Gunung Kidul (Antaranews Jogja) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menghimbau petani untuk tidak buru-buru menanam palawija dan padi meski hujan lokal sudah turun di beberapa wilayah.
"Informasi dari BMKG, hujan baru akan mulai awal November mendatang, sehingga kami berharap petani untuk tidak terburu-buru menanam," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Raharjo Yuwono di Gunung Kidul, Minggu.
Dia mengatakan mayoritas petani menanam lebih awal setiap ada hujan awal. Sistem menanam lebih awal di kalangan petani Gunung Kidul disebut "ngawu-awu". Sistem ini terlalu berisiko jika tidak segera diguyur hujan. Apalgai tanah di Gunung Kidul sebagian besar merupakan lahan tadah hujan.
Kemudian, petani sudah mulai melakukan pengolahan lahan, dan sudah mencapai 40 persen untuk wilayah Gunung Kidul. "Lebih baik menunggu dibandingkan berisiko gagal tumbuh karena hujan diperkirakan masih November," katanya.
Raharjo mengatakan pemerintah sudah menyiapkan diri menjelang musim penghujan mendatang. Diantaranya bantuan benih padi dari Pemerintah pusat seluas seluas 4.000 hektare atau 100 ton sudah diterima petani.
"Pada awal September juga akan didistribusikan padi hibrida 2.250 hektare," katanya.
Dia mengatakan untuk target produksi padi di Gunung Kidul mencapai padi Gunung Kidul 301.926 ton gabah kering giling. Targetnya naik, ealisasi tahun lalu yakni 293.380 ton gabah kering giling.
"Wilayah Gunung Kidul ada beberapa yang masih menenam padi seperti di Kecamatan Ponjong, Karangmojo, Semin dan Patuk," katanya.
Salah seorang Petani, Ranto Wiyatno (65) warga Dusun Plumbungan, Putat, Patuk, mengaku sudah mempersiapkan lahan untuk ditanami padi. "Untuk lahan yang tidak teraliri irigasi sudah dipersiapkan untuk musim hujan mendatang," katanya.
"Informasi dari BMKG, hujan baru akan mulai awal November mendatang, sehingga kami berharap petani untuk tidak terburu-buru menanam," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Raharjo Yuwono di Gunung Kidul, Minggu.
Dia mengatakan mayoritas petani menanam lebih awal setiap ada hujan awal. Sistem menanam lebih awal di kalangan petani Gunung Kidul disebut "ngawu-awu". Sistem ini terlalu berisiko jika tidak segera diguyur hujan. Apalgai tanah di Gunung Kidul sebagian besar merupakan lahan tadah hujan.
Kemudian, petani sudah mulai melakukan pengolahan lahan, dan sudah mencapai 40 persen untuk wilayah Gunung Kidul. "Lebih baik menunggu dibandingkan berisiko gagal tumbuh karena hujan diperkirakan masih November," katanya.
Raharjo mengatakan pemerintah sudah menyiapkan diri menjelang musim penghujan mendatang. Diantaranya bantuan benih padi dari Pemerintah pusat seluas seluas 4.000 hektare atau 100 ton sudah diterima petani.
"Pada awal September juga akan didistribusikan padi hibrida 2.250 hektare," katanya.
Dia mengatakan untuk target produksi padi di Gunung Kidul mencapai padi Gunung Kidul 301.926 ton gabah kering giling. Targetnya naik, ealisasi tahun lalu yakni 293.380 ton gabah kering giling.
"Wilayah Gunung Kidul ada beberapa yang masih menenam padi seperti di Kecamatan Ponjong, Karangmojo, Semin dan Patuk," katanya.
Salah seorang Petani, Ranto Wiyatno (65) warga Dusun Plumbungan, Putat, Patuk, mengaku sudah mempersiapkan lahan untuk ditanami padi. "Untuk lahan yang tidak teraliri irigasi sudah dipersiapkan untuk musim hujan mendatang," katanya.