Yogyakarta (ANTARA) - Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X berharap setelah mengembalikan keris milik Pangeran Diponegoro, Kerajaan Belanda juga bersedia mengembalikan naskah-naskah kuno atau manuskrip Indonesia ke Tanah Air.
"Kalau bisa jangan hanya itu (keris Diponegoro) tapi naskah-naskah yang lain mungkin juga memungkinkan (dikembalikan) atau barang-barang yang lain," kata Sultan seusai menerima kunjungan Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Belanda Máxima Zorreguieta Cerruti di Keraton Yogyakarta, Rabu.
Seperti halnya keris Pangeran Diponegoro yang telah diserahkan kepada Pemerintah Indonesia, menurut Sultan, naskah-naskah kuno peninggalan sejarah Nusantara juga memiliki nilai tersendiri bagi Bangsa Indonesia.
"Seperti keris kan bagi orang Jawa itu punya nilai," kata Sultan.
Meski demikian, Sultan mengaku tidak tahu persis daftar naskah-naskah kuno yang saat ini ada di pihak Kerajaan Belanda.
"Kita enggak tahu persis ya, kami enggak punya data itu," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini.
Ia juga tidak membicarakan hal ini secara khusus saat menerima kunjungan Raja dan Ratu Belanda itu. "Tidak bicara sampai di situ," kata dia.
Secara terpisah, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono memandang upaya digitalisasi naskah kuno Indonesia yang ada di Belanda menjadi pilihan yang lebih aman dan bijak.
Pengembalian naskah berusia tua dengan fisik yang sudah rapuh, menurutnya, justru memiliki risiko rusak. Di sisi lain, Indonesia juga harus menyediakan tempat yang representatif dan aman untuk menyimpan naskah itu.
"Kita mesti berpikir ya naskah itu dari umur sudah lama. Kemudian secara fisik itu pasti sudah tidak kuat kalau dikesanakan atau dikesinikan," kata dia.
Dengan menempuh upaya digitalisasi, kata Panut, baik naskah maupun benda-benda bersejarah lain milik Indonesia bisa ditampilkan persis seperti kondisi aslinya dalam bentuk tiga dimensi melalui museum digital.
"Ini saran. Tentu kita akan bicarakan ke depan dengan kunjungan Raja dan Ratu Belanda ini bisa mengakses semua benda-benda sejarah," kata Panut seusai menerima kunjungan Raja dan Ratu Belanda di Kampus UGM.
Dalam rangkaian lawatannya ke Indonesia, Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti pada Rabu (11/3) juga mengunjungi Keraton Yogyakarta dan UGM.
"Kalau bisa jangan hanya itu (keris Diponegoro) tapi naskah-naskah yang lain mungkin juga memungkinkan (dikembalikan) atau barang-barang yang lain," kata Sultan seusai menerima kunjungan Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Belanda Máxima Zorreguieta Cerruti di Keraton Yogyakarta, Rabu.
Seperti halnya keris Pangeran Diponegoro yang telah diserahkan kepada Pemerintah Indonesia, menurut Sultan, naskah-naskah kuno peninggalan sejarah Nusantara juga memiliki nilai tersendiri bagi Bangsa Indonesia.
"Seperti keris kan bagi orang Jawa itu punya nilai," kata Sultan.
Meski demikian, Sultan mengaku tidak tahu persis daftar naskah-naskah kuno yang saat ini ada di pihak Kerajaan Belanda.
"Kita enggak tahu persis ya, kami enggak punya data itu," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini.
Ia juga tidak membicarakan hal ini secara khusus saat menerima kunjungan Raja dan Ratu Belanda itu. "Tidak bicara sampai di situ," kata dia.
Secara terpisah, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono memandang upaya digitalisasi naskah kuno Indonesia yang ada di Belanda menjadi pilihan yang lebih aman dan bijak.
Pengembalian naskah berusia tua dengan fisik yang sudah rapuh, menurutnya, justru memiliki risiko rusak. Di sisi lain, Indonesia juga harus menyediakan tempat yang representatif dan aman untuk menyimpan naskah itu.
"Kita mesti berpikir ya naskah itu dari umur sudah lama. Kemudian secara fisik itu pasti sudah tidak kuat kalau dikesanakan atau dikesinikan," kata dia.
Dengan menempuh upaya digitalisasi, kata Panut, baik naskah maupun benda-benda bersejarah lain milik Indonesia bisa ditampilkan persis seperti kondisi aslinya dalam bentuk tiga dimensi melalui museum digital.
"Ini saran. Tentu kita akan bicarakan ke depan dengan kunjungan Raja dan Ratu Belanda ini bisa mengakses semua benda-benda sejarah," kata Panut seusai menerima kunjungan Raja dan Ratu Belanda di Kampus UGM.
Dalam rangkaian lawatannya ke Indonesia, Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti pada Rabu (11/3) juga mengunjungi Keraton Yogyakarta dan UGM.