Bantul, (Antara Jogja) - Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kesulitan menambah jumlah pusat kesehatan hewan (Puskeswan) tingkat kecamatan karena kekurangan dokter hewan maupun paramedis.
"Dari 17 kecamatan, Bantul baru memiliki 10 pusat kesehatan hewan (puskeswan) dan satu UPT (unit pelaksana teknis) puskeswan, ini sulit dikembangkan karena kita kekurangan dokter hewan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, Partogi Dame Pakpahan di Bantul, Senin.
Menurut dia, idealnya setiap kecamatan mempunyai puskeswan di bawah binaan instansinya, namun karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM) tersebut, sampai saat ini masih ada tujuh dari total 17 kecamatan di Bantul yang belum memiliki puskeswan.
Ia mengatakan, melihat kebutuhan dokter hewan di wilayah Bantul, minimal harus tersedia sekitar 300 dokter hewan dan paramedis, untuk mendukung program-program pemerintah daerah dalam meningkatkan populasi ternak di masing-masing kecamatan.
SDM yang kita miliki sekarang ada sekitar 36 orang baik dokter hewan dan paramedis, yang di antaranya terdiri petugas harian lepas (PHL) dokter hewan 13 orang, dan dokter hewan PNS sembilan orang, sehingga jauh dari kebutuhan," kata dia.
Ia juga mengatakan, untuk jumlah ideal petugas di setiap puskeswan terdapat tiga dokter hewan, lima paramedis dan lima petugas inseminasi buatan (IB), sehingga dari puskeswan yang ada di Bantul saat inipun masih belum mendekati ideal dari sisi SDM.
"Keterbatasannya SDM tenaga kesehatan hewan ini sendiri karena ada moratorium CPNS di Bantul dan beberapa tempat, sehingga kami hanya bisa harapkan bantuan dari pemerintah supaya PHL dokter hewan bisa ditambah," kata dia.
Partogi mengatakan, meski belum semua kecamatan di Bantul belum memiliki puskeswan, namun pihaknya menargetkan seluruh kecamatan memiliki puskeswan masing-masing agar pelayanan kesehatan hewan setiap lokasi bisa maksimal.
"Kami berencana di setiap kecamatan ada puskeswan, dan kecamatan yang belum ada puskeswan di antaranya Sanden, Kretek dan Banguntapan. Untuk Banguntapan selama ini dibantu Puskeswan Piyungan," kata dia. ***3***
(KR-HRI)
"Dari 17 kecamatan, Bantul baru memiliki 10 pusat kesehatan hewan (puskeswan) dan satu UPT (unit pelaksana teknis) puskeswan, ini sulit dikembangkan karena kita kekurangan dokter hewan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, Partogi Dame Pakpahan di Bantul, Senin.
Menurut dia, idealnya setiap kecamatan mempunyai puskeswan di bawah binaan instansinya, namun karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM) tersebut, sampai saat ini masih ada tujuh dari total 17 kecamatan di Bantul yang belum memiliki puskeswan.
Ia mengatakan, melihat kebutuhan dokter hewan di wilayah Bantul, minimal harus tersedia sekitar 300 dokter hewan dan paramedis, untuk mendukung program-program pemerintah daerah dalam meningkatkan populasi ternak di masing-masing kecamatan.
SDM yang kita miliki sekarang ada sekitar 36 orang baik dokter hewan dan paramedis, yang di antaranya terdiri petugas harian lepas (PHL) dokter hewan 13 orang, dan dokter hewan PNS sembilan orang, sehingga jauh dari kebutuhan," kata dia.
Ia juga mengatakan, untuk jumlah ideal petugas di setiap puskeswan terdapat tiga dokter hewan, lima paramedis dan lima petugas inseminasi buatan (IB), sehingga dari puskeswan yang ada di Bantul saat inipun masih belum mendekati ideal dari sisi SDM.
"Keterbatasannya SDM tenaga kesehatan hewan ini sendiri karena ada moratorium CPNS di Bantul dan beberapa tempat, sehingga kami hanya bisa harapkan bantuan dari pemerintah supaya PHL dokter hewan bisa ditambah," kata dia.
Partogi mengatakan, meski belum semua kecamatan di Bantul belum memiliki puskeswan, namun pihaknya menargetkan seluruh kecamatan memiliki puskeswan masing-masing agar pelayanan kesehatan hewan setiap lokasi bisa maksimal.
"Kami berencana di setiap kecamatan ada puskeswan, dan kecamatan yang belum ada puskeswan di antaranya Sanden, Kretek dan Banguntapan. Untuk Banguntapan selama ini dibantu Puskeswan Piyungan," kata dia. ***3***
(KR-HRI)