Gunung Kidul (Antara Jogja) - Produsen belalang goreng di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan tingginya harga belalang hidup yang dipicu langkanya bahan baku belalang kayu.
Salah seorang pembuat belalang goreng asal Desa Selang, Wonosari, Ngademi di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan harga belalang hidup mengalami kenaikan hingga 50 persen, dibandingkan dengan sebelumnya.
Saat ini, harga belalang hidup per kilogramnya sudah menembus angka Rp60.000, sebelumnya harga belalang hidup hanya Rp40.000 setiap kilogram.
"Kenaikan hampir satu bulan terakhir," kata Ngademi.
Selain mahalnya harga belalang hidup, ia mengatakan produsen belalang goreng juga dihadapkan dengan sulitnya mencari hewan bernama latin Valanga Nigricornis tersebut.
"Sebagian besar belalang didatangkan dari luar wilayah Gunung Kidul. Kalau berasal dari sini jelas tidak akan mencukupi, harus didatangkan dari Klaten dan sekitarnya," katanya.
Meski ada kenaikan harga, pihaknya belum menaikkan harga belalang goreng per toplesnya, berkemasan 250 gram, seharga Rp30.000.
Untuk mengantisipasi kerugian, pihaknya terpaksa menyesuaikan jumlah takaran yang ada dalam satu toples belalang goreng.
"Ada penyesuaian, jumlah yang dijual, dibandingkan dengan menaikkan harga," katanya.
Setiap hari, dirinya mengolah belalang hidup sekitar 40 kilogram, untuk dijual ke berbagai pelosok Gunung Kidul.
Bahkan, saat liburan Lebaran lalu, setiap hari hampir 80 kg dimasak.
"Sudah ada penjual, kami tinggal memasok. Kalau yang datang ke toko kami juga banyak. Tidak hanya disukai oleh penduduk lokal, tetapi wisatawan juga banyak," katanya.
Salah seorang pembeli, Saputra, mengaku baru pertama kali mencoba belalang goreng khas Gunung Kidul.
Dia mengaku mendapat informasi mengenai belalang goreng dari temannya yang warga asli Gunung Kidul.
"Kami merasa tertarik saja, belalang dijadikan makanan," katanya.
KR-STR
Salah seorang pembuat belalang goreng asal Desa Selang, Wonosari, Ngademi di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan harga belalang hidup mengalami kenaikan hingga 50 persen, dibandingkan dengan sebelumnya.
Saat ini, harga belalang hidup per kilogramnya sudah menembus angka Rp60.000, sebelumnya harga belalang hidup hanya Rp40.000 setiap kilogram.
"Kenaikan hampir satu bulan terakhir," kata Ngademi.
Selain mahalnya harga belalang hidup, ia mengatakan produsen belalang goreng juga dihadapkan dengan sulitnya mencari hewan bernama latin Valanga Nigricornis tersebut.
"Sebagian besar belalang didatangkan dari luar wilayah Gunung Kidul. Kalau berasal dari sini jelas tidak akan mencukupi, harus didatangkan dari Klaten dan sekitarnya," katanya.
Meski ada kenaikan harga, pihaknya belum menaikkan harga belalang goreng per toplesnya, berkemasan 250 gram, seharga Rp30.000.
Untuk mengantisipasi kerugian, pihaknya terpaksa menyesuaikan jumlah takaran yang ada dalam satu toples belalang goreng.
"Ada penyesuaian, jumlah yang dijual, dibandingkan dengan menaikkan harga," katanya.
Setiap hari, dirinya mengolah belalang hidup sekitar 40 kilogram, untuk dijual ke berbagai pelosok Gunung Kidul.
Bahkan, saat liburan Lebaran lalu, setiap hari hampir 80 kg dimasak.
"Sudah ada penjual, kami tinggal memasok. Kalau yang datang ke toko kami juga banyak. Tidak hanya disukai oleh penduduk lokal, tetapi wisatawan juga banyak," katanya.
Salah seorang pembeli, Saputra, mengaku baru pertama kali mencoba belalang goreng khas Gunung Kidul.
Dia mengaku mendapat informasi mengenai belalang goreng dari temannya yang warga asli Gunung Kidul.
"Kami merasa tertarik saja, belalang dijadikan makanan," katanya.
KR-STR