Subang (Antaranews Jogja) - Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, tahun ini akan merilis satu strain ikan patin unggulan yang diberi nama "Perkasa" singkatan dari patin super karya anak bangsa.
"Strain baru ikan patin ini menjawab kebutuhan peternak akan benih yang unggul dari sisi pertumbuhan dan daya tahan atas penyakit aeromonas hidropila," kata Kepala BRPI Sukamandi Dr Imron SPi MSi di Subang, Jawa Barat, Selasa.
Ia menjelaskan, hasil uji pertumbuhan patin perkasa rata-rata hasil bobot panen di usia 8 bulan, lebih berat 40 persen lebih dibanding patin lokal.
"Uji coba dilakukan di Lampung, Sukamandi, Waduk Darma Kuningan dan Tulungagung. Strain ini tinggal menunggu SK dari Kementerian Kelautam dan Perikanan," katanya.
Menurut Imron, strain baru itu didahului dengan seleksi patin siam unggul cepat, koleksi BRPI selama 10 tahun terakhir. Kegiatan seleksi diawali dengan pembentukan populasi dasar (F0) yang diperoleh melalui persilangan ikan patin siam koleksi yang ada di BRPI.
Menurut Jatmiko, peneliti BRPI, saat ini kegiatan seleksi telah menghasilkan ikan patin siam generasi kedua (F2). Ikan patin siam generasi pertama (F1) memiliki nilai respon seleksi 20,91 persen dan generasi kedua menghasilkan nilai respon seleksi sebesar 17,95 persen, sehingga akumulasi nilai respon seleksi pada dua generasi sebesar 38,86 persen.
Dengan nilai respon seleksi yang relatif besar diharapkan ikan patin siam generasi kedua memiliki performa pertumbuhan lebih baik dibandingkan dengan ikan patin siam dari hasil pembenihan di peternak ikan.
Imron berharap jenis patin unggul baru ini diharapkan mampu mendongkrak produksi ikan patin nasional untuk pemenuhan kebutuhan domestik dan ekspor fillet ikan patin dunia.
Saat ini 80 persen pangsa pasar ikan patin di dunia dikuasai oleh Vietnam, namun Indonesia dengan sumber daya yang melimpah akan mampu bersaing dalam rangka pemenuhan pangsa pasar patin dunia.
Sebelumnya BRPI Sukamandi juga merilis strain ikan unggulan lain yaitu nila srikandi, lele mutiara, mas mustika dan udang galah GI macro II.
"Strain baru ikan patin ini menjawab kebutuhan peternak akan benih yang unggul dari sisi pertumbuhan dan daya tahan atas penyakit aeromonas hidropila," kata Kepala BRPI Sukamandi Dr Imron SPi MSi di Subang, Jawa Barat, Selasa.
Ia menjelaskan, hasil uji pertumbuhan patin perkasa rata-rata hasil bobot panen di usia 8 bulan, lebih berat 40 persen lebih dibanding patin lokal.
"Uji coba dilakukan di Lampung, Sukamandi, Waduk Darma Kuningan dan Tulungagung. Strain ini tinggal menunggu SK dari Kementerian Kelautam dan Perikanan," katanya.
Menurut Imron, strain baru itu didahului dengan seleksi patin siam unggul cepat, koleksi BRPI selama 10 tahun terakhir. Kegiatan seleksi diawali dengan pembentukan populasi dasar (F0) yang diperoleh melalui persilangan ikan patin siam koleksi yang ada di BRPI.
Menurut Jatmiko, peneliti BRPI, saat ini kegiatan seleksi telah menghasilkan ikan patin siam generasi kedua (F2). Ikan patin siam generasi pertama (F1) memiliki nilai respon seleksi 20,91 persen dan generasi kedua menghasilkan nilai respon seleksi sebesar 17,95 persen, sehingga akumulasi nilai respon seleksi pada dua generasi sebesar 38,86 persen.
Dengan nilai respon seleksi yang relatif besar diharapkan ikan patin siam generasi kedua memiliki performa pertumbuhan lebih baik dibandingkan dengan ikan patin siam dari hasil pembenihan di peternak ikan.
Imron berharap jenis patin unggul baru ini diharapkan mampu mendongkrak produksi ikan patin nasional untuk pemenuhan kebutuhan domestik dan ekspor fillet ikan patin dunia.
Saat ini 80 persen pangsa pasar ikan patin di dunia dikuasai oleh Vietnam, namun Indonesia dengan sumber daya yang melimpah akan mampu bersaing dalam rangka pemenuhan pangsa pasar patin dunia.
Sebelumnya BRPI Sukamandi juga merilis strain ikan unggulan lain yaitu nila srikandi, lele mutiara, mas mustika dan udang galah GI macro II.