Jakarta (ANTARA) - Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI) R Haidar Alwi menilai bahwa kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan kebijakan dari rakyat untuk rakyat.
"Tambahan penerimaan negara yang diperoleh dari kenaikan tarif PPN yang dipungut dari rakyat akan kembali kepada rakyat dalam bentuk dan manfaat berbeda dengan jumlah berkali-kali lipat," kata Haidar dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Tidak hanya untuk menjaga stabilitas perekonomian negara, pembangunan di berbagai sektor maupun kebijakan jangka panjang lainnya.
Namun, rakyat juga bisa merasakan manfaatnya melalui program makan siang bergizi, bantuan sosial serta insentif sebagai kompensasi seperti diskon listrik, pembelian rumah dan lain-lain.
"Barang-barang seperti minyakita, tepung terigu dan gula industri kenaikan PPN nya ditanggung pemerintah. Dan yang paling penting sembako, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, angkutan umum, jasa keuangan dan rusun tidak dikenakan PPN," jelasnya.
Menurutnya, penolakan yang datang dari sebagian kelompok merupakan sesuatu yang wajar.
Adapun seiring berjalannya waktu, masyarakat akan memahami dan menerima sembari terus dilakukan sosialisasi dan edukasi.
"Ada penolakan itu wajar. Yang namanya kebijakan menaikkan harga atau tarif pajak risikonya ditolak. Apalagi kalau PDIP, sudah jelas kan oposisi. Buktinya waktu menjadi partai penguasa, PDIP menyetujui Undang Undang-nya dan ketika PPN naik dari 10 persen ke 11 persen tahun 2022 lalu, PDIP terima. Sekarang aja menolak karena oposisi," ungkap Haidar.
Ia melihat ada upaya menakut-nakuti masyarakat melalui kenaikan tarif PPN. Kemudian, munculnya stigma kenaikan tarif PPN akan membebani dan menyulitkan rakyat di tengah perekonomian yang sedang tidak baik-baik saja.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar: Kenaikan PPN dari rakyat akan kembali kepada rakyat