Yogyakarta (ANTARA) - Puluhan tabung elpiji bersubsidi ukuran tiga kilogram, baik yang sudah kosong atau masih isi ditarik dari sejumlah rumah makan di Kota Yogyakarta dan langsung diganti dengan bright gas secara gratis.

“Kegiatan ini merupakan bagian dari pengawasan penggunaan elpiji bersubdisi agar penggunaannya tidak salah sasaran, yaitu ditujukan untuk warga miskin,” kata Kepala Bidang Bimbingan Usaha Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta Benedict Cahyo Santoso di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, kuota elpiji tiga kilogram untuk Kota Yogyakarta sudah dihitung berdasarkan kebutuhan sehingga seharusnya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berhak menggunakannya.

Namun, lanjut dia, terkadang masih muncul keluhan warga yang mengalami kesulitan memperoleh elpiji tiga kilogram sehingga perlu dilakukan pengecekan di lapangan mengenai proses distribusi atau penggunaannya.

Berdasarkan Surat Edaran Gubernur DIY Nomor 510/2018, dinyatakan bahwa pelaku usaha diimbau untuk tidak menggunakan elpiji bersubsidi untuk kegiatan usaha karena elpiji tiga kilogram hanya dimanfaatkan untuk rumah tangga miskin dan usaha mikro saja.

“Oleh karena itu, dilakukan kegiatan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah rumah makan dan ternyata masih ada rumah makan yang menggunakan elpiji tiga kilogram untuk kegiatan usahanya,” katanya.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta bersama Pertamina, Hiswana dan kepolisian menggelar sidak penggunaan elpiji ke delapan rumah makan dan menemukan 90 tabung elpiji bersubsidi.

 “Kami lakukan pembinaan agar pelaku usaha menggunakan elpiji nonsubsidi, dan langsung melakukan penggantian dengan bright gas,” katanya.

Setiap dua tabung elpiji bersubsidi diganti dengan satu tabung bright gas, sehingga dalam sidak tersebut dilakukan penggantian 45 tabung bright gas ukuran 5,5 kg.

Jika di kemudian hari rumah makan tersebut diketahui kembali menggunakan elpiji bersubsidi untuk kegiatan usahanya, maka pangkalan yang membawahi wilayah tersebut bisa dikenai sanksi berupa pencabutan izin dari agen. Saat ini terdapat sekitar 13 agen dan 860 pangkalan dengan ribuan pengecer.

Ia berharap, melalui kegiatan tersebut masyarakat miskin yang seharusnya menikmati elpiji bersubsidi bisa memperoleh elpiji dengan lebih mudah. “Misalnya dalam satu bulan sebuah rumah makan membutuhkan 150 tabung elpiji tiga kilogram, maka jumlah tersebut dapat memenuhi kebutuhan 20 KK miskin dalam sebulan,” katanya.

Sementara itu, salah satu pemilik warung Soto Lamongan, Cak Mangun mengatakan, dalam sehari membutuhkan sekitar tujuh tabung elpiji tiga kilogram untuk warung makan yang dikelolanya.

“Tiap hari beli elpiji tiga kilogram. Kadang dua tabung, kadang empat bahkan enam. Kami beli dari pengecer di dekat warung. Harganya sekitar Rp20.000 per tabung,” katanya.

Ia mengatakan tidak keberatan dengan program penggantian elpiji tiga kilogram dengan bright gas 5,5kg namun berharap bright gas tersebut dapat diperoleh dengan mudah.

“Mudah-mudahan, penggunaannya juga lebih hemat,” katanya yang memperoleh ganti 13 tabung bright gas dari 25 tabung elpiji bersubsidi yang ditarik.


 


Pewarta : Eka Arifa Rusqiyati
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024