Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia memproyeksikan perekonomian Indonesia pada 2020 akan mencapai antara 5,1 persen sampai 5,5 persen meskipun ketidakpastian global semakin meningkat.
“Bank Indonesia mengejar stabilitas untuk mendorong pertumbuhan yang kami perkirakan akan mencapai 5,1 persen sampai 5,5 persen (yoy) pada 2020,” kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di Gedung BI, Jakarta, Senin.
Destry menuturkan Bank Indonesia optimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2 persen sampai 5,6 persen pada tahun berikutnya yaitu 2021.
“Kami juga ingin menyampaikan optimisme pada 2021 seperti yang kita harapkan akan ada reformasi struktural dalam perekonomian kita,” ujarnya.
Ia menilai program pemerintah pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yaitu infrastruktur yang lebih terintegrasi antara pusat ekonomi regional termasuk zona industri dan kawasan pariwisata merupakan kunci pertumbuhan.
“Pembangunan infrastruktur adalah kunci untuk pertumbuhan berkelanjutan di negara berkembang seperti Indonesia,” katanya.
Ia menyebutkan bahwa lebih dari 17 ribu pulau di Indonesia merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang besar apabila terdapat infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan.
Oleh sebab itu, pemerintah dapat melakukan beberapa hal untuk mempercepat pembangunan infrastruktur seperti peningkatan peran investor swasta dan innovative financing, peningkatan kualitas persiapan proyek infrastruktur (feasibility study), serta kolaborasi dan sinergi kebijakan pemerintah pusat hingga daerah.
Sementara untuk Bank Indonesia, Destry mengatakan pihaknya berkontribusi melalui kebijakan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) yang akomodatif, mendorong penerbitan surat berharga komersial dan pemanfaatan instrumen lindung nilai (hedging), serta memberikan pendampingan pada pemerintah daerah.
Ia pun mengimbau kepada pihak swasta untuk turut berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur sebab sumber pembiayaan telah mencapai jumlah besar yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh sektor publik saja.
“Sumber keuangan tradisional dari sektor perbankan menjadi terbatas karena kendala kehati-hatian, jadi sudah saatnya bagi swasta untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur,” katanya.
“Bank Indonesia mengejar stabilitas untuk mendorong pertumbuhan yang kami perkirakan akan mencapai 5,1 persen sampai 5,5 persen (yoy) pada 2020,” kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di Gedung BI, Jakarta, Senin.
Destry menuturkan Bank Indonesia optimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2 persen sampai 5,6 persen pada tahun berikutnya yaitu 2021.
“Kami juga ingin menyampaikan optimisme pada 2021 seperti yang kita harapkan akan ada reformasi struktural dalam perekonomian kita,” ujarnya.
Ia menilai program pemerintah pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yaitu infrastruktur yang lebih terintegrasi antara pusat ekonomi regional termasuk zona industri dan kawasan pariwisata merupakan kunci pertumbuhan.
“Pembangunan infrastruktur adalah kunci untuk pertumbuhan berkelanjutan di negara berkembang seperti Indonesia,” katanya.
Ia menyebutkan bahwa lebih dari 17 ribu pulau di Indonesia merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang besar apabila terdapat infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan.
Oleh sebab itu, pemerintah dapat melakukan beberapa hal untuk mempercepat pembangunan infrastruktur seperti peningkatan peran investor swasta dan innovative financing, peningkatan kualitas persiapan proyek infrastruktur (feasibility study), serta kolaborasi dan sinergi kebijakan pemerintah pusat hingga daerah.
Sementara untuk Bank Indonesia, Destry mengatakan pihaknya berkontribusi melalui kebijakan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) yang akomodatif, mendorong penerbitan surat berharga komersial dan pemanfaatan instrumen lindung nilai (hedging), serta memberikan pendampingan pada pemerintah daerah.
Ia pun mengimbau kepada pihak swasta untuk turut berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur sebab sumber pembiayaan telah mencapai jumlah besar yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh sektor publik saja.
“Sumber keuangan tradisional dari sektor perbankan menjadi terbatas karena kendala kehati-hatian, jadi sudah saatnya bagi swasta untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur,” katanya.