Jogja (Antara Jogja) - Unit Respons Cepat Penyakit Hewan Menular Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau masyarakat mewaspadai penyakit unggas khususnya jenis "Newcastle Disease" atau tetelo selama masa pancaroba masih berlangsung.
"Selama pancaroba dan suhu udara masih tinggi penyakit ND (Newcastle Disease) paling mudah menyebar," kata Koordinator Unit Respons Cepat Penyakit Hewan Menular Strategis (URC-PHMS) Dinas Pertanian DIY, Tri Wahana Adiwijaya di Yogyakarta, Rabu.
Menurut Tri Wahana, peningkatan kewaspadaan itu diperlukan menyusul adanya laporan ratusan unggas di Kabupaten Kulon Progo yang terindikasi terjangkit virus ND pada awal November 2015. Dari 200 populasi unggas ayam kampung milik empat peternak, yang dilaporkan mati mencapai kurang lebih 150 ekor, dalam dua pekan akibat virus ND.
Jumlah itu, menurut dia, hampir setara dengan kematian unggas pada musim pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan pada 2014 yang mencapai 200 ekor unggas.
Menurut dia, pada musim pancaroba akhir tahun ini, penyakit unggas yang disebabkan flu burung (AI) cenderung lebih rendah dibandingkan penyakit tetelo pada unggas akibat virus ND. "Kalau virus ND dalam suhu udara yang tinggi masih mudah menyebar," kata dia.
Meski laporan unggas yang mati akibat virus ND sebagian besar terjadi di Kulon Progo, Tri meyakini di empat kabupaten lainnya juga terdapat potensi kasus yang sama. Hanya saja, karena tingkat kesadaran masyarakat untuk melaporkan masih rendah, akhirnya tidak terdeteksi.
"Saya yakin masih ada kasus yang sama di daerah lain, tapi tergantung masyarakatnya mau melaporkan atau tidak," kata dia.
Tri mengatakan, di luar musim hujan biasanya peternak unggas cenderung mengurangi kewaspadaan terhadap penyakit menular termasuk tetelo (ND), flu burung (AI), serta gangguan pernafasan (CRD). Padahal, daya tahan unggas yang bisa menurun karena suhu lingkungan yang panas juga mengakibatkan rentan terserang penyakit.
"Berbeda jika dalam kondisi cuaca normal, unggas relatif memiliki daya tahan yang kuat," kata dia.
Menurut dia, perbedaan suhu udara di pagi hari yang panas, dan malam hari yang dingin juga rentan membuat daya unggas melemah sehingga mudah terserang penyakit.
"Apalagi ketika unggas dibiarkan kepanasan serta kehausan dalam kondisi cuaca yang kering maka akan membuat unggas malas makan sehingga bisa kekurangan gizi," kata dia.
(L007)
"Selama pancaroba dan suhu udara masih tinggi penyakit ND (Newcastle Disease) paling mudah menyebar," kata Koordinator Unit Respons Cepat Penyakit Hewan Menular Strategis (URC-PHMS) Dinas Pertanian DIY, Tri Wahana Adiwijaya di Yogyakarta, Rabu.
Menurut Tri Wahana, peningkatan kewaspadaan itu diperlukan menyusul adanya laporan ratusan unggas di Kabupaten Kulon Progo yang terindikasi terjangkit virus ND pada awal November 2015. Dari 200 populasi unggas ayam kampung milik empat peternak, yang dilaporkan mati mencapai kurang lebih 150 ekor, dalam dua pekan akibat virus ND.
Jumlah itu, menurut dia, hampir setara dengan kematian unggas pada musim pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan pada 2014 yang mencapai 200 ekor unggas.
Menurut dia, pada musim pancaroba akhir tahun ini, penyakit unggas yang disebabkan flu burung (AI) cenderung lebih rendah dibandingkan penyakit tetelo pada unggas akibat virus ND. "Kalau virus ND dalam suhu udara yang tinggi masih mudah menyebar," kata dia.
Meski laporan unggas yang mati akibat virus ND sebagian besar terjadi di Kulon Progo, Tri meyakini di empat kabupaten lainnya juga terdapat potensi kasus yang sama. Hanya saja, karena tingkat kesadaran masyarakat untuk melaporkan masih rendah, akhirnya tidak terdeteksi.
"Saya yakin masih ada kasus yang sama di daerah lain, tapi tergantung masyarakatnya mau melaporkan atau tidak," kata dia.
Tri mengatakan, di luar musim hujan biasanya peternak unggas cenderung mengurangi kewaspadaan terhadap penyakit menular termasuk tetelo (ND), flu burung (AI), serta gangguan pernafasan (CRD). Padahal, daya tahan unggas yang bisa menurun karena suhu lingkungan yang panas juga mengakibatkan rentan terserang penyakit.
"Berbeda jika dalam kondisi cuaca normal, unggas relatif memiliki daya tahan yang kuat," kata dia.
Menurut dia, perbedaan suhu udara di pagi hari yang panas, dan malam hari yang dingin juga rentan membuat daya unggas melemah sehingga mudah terserang penyakit.
"Apalagi ketika unggas dibiarkan kepanasan serta kehausan dalam kondisi cuaca yang kering maka akan membuat unggas malas makan sehingga bisa kekurangan gizi," kata dia.
(L007)