terbuka "Sendang Pitutur" Studio Mendut, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu malam (26/3).

Perempuan berumur 28 tahun yang menjabat Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko sejak Desember 2013 itu, kemudian mengambil gadget atau perangkat dari tas berwarna biru tua.

Lulusan jurusan ekonomi program strata 2 di Tilburg University Belanda itu, kemudian menulis daftar urutan acara yang hendak dia ampu dalam pementasan performa gerak "Umbul Donga Joget Rahayu" dengan sutradara, seorang guru gerak spiritual dari Padepokan Lemah Putih Kabupaten Karanganyar, Jateng, Suprapto Suryodarmo.

Sejumlah murid Mbah Prapto yang berasal dari beberapa negara, seperti Carolina Nieduza (Polandia), Stefania Pifano (Venezuela), Sister Cittapala (Inggris), dan Fitri (Yogyakarta), terlibat dalam pementasan itu. Turun ke panggung juga untuk berperforma, sejumlah seniman Komunitas Lima Gunung, antara lain Sitras Anjilin, Supadi Haryanto, Sutanto Mendut, Sih Agung Prasetyo, dan Marmujo.

"Baru pertama kali ini saya menjadi MC (Master of Ceremonies)," kata Tyas yang dirut termuda di jajaran perusahaan di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu, sambil senyum-senyum.

Diambilnya mikrofon dari penyangganya di tengah panggung terbuka Studio Mendut. Secara lancar diantarkan oleh Tyas yang juga pendaki gunung tersebut, seluruh rangkaian performa. Beberapa orang,  termasuk sejumlah peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan pegiat Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) Cipto Purnomo, menonton acara itu.

Dengan luwes, perempuan berjilbab biru yang berpenampilan sederhana itu pun bersila di tanah panggung Studio Mendut, di dekat Sister Cittapala (Amaravati Budhis Monastry Inggris) yang hendak melanjutkan rangkaian performa "Umbul Donga Joget Rahayu".

Tyas yang juga pernah kuliah di Universitas Indonesia dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara tersebut, dengan lancar juga menjadi penerjemah saat Cittapala berasal dari Jerman itu menjelaskan tentang prosesi doa di depan patung Sang Buddha Gautama, di dekat Monumen Lima Gunung.

"Pengalaman berharga untuk saya malam ini," kata Tyas, sebelum meninggalkan Studio Mendut untuk kembali ke tempatnya tinggal di Yogyakarta dengan mengendarai sepeda motor bebek.

(M029)


Pewarta : Oleh M. Hari Atmoko
Editor : Masduki Attamami
Copyright © ANTARA 2024