Jogja (Antara Jogja) - Taman Budaya Yogyakarta akan melakukan rekonstruksi dan dokumentasi tiga tarian klasik gaya Yogyakarta sebagai upaya penyelamatan dan pelestarian budaya agar tidak punah.
"Ketiga tarian klasik yang akan direkonstruksi dan didokumentasikan ini adalah tarian yang sudah sangat jarang dipertunjukkan ke publik," kata Ketua Pelaksana Rekonstruksi Tarian Klasik Sri Eka Kusumaning Ayu di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, ketiga tarian klasik yang akan direkonstruksi tersebut adalah Tari Srimpi Ronggo Janur, Angguk Putra dan Jathilan Jago.
Tari Srimpi Ronggo Janur adalah tarian yang lahir dari hasil penggalian naskah milik Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa Sultan Hamengku Buwono VIII.
Cerita dalam tarian tersebut diambil dari kisah Mahabarata yang menggambarkan pertarungan Dewi Srikandi melawan Dewi Larasati.
Tarian tersebut akan dipentaskan oleh Kelompok Kridha Beksa Wirama pada Jumat (23/5) di nDalem Tejokusuman mulai pukul 19.30 WIB. Pertunjukan tersebut terbuka untuk umum dan gratis.
"Durasi tarian sekitar 90 menit. Tarian ini terakhir kali dipentaskan sekitar 35 tahun lalu," katanya.
Kridha Beksa Wirama adalah kelompok yang didirikan oleh GBH Tedjokusumo dan BPH Soerjodiningrat pada 17 Agustus 1918 dan dimungkinkan menjadi kelompok tari pertama yang mengajarkan tarian di luar tembok kraton.
"Bahkan sangat mungkin, kelompok tari ini adalah kelompok atau sanggar tari pertama yang berdiri di Indonesia," katanya.
Sementara itu, dua tarian lainnya yaitu Angguk Putra dan Jathilan Jago yang merupakan kesenian asli Kulon Progo akan direkonstruksi dan didokumentasikan pada Sabtu (25/5) pukul 10.00 WIB di PPSJ Kabupaten Kulon Progo.
Ia berharap, semua bahan dokumentasi dari ketiga tarian klasik tersebut bisa menjadi bahan kajian untuk generasi yang akan datang.
"Rekonstruksi tari klasik merupakan upaya TBY untuk menyelamatkan khasanah kesenian khas Yogyakarta yang jumlahnya sangat banyak, namun jarang dipentaskan," katanya.
(E013)
"Ketiga tarian klasik yang akan direkonstruksi dan didokumentasikan ini adalah tarian yang sudah sangat jarang dipertunjukkan ke publik," kata Ketua Pelaksana Rekonstruksi Tarian Klasik Sri Eka Kusumaning Ayu di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, ketiga tarian klasik yang akan direkonstruksi tersebut adalah Tari Srimpi Ronggo Janur, Angguk Putra dan Jathilan Jago.
Tari Srimpi Ronggo Janur adalah tarian yang lahir dari hasil penggalian naskah milik Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa Sultan Hamengku Buwono VIII.
Cerita dalam tarian tersebut diambil dari kisah Mahabarata yang menggambarkan pertarungan Dewi Srikandi melawan Dewi Larasati.
Tarian tersebut akan dipentaskan oleh Kelompok Kridha Beksa Wirama pada Jumat (23/5) di nDalem Tejokusuman mulai pukul 19.30 WIB. Pertunjukan tersebut terbuka untuk umum dan gratis.
"Durasi tarian sekitar 90 menit. Tarian ini terakhir kali dipentaskan sekitar 35 tahun lalu," katanya.
Kridha Beksa Wirama adalah kelompok yang didirikan oleh GBH Tedjokusumo dan BPH Soerjodiningrat pada 17 Agustus 1918 dan dimungkinkan menjadi kelompok tari pertama yang mengajarkan tarian di luar tembok kraton.
"Bahkan sangat mungkin, kelompok tari ini adalah kelompok atau sanggar tari pertama yang berdiri di Indonesia," katanya.
Sementara itu, dua tarian lainnya yaitu Angguk Putra dan Jathilan Jago yang merupakan kesenian asli Kulon Progo akan direkonstruksi dan didokumentasikan pada Sabtu (25/5) pukul 10.00 WIB di PPSJ Kabupaten Kulon Progo.
Ia berharap, semua bahan dokumentasi dari ketiga tarian klasik tersebut bisa menjadi bahan kajian untuk generasi yang akan datang.
"Rekonstruksi tari klasik merupakan upaya TBY untuk menyelamatkan khasanah kesenian khas Yogyakarta yang jumlahnya sangat banyak, namun jarang dipentaskan," katanya.
(E013)