Gunung Kidul (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, bersama Kabupaten Pacitan (Jawa Timur), dan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) menyiapkan strategi khusus untuk mempertahankan kawasan karts Gunungsewu sebagai Global Geopark Network oleh UNESCO.
Kabid Pengembangan Produk Wisata Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunung Kidul Hary Sukmono di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan fungsi kawasan geoprak sebagai kawasan edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat harus tetap dipertahankan, jika tidak bisa mempertahankan maka dalam empat tahun bisa dikeluarkan dari keanggotaan Global Geopark Network (GGN).
"Setiap empat tahun akan devaluasi apakah Gunungsewu masih layak menjadi anggota apa tidak," kata Hary.
Menurut dia, sinergi antara pemerintah dengan pemerintah, pemerintah dengan masyarakat, dan pemerintah dengan pelaku kegiatan harus tetap dijaga untuk mempertahankan keanggotaan GGN.
Disamping itu, peran pemerintah akan terus ditingkatkan karena setelah gunungsewu sudah masuk GGN, dan dipastikan akan ada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.
Adapun yang akan dilakukan yakni meningkatkan jumlah penanda atau papan petunjuk di setiap geosite, kewajiban pemerintah ikut memberdayakan masyarakat, peningkatan perekonomian dengan geoproduk, serta peningkatan akses.
"Setelah masuk dalam jaringan GGN akan semakin terbuka wisatawan yang akan berkunjung, dan artinya suka tidak suka Gunungsewu akan menjadi aset internasional," katanya.
Disinggung mengenai informasi mengenai geopark jika wisatawan ingin mengetahui secara utuh. Saat ini baru hanya bisa ditemukan di kantor Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan. Selain itu disetiap geoside sudah dipasang papan informasi secara utuh. "Bila berkunjung misalnya ke Gunung Api Purba Nglangggeran disana sudah ada secara utuh mengenai informasinya," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunung Kidul Sariyanto mengatakan setelah masuk dalam GGN, menjadikan geopark Gunungsewu dikenal di seluruh dunia. Maka diperlukan sosialisasi kepada masyarakat.
"Imbasnya akan banyak wisatawan dan peneliti datang ke kawasan kita," katanya.
Sosialisasi ini diperlukan, agar pengelola paham bagaimana sejarah geologi terciptanya kawasan karst. Sehingga perlu adanya pelatihan dikawasan geosite.
"Kami belum berbicara masalah konservasi karena untuk fungsi edukasi masih belum sempurna. Selain itu perlu adanya pelatihan Bahasa Inggris," katanya.
(KR-STR)
Kabid Pengembangan Produk Wisata Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunung Kidul Hary Sukmono di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan fungsi kawasan geoprak sebagai kawasan edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat harus tetap dipertahankan, jika tidak bisa mempertahankan maka dalam empat tahun bisa dikeluarkan dari keanggotaan Global Geopark Network (GGN).
"Setiap empat tahun akan devaluasi apakah Gunungsewu masih layak menjadi anggota apa tidak," kata Hary.
Menurut dia, sinergi antara pemerintah dengan pemerintah, pemerintah dengan masyarakat, dan pemerintah dengan pelaku kegiatan harus tetap dijaga untuk mempertahankan keanggotaan GGN.
Disamping itu, peran pemerintah akan terus ditingkatkan karena setelah gunungsewu sudah masuk GGN, dan dipastikan akan ada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.
Adapun yang akan dilakukan yakni meningkatkan jumlah penanda atau papan petunjuk di setiap geosite, kewajiban pemerintah ikut memberdayakan masyarakat, peningkatan perekonomian dengan geoproduk, serta peningkatan akses.
"Setelah masuk dalam jaringan GGN akan semakin terbuka wisatawan yang akan berkunjung, dan artinya suka tidak suka Gunungsewu akan menjadi aset internasional," katanya.
Disinggung mengenai informasi mengenai geopark jika wisatawan ingin mengetahui secara utuh. Saat ini baru hanya bisa ditemukan di kantor Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan. Selain itu disetiap geoside sudah dipasang papan informasi secara utuh. "Bila berkunjung misalnya ke Gunung Api Purba Nglangggeran disana sudah ada secara utuh mengenai informasinya," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunung Kidul Sariyanto mengatakan setelah masuk dalam GGN, menjadikan geopark Gunungsewu dikenal di seluruh dunia. Maka diperlukan sosialisasi kepada masyarakat.
"Imbasnya akan banyak wisatawan dan peneliti datang ke kawasan kita," katanya.
Sosialisasi ini diperlukan, agar pengelola paham bagaimana sejarah geologi terciptanya kawasan karst. Sehingga perlu adanya pelatihan dikawasan geosite.
"Kami belum berbicara masalah konservasi karena untuk fungsi edukasi masih belum sempurna. Selain itu perlu adanya pelatihan Bahasa Inggris," katanya.
(KR-STR)