Kulon Progo (ANTARA) - Pelaku industri kecil dan menengah di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengolah lidah buaya menjadi berbagai produk olahan, sehingga mudah diterima masyarakat umum dan meningkatkan nilai jual.
Pelaku IKM De Cends Aloevera Kecamatan Pengasih Christiyaningsih di Kulon Progo, Rabu, mengatakan dirinya dibantu beberapa tenaga di lingkungan tempat tinggalnya memproduksi beberapa produk makanan olahan dari lidah buaya, antara lain cendol, lumpia, dan minuman serbuk.
"Produk De Cends Aloevera sudah dijual di toko oleh-oleh sekitar Yogyakarta dan juga melayani penjualan daring untuk wilayah luar kota," kata Christiyaningsih.
Ia mengatakan usahanya baru dijalankan selama dua tahun atau tepatnya sejak September 2019. Berawal dari melihat banyak hasil petani lidah buaya yang tidak terakomodir dan tidak berharga di masyarakat, kemudian tercetus ide untuk mengolahnya menjadi beberapa produk makan olahan.
"Awalnya kami buka gerai di dekat kampus UNY Wates dan ternyata responsnya bagus, banyak pelanggan, dan kami kembangkan menjadi beberapa gerai," katanya.
Christiyaningsih mengatakan sebagai dampak pandemi COVID-19 ini, beberapa gerai tutup dan hanya fokus satu gerai. Pada masa pendemi ini, pihaknya melayani pasar daring supaya dapat bertahan dan tetap berproduksi.
Sementara itu, Kepala Diskominfo Kulon Progo Rudiyatno mengatakan Pemkab Kulon Progo melalui Diskominfo berupaya membantu mempromosikan produk lokal buatan masyarakat, khususnya pelaku industri kecil dan menengah di Kulon Progo.
"Misi utamanya adalah menginformasikan lebih luas ke masyarakat, seperti apa produk-produk lokal yang ada, supaya lebih dikenal luas baik lokal, regional bahkan sampai tingkat nasional," kata Rudiyatno.
Pelaku IKM De Cends Aloevera Kecamatan Pengasih Christiyaningsih di Kulon Progo, Rabu, mengatakan dirinya dibantu beberapa tenaga di lingkungan tempat tinggalnya memproduksi beberapa produk makanan olahan dari lidah buaya, antara lain cendol, lumpia, dan minuman serbuk.
"Produk De Cends Aloevera sudah dijual di toko oleh-oleh sekitar Yogyakarta dan juga melayani penjualan daring untuk wilayah luar kota," kata Christiyaningsih.
Ia mengatakan usahanya baru dijalankan selama dua tahun atau tepatnya sejak September 2019. Berawal dari melihat banyak hasil petani lidah buaya yang tidak terakomodir dan tidak berharga di masyarakat, kemudian tercetus ide untuk mengolahnya menjadi beberapa produk makan olahan.
"Awalnya kami buka gerai di dekat kampus UNY Wates dan ternyata responsnya bagus, banyak pelanggan, dan kami kembangkan menjadi beberapa gerai," katanya.
Christiyaningsih mengatakan sebagai dampak pandemi COVID-19 ini, beberapa gerai tutup dan hanya fokus satu gerai. Pada masa pendemi ini, pihaknya melayani pasar daring supaya dapat bertahan dan tetap berproduksi.
Sementara itu, Kepala Diskominfo Kulon Progo Rudiyatno mengatakan Pemkab Kulon Progo melalui Diskominfo berupaya membantu mempromosikan produk lokal buatan masyarakat, khususnya pelaku industri kecil dan menengah di Kulon Progo.
"Misi utamanya adalah menginformasikan lebih luas ke masyarakat, seperti apa produk-produk lokal yang ada, supaya lebih dikenal luas baik lokal, regional bahkan sampai tingkat nasional," kata Rudiyatno.