Jakarta (ANTARA) - Alumni Universitas Gajah Mada (UGM) yang tergabung dalam wadah "Kagama Berbagi Untuk Pelari" menggalang donasi beasiswa pendidikan melalui aktivitas berolahraga.
"Pengumpulan donasi pelari ini menjadi tren baru di kalangan komunitas pelari 'hore' untuk berbagi dengan sesama," kata anggota Kagama, Farid Yuniar, usai mengikuti lomba lari jalan raya Milo International 10K mengitari Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu pagi.
Kagama yang merupakan kepanjangan dari Keluarga Alumni Gajah Mada, menggalang donasi bagi adik kelas mereka dengan cara unik.
Sejak awal 2018, ratusan alumni UGM membentuk wadah Kagama sebagai wadah bersilaturahmi sekaligus berolahraga dan mensponsori sejumlah pelari profesional untuk tujuan donasi beasiswa.
"Tidak semua bisa lari puluhan kilometer. Kami sebagai pelari amatir mencoba mensponsori pelari profesional dengan menyumbang dana Rp50.000 hingga ratusan ribu rupiah sesuai dengan capaian kilometer yang diraih pelari profesional pada event tertentu," katanya.
Salah satu pelari yang pernah disponsori Kagama adalah Staf Khusus Presiden, Adita Irawati, dengan total donasi yang terhimpun hingga Rp100 juta lebih pada 2018.
Perempuan yang pernah menjadi mantan petinggi Telkomsel itu, kata dia, berhasil menempuh jarak lari hingga puluhan kilometer dalam satu event.
"Per kilometer lari kita danai dengan besaran donasi yang disepakati bersama para alumni. Dana yang terhimpun kita sumbangkan untuk beasiswa adik kelas di UGM atas nama penyumbang, Adita Irawati, hingga Rp100 juta lebih," katanya.
Farid mengatakan komunikasi yang dijalin dengan para alumni dilakukan via media sosial bernama 'Club Runners' di Instagram maupun Facebook.
Aktivitas donasi juga dilakukan anggota Kagama yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia dengan cara pembelian jersey untuk tambahan donasi.
"Biasanya kita janjian di tempat finis, anggota lain bebas mau start dari mana saja. Kita juga rutin memesan jersey yang harganya dilebihi sekitar Rp50.000 untuk keperluan donasi," katanya.
Bagi Farid, aktivitas lari tidak hanya untuk kepentingan kebugaran stamina, namun perlu didukung dengan jiwa sosial untuk sesama.
"Saya senang bisa olahraga sekaligus berbagi dengan adik kelas. Ini bentuk sumbangsih kami kepada almamater kampus karena sebagian besar kita sudah produktif," demikian Farid.
Baca juga: Mahasiswa UGM kembangkan formula penghambat penyakit ginjal kronis dari jahe
"Pengumpulan donasi pelari ini menjadi tren baru di kalangan komunitas pelari 'hore' untuk berbagi dengan sesama," kata anggota Kagama, Farid Yuniar, usai mengikuti lomba lari jalan raya Milo International 10K mengitari Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu pagi.
Kagama yang merupakan kepanjangan dari Keluarga Alumni Gajah Mada, menggalang donasi bagi adik kelas mereka dengan cara unik.
Sejak awal 2018, ratusan alumni UGM membentuk wadah Kagama sebagai wadah bersilaturahmi sekaligus berolahraga dan mensponsori sejumlah pelari profesional untuk tujuan donasi beasiswa.
"Tidak semua bisa lari puluhan kilometer. Kami sebagai pelari amatir mencoba mensponsori pelari profesional dengan menyumbang dana Rp50.000 hingga ratusan ribu rupiah sesuai dengan capaian kilometer yang diraih pelari profesional pada event tertentu," katanya.
Salah satu pelari yang pernah disponsori Kagama adalah Staf Khusus Presiden, Adita Irawati, dengan total donasi yang terhimpun hingga Rp100 juta lebih pada 2018.
Perempuan yang pernah menjadi mantan petinggi Telkomsel itu, kata dia, berhasil menempuh jarak lari hingga puluhan kilometer dalam satu event.
"Per kilometer lari kita danai dengan besaran donasi yang disepakati bersama para alumni. Dana yang terhimpun kita sumbangkan untuk beasiswa adik kelas di UGM atas nama penyumbang, Adita Irawati, hingga Rp100 juta lebih," katanya.
Farid mengatakan komunikasi yang dijalin dengan para alumni dilakukan via media sosial bernama 'Club Runners' di Instagram maupun Facebook.
Aktivitas donasi juga dilakukan anggota Kagama yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia dengan cara pembelian jersey untuk tambahan donasi.
"Biasanya kita janjian di tempat finis, anggota lain bebas mau start dari mana saja. Kita juga rutin memesan jersey yang harganya dilebihi sekitar Rp50.000 untuk keperluan donasi," katanya.
Bagi Farid, aktivitas lari tidak hanya untuk kepentingan kebugaran stamina, namun perlu didukung dengan jiwa sosial untuk sesama.
"Saya senang bisa olahraga sekaligus berbagi dengan adik kelas. Ini bentuk sumbangsih kami kepada almamater kampus karena sebagian besar kita sudah produktif," demikian Farid.
Baca juga: Mahasiswa UGM kembangkan formula penghambat penyakit ginjal kronis dari jahe