New York, AS (Antaranews Jogja/Reuters) - CEO Facebook Inc Mark Zuckerberg berencana untuk memberi kesaksian di hadapan Kongres Amerika Serikat, menurut sumber, Selasa.
Zuckerberg akhirnya tunduk pada tekanan dari anggota parlemen yang bersikeras agar dia menjelaskan bagaimana 50 juta data pengguna berakhir di tangan konsultasi politik.
Anggota parlemen di Amerika Serikat dan Eropa menuntut untuk tahu lebih banyak tentang praktik perlindungan data di perusahaan itu setelah "whistleblower" (peniup peluit) mengatakan konsultan Cambridge Analytica secara tidak sah mengakses data untuk menarget pemilih Amerika Serikat dan Inggris dalam pemilihan umum.
Facebook mengatakan perusahaan itu telah menerima undangan untuk bersaksi di hadapan Kongres dan bahwa mereka sedang berdialog dengan para legislator.
Saham Facebook ditutup turun 4,9 persen pada Selasa dan telah jatuh hampir 18 persen sejak 16 Maret, saat Facebook pertama kali mengakui bahwa data pengguna telah disalurkan dengan tidak semestinya pada Cambridge Analytica, yang disewa oleh Donald Trump pada kampanye presiden 2016.
Sektor teknologi turun 5,2 persen pada bulan Maret dan di jalur untuk bulan terburuknya sejak April 2016. Pelanggaran data telah meningkatkan kekhawatiran investor bahwa kegagalan perusahaan teknologi besar untuk melindungi keamanan data dapat menghalangi pengiklan dan mengarah ke peraturan yang lebih ketat.
Juru bicara Komite Perdagangan dan Energi Elena Hernandez mengatakan, "Komite terus bekerja dengan Facebook untuk menentukan hari dan waktu untuk Zuckerberg bersaksi".
Pada hari yang sama, Zuckerberg menolak undangan anggota parlemen Inggris untuk menjelaskan kepada komite parlemen Inggris apa yang salah.
Perusahaan itu mengatakan akan mengirim salah satu wakilnya, menyebutkan bahwa pimpinan bidang teknologi Mike Schroepfer atau pimpinan bidang produk Chris Cox memiliki keahlian untuk menjawab pertanyaan tentang permasalahan yang kompleks.
Ketua panitia menyebut keputusan Zuckerberg "mengherankan" dan mendesaknya untuk berpikir lagi.
Christopher Wylie, peniup peluit yang pernah bekerja untuk Cambridge Analytica, mengatakan pada Senin bahwa perusahaan Kanada AggregateIQ telah mengembangkan perangkat lunak yang menggunakan algoritma dari data Facebook untuk menargetkan pemilih Republik dalam pemilihan umum Amerika Serikat.
AggregateIQ tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari pernyataan Wylie. Cambridge Analytica mengatakan tidak berbagi data profil pengguna Facebook dengan AggregateIQ.
Cambridge Analytica mengatakan tidak menggunakan data Facebook di Kampanye Trump, dan telah menghapus semua data Facebook yang diperoleh dari aplikasi pihak ketiga pada tahun 2014 setelah mempelajari jika informasi itu tidak mematuhi peraturan perlindungan data.
Dalam iklan satu halaman penuh di surat kabar Inggris dan Amerika Serikat pekan ini Zuckerberg mengatakan aplikasi yang dibangun oleh seorang peneliti di universitas itu "membocorkan data jutaan orang pengguna Facebook pada tahun 2014".
Dia meminta maaf minggu lalu atas kesalahan yang dilakukan perusahaan dan berjanji untuk membatasi akses pengembang pada informasi pengguna sebagai bagian dari rencana untuk melindungi keamanan data pribadi.
Zuckerberg akhirnya tunduk pada tekanan dari anggota parlemen yang bersikeras agar dia menjelaskan bagaimana 50 juta data pengguna berakhir di tangan konsultasi politik.
Anggota parlemen di Amerika Serikat dan Eropa menuntut untuk tahu lebih banyak tentang praktik perlindungan data di perusahaan itu setelah "whistleblower" (peniup peluit) mengatakan konsultan Cambridge Analytica secara tidak sah mengakses data untuk menarget pemilih Amerika Serikat dan Inggris dalam pemilihan umum.
Facebook mengatakan perusahaan itu telah menerima undangan untuk bersaksi di hadapan Kongres dan bahwa mereka sedang berdialog dengan para legislator.
Saham Facebook ditutup turun 4,9 persen pada Selasa dan telah jatuh hampir 18 persen sejak 16 Maret, saat Facebook pertama kali mengakui bahwa data pengguna telah disalurkan dengan tidak semestinya pada Cambridge Analytica, yang disewa oleh Donald Trump pada kampanye presiden 2016.
Sektor teknologi turun 5,2 persen pada bulan Maret dan di jalur untuk bulan terburuknya sejak April 2016. Pelanggaran data telah meningkatkan kekhawatiran investor bahwa kegagalan perusahaan teknologi besar untuk melindungi keamanan data dapat menghalangi pengiklan dan mengarah ke peraturan yang lebih ketat.
Juru bicara Komite Perdagangan dan Energi Elena Hernandez mengatakan, "Komite terus bekerja dengan Facebook untuk menentukan hari dan waktu untuk Zuckerberg bersaksi".
Pada hari yang sama, Zuckerberg menolak undangan anggota parlemen Inggris untuk menjelaskan kepada komite parlemen Inggris apa yang salah.
Perusahaan itu mengatakan akan mengirim salah satu wakilnya, menyebutkan bahwa pimpinan bidang teknologi Mike Schroepfer atau pimpinan bidang produk Chris Cox memiliki keahlian untuk menjawab pertanyaan tentang permasalahan yang kompleks.
Ketua panitia menyebut keputusan Zuckerberg "mengherankan" dan mendesaknya untuk berpikir lagi.
Christopher Wylie, peniup peluit yang pernah bekerja untuk Cambridge Analytica, mengatakan pada Senin bahwa perusahaan Kanada AggregateIQ telah mengembangkan perangkat lunak yang menggunakan algoritma dari data Facebook untuk menargetkan pemilih Republik dalam pemilihan umum Amerika Serikat.
AggregateIQ tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari pernyataan Wylie. Cambridge Analytica mengatakan tidak berbagi data profil pengguna Facebook dengan AggregateIQ.
Cambridge Analytica mengatakan tidak menggunakan data Facebook di Kampanye Trump, dan telah menghapus semua data Facebook yang diperoleh dari aplikasi pihak ketiga pada tahun 2014 setelah mempelajari jika informasi itu tidak mematuhi peraturan perlindungan data.
Dalam iklan satu halaman penuh di surat kabar Inggris dan Amerika Serikat pekan ini Zuckerberg mengatakan aplikasi yang dibangun oleh seorang peneliti di universitas itu "membocorkan data jutaan orang pengguna Facebook pada tahun 2014".
Dia meminta maaf minggu lalu atas kesalahan yang dilakukan perusahaan dan berjanji untuk membatasi akses pengembang pada informasi pengguna sebagai bagian dari rencana untuk melindungi keamanan data pribadi.