Yogyakarta (ANTARA) - Warga Pedukuhan Jatisawit, Desa Balecatur, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggagas gerakan satu rumah satu "padasan" atau sarana cuci tangan berbahan tanah liat untuk mencegah penularan COVID-19.
Gagasan Dukuh Jatisawit Sariyo itu didukung oleh Bupati Sleman Sri Purnomo dengan menandatangani prasasti Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19 di Jatisawit, Sleman, Sabtu.
"Ide Pak Dukuh yang didukung RT/RW dan tokoh masyarakat akhirnya bisa membangkitkan masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)," kata Sri Purnomo.
Menurut Sri, penggunaan padasan dengan diletakkan di teras rumah merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang perlu dilestarikan.
Selain membangkitkan semangat warga untuk rajin mencuci tangan, menurut dia, upaya itu sekaligus mendorong penjualan produk UMKM gerabah lokal yang selama ini cukup terdampak pandemi.
"Ini saya nilai positif kan mereka jadi membeli produk-produk UMKM yang selama ini jarang dipikirkan. Dengan satu rumah satu padasan, pengrajinnya jadi laku," kata dia.
Ia berharap dengan meningkatnya kesadaran menerapkan PHBS serta mematuhi protokol kesehatan, wilayah Jatisawit yang sebelumnya terdapat kasus positif COVID-19 bisa terbebas sepenuhnya dari penularan virus corona jenis baru itu.
Meski ia menyadari bahwa di Sleman masih ada penambahan kasus positif COVID-19, namun tingkat kesembuhan pasien yang terjangkit virus itu telah mencapai 83 persen.
"Mudah-mudahan di tempat-tempat lain mengikuti inspirasi dari pedukuhan ini," kata Sri Purnomo.
Padasan atau sarana cuci tangan berbahan tanah liat diletakkan di teras rumah warga Pedukuhan Jatisawit, Balecatur, Sleman. (FOTO ANTARA/Luqman Hakim)
Sementara itu, Dukuh Jatisawit, Sariyo mengatakan ide satu rumah satu padasan itu muncul karena sebelumnya banyak warganya yang enggan membudayakan PHBS untuk memutus mata rantai COVID-19.
Padahal, kata dia, saat itu di wilayahnya muncul lima kasus terkonfirmasi positif COVID-19, meski saat ini seluruhnya telah sembuh.
"Imbauan kami diperhatikan tapi masih banyak kurangnya. Setelah kami memberikan satu keluarga satu padasan, antusiasme warga melakukan PHBS luar biasa," kata dia.
Sariyo berencana menyediakan padasan untuk seluruh warganya yang berjumlah 1.700 KK secara bertahap. Dana pembelian padasan yang dibagikan secara gratis itu, menurutnya, berasal dari penggalangan dana di setiap RT.
"Saat ini yang kami adakan baru 100 padasan. Kami utamakan yang rumahnya sudah ada tempat untuk meletakkan (padasan)," kata dia.
Sebelumnya, berdasarkan data dari rumah sakit rujukan, Pemda DIY mencatat total orang dalam pemantauan (ODP) di DIY hingga Jumat (3/7) mencapai 7.738 orang, pasien dalam pengawasan (PDP) yang sudah diperiksa terkait dengan COVID-19 (dengan tes usap) tercatat 1.881 orang.
Dari jumlah PDP tersebut, 1.451 orang di antaranya dinyatakan negatif corona, 324 orang positif di mana 271 orang di antaranya sembuh, dan delapan meninggal, sedangkan yang masih menunggu hasil 106 orang dengan 24 di antaranya telah meninggal.
Gagasan Dukuh Jatisawit Sariyo itu didukung oleh Bupati Sleman Sri Purnomo dengan menandatangani prasasti Tugu Gerakan Masyarakat Gugus Tugas COVID-19 di Jatisawit, Sleman, Sabtu.
"Ide Pak Dukuh yang didukung RT/RW dan tokoh masyarakat akhirnya bisa membangkitkan masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)," kata Sri Purnomo.
Menurut Sri, penggunaan padasan dengan diletakkan di teras rumah merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang perlu dilestarikan.
Selain membangkitkan semangat warga untuk rajin mencuci tangan, menurut dia, upaya itu sekaligus mendorong penjualan produk UMKM gerabah lokal yang selama ini cukup terdampak pandemi.
"Ini saya nilai positif kan mereka jadi membeli produk-produk UMKM yang selama ini jarang dipikirkan. Dengan satu rumah satu padasan, pengrajinnya jadi laku," kata dia.
Ia berharap dengan meningkatnya kesadaran menerapkan PHBS serta mematuhi protokol kesehatan, wilayah Jatisawit yang sebelumnya terdapat kasus positif COVID-19 bisa terbebas sepenuhnya dari penularan virus corona jenis baru itu.
Meski ia menyadari bahwa di Sleman masih ada penambahan kasus positif COVID-19, namun tingkat kesembuhan pasien yang terjangkit virus itu telah mencapai 83 persen.
"Mudah-mudahan di tempat-tempat lain mengikuti inspirasi dari pedukuhan ini," kata Sri Purnomo.
Sementara itu, Dukuh Jatisawit, Sariyo mengatakan ide satu rumah satu padasan itu muncul karena sebelumnya banyak warganya yang enggan membudayakan PHBS untuk memutus mata rantai COVID-19.
Padahal, kata dia, saat itu di wilayahnya muncul lima kasus terkonfirmasi positif COVID-19, meski saat ini seluruhnya telah sembuh.
"Imbauan kami diperhatikan tapi masih banyak kurangnya. Setelah kami memberikan satu keluarga satu padasan, antusiasme warga melakukan PHBS luar biasa," kata dia.
Sariyo berencana menyediakan padasan untuk seluruh warganya yang berjumlah 1.700 KK secara bertahap. Dana pembelian padasan yang dibagikan secara gratis itu, menurutnya, berasal dari penggalangan dana di setiap RT.
"Saat ini yang kami adakan baru 100 padasan. Kami utamakan yang rumahnya sudah ada tempat untuk meletakkan (padasan)," kata dia.
Sebelumnya, berdasarkan data dari rumah sakit rujukan, Pemda DIY mencatat total orang dalam pemantauan (ODP) di DIY hingga Jumat (3/7) mencapai 7.738 orang, pasien dalam pengawasan (PDP) yang sudah diperiksa terkait dengan COVID-19 (dengan tes usap) tercatat 1.881 orang.
Dari jumlah PDP tersebut, 1.451 orang di antaranya dinyatakan negatif corona, 324 orang positif di mana 271 orang di antaranya sembuh, dan delapan meninggal, sedangkan yang masih menunggu hasil 106 orang dengan 24 di antaranya telah meninggal.