Yogyakarta, (Antaranews Jogja) - Komunitas Usaha Mikro, Kecil, Menengah, Daerah Istimewa Yogyakarta mengajak pelaku usaha setempat mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor agar tidak mudah terdampak oleh penguatan dolar AS serta gejolak perekonomian global.
     
"Pengauatan mata uang dolar AS sekarang, tentu akan memberi pengaruh besar bagi pelaku UKM yang masih mengandalkan bahan baku impor," kata Ketua Komunitas Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) DIY Prasetyo Atmosutidjo di Yogyakarta, Senin.
     
Menurut Prasetyo, hingga saat ini 50 persen UKM di DIY masih bergantung pada bahan baku impor. Misalnya, perajin batik, pengusaha pakaian, tahu-tempe serta pengusaha kecil menengah lainnya.
     
"Seperti perajin batik yang masih sulit terlepas dari bahan baku impor seperti kain katun serta bahan pewarna tekstil," kata dia.
     
Menurut dia, akibatnya saat harga bahan baku impor mengalami gejolak akibat penguatan dolar AS, maka perajin terpaksa menaikkan harga jual produksi di pasaran. "Meski menjadi pilihan terakhir, menaikkan harga jual tidak bisa dihindarkan," kata dia.
     
Lebih dari itu, ia mengatakan, apabila tren pelemahan nilai tukar rupiah terus melemah, dikhawatirkan kebijakan efisiensi masing-masing pengusaha akan mengarah pada pemutusan hubungan kerja karyawan.
   
 Dengan demikian, ia juga berharap pemerintah dapat mendukung para perajin tetap meningkatkan produktivitasnya dengan memberikan alternatif bahan baku lokal dengan harga yang terjangkau.
   
 "Jadi bukan hanya perajin saja yang mengurangi bahan impor, namun pemerintah juga perlu mencarikan alternatif," kata dia.
       
Pada Kamis (11/10) pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak menguat sebesar 31 poin ke posisi Rp15.225 dibandingkan sebelumnya Rp15.256 per dolar AS.


















 

Pewarta : Luqman Hakim
Editor : Luqman Hakim
Copyright © ANTARA 2024