Kulon Progo (ANTARA) - Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Edi Priyono, meminta Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak melalukan normalisasi secara berkesinambungan terhadap Sungai Serang dan Sungai Bogowonto dan anak-anak sungai untuk mengatasi banjir di wilayah itu.
Edi Priyono di Kulon Progo, Kamis mengatakan dalam dua tahun terakhir, normalisasi Sungai Serang dan Sungai Bogowonto dan anak-anak sungai mampu menekan bencana banjir di Kecamatan Wates, Panjatan, Galur, Lendah dan Temon.
Proyek penanganan banjir wilayah selatan di Kulon Progo, katanya, meski belum dikerjakan secara tuntas, hasilnya dapat dirasakan masyarakat.
"Hal ini terbukti, satu minggu terakhir, Kulon Progo diguyur hujan dengan intensitas tinggi, tapi tidak terjadi genangan seperti tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu, kami berharap normalisasi dilakukan secara periodik dan berkelanjutan," kata Edi.
Ia mengatakan setelah 1984 hingga tahun 2000-an, Sungai Serang dan Sungai Bogowonto dan anak-anak sungai tidak dilakukan normalisasi, dampaknya bencana banjir tahunan selalu muncul.
"Harapannya, ketika dilakukan normalisasi secara periodik, maka bencana banjir selatan di Kulon Progo dapat teratasi dengan naik," katanya.
Alasan perlu dilakukannya normalisasi Sungai Serang dan Sungai Bogowonto dan anak-anak sungai secara periodik, yakni kegiatan pertambangan di wilayah utara, air hujan dari wilayah utara tidak ada tempat berhenti, dan langsung menuju selatan semua.
"Sehingga kalau musim hujan berpotensi menyebabkan banjir," katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Ariadi mengatakan potensi bencana banjir di wilayah Kulon Progo ada di delapan kecamatan, yakni Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Temon, Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang.
"Potensi banjir paling parah di Kecamatan Wates, Panjatan, Galur, Lendah dan Temon. Kami sudah menyiapkan kebutuhan logistik dan sarana prasarana lain untuk mengatasi masalah banjir," katanya.
Edi Priyono di Kulon Progo, Kamis mengatakan dalam dua tahun terakhir, normalisasi Sungai Serang dan Sungai Bogowonto dan anak-anak sungai mampu menekan bencana banjir di Kecamatan Wates, Panjatan, Galur, Lendah dan Temon.
Proyek penanganan banjir wilayah selatan di Kulon Progo, katanya, meski belum dikerjakan secara tuntas, hasilnya dapat dirasakan masyarakat.
"Hal ini terbukti, satu minggu terakhir, Kulon Progo diguyur hujan dengan intensitas tinggi, tapi tidak terjadi genangan seperti tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu, kami berharap normalisasi dilakukan secara periodik dan berkelanjutan," kata Edi.
Ia mengatakan setelah 1984 hingga tahun 2000-an, Sungai Serang dan Sungai Bogowonto dan anak-anak sungai tidak dilakukan normalisasi, dampaknya bencana banjir tahunan selalu muncul.
"Harapannya, ketika dilakukan normalisasi secara periodik, maka bencana banjir selatan di Kulon Progo dapat teratasi dengan naik," katanya.
Alasan perlu dilakukannya normalisasi Sungai Serang dan Sungai Bogowonto dan anak-anak sungai secara periodik, yakni kegiatan pertambangan di wilayah utara, air hujan dari wilayah utara tidak ada tempat berhenti, dan langsung menuju selatan semua.
"Sehingga kalau musim hujan berpotensi menyebabkan banjir," katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Ariadi mengatakan potensi bencana banjir di wilayah Kulon Progo ada di delapan kecamatan, yakni Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Temon, Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang.
"Potensi banjir paling parah di Kecamatan Wates, Panjatan, Galur, Lendah dan Temon. Kami sudah menyiapkan kebutuhan logistik dan sarana prasarana lain untuk mengatasi masalah banjir," katanya.