Gunung Kidul (ANTARA) - Warga di Dusun Salam, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membudidayakan maggot yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Salah seorang pelopor budi daya maggot, Kusdiana di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan warga di Dusun Salam sudah membudidayakan maggot sejak empat tahun terakhir.
"Budi daya maggot terus berkembang dengan pesat, sehingga mampu memberikan dampak kesejahteraan dan peningkatan ekonomi masyarakat," katanya.
Maggot atau belatung merupakan larva dari lalat black soldier fly (Hermetia Illucens, Stratimydae, Diptera) atau BSF. Dari aspek ekonomi, maggot merupakan alternatif bahan pakan sumber protein yang tinggi energi untuk dijadikan pakan ternak seperti ikan, ayam, burung.
Kusdiana yang pernah mengenyam pendidikan di ITB itu, awal membudidayakan maggot ikut memberikan edukasi kepada warga masyarakat yang akhirnya tertarik hingga terbentuk kelompok budi daya.
"Hasil dari budi daya maggot ini pun memiliki nilai ekonomi yang tinggi selain harganya yang mahal, terlebih telur maggot yang mampu menembus harga Rp5 juta per kilogram," kata Kusdiana.
Pakan maggot diperoleh dari berbagai hasil limbah rumah tangga. Sehingga tidak mengalami kendala. Kelompok yang aktif dalam pengolahan limbah untuk potensi makan maggot dan lele serta pupuk harapanya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan dengan dukungan dari pemkab agar dapat lebih meningkat.
"Kami berharap ada dukungan pengembangan budi daya maggot, sehingga diharapkan semakin berkembang pesat dan mampu meningkatkkan pendapatan masyarakat," katanya.
Bupati Gunung Kidul Sunaryanta mengapresiasi gerakan pemberdayaan masyarakat tersebut, dengan kegiatan budi daya ini menjadi salah satu program pembangunan di sektor ekonomi kerakyatan.
Selain budi daya maggot yang sangat potensial dikembangkan juga adanya jowo supuer (joper) di wilayah selatan dengan ribuan pembudidaya yang terbuka untuk dikembangkan lagi.
"Kami berharap semoga ada peningkatan dan dapat memberikan kesejahteraan kelompok yang terus berkembang. Pengembangan ini jika dikelola dengan baik maka tidak menutup kemungkinan besar adanya kunjungan dan bantuan-bantuan dari kementerian," harapnya.
Salah seorang pelopor budi daya maggot, Kusdiana di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan warga di Dusun Salam sudah membudidayakan maggot sejak empat tahun terakhir.
"Budi daya maggot terus berkembang dengan pesat, sehingga mampu memberikan dampak kesejahteraan dan peningkatan ekonomi masyarakat," katanya.
Maggot atau belatung merupakan larva dari lalat black soldier fly (Hermetia Illucens, Stratimydae, Diptera) atau BSF. Dari aspek ekonomi, maggot merupakan alternatif bahan pakan sumber protein yang tinggi energi untuk dijadikan pakan ternak seperti ikan, ayam, burung.
Kusdiana yang pernah mengenyam pendidikan di ITB itu, awal membudidayakan maggot ikut memberikan edukasi kepada warga masyarakat yang akhirnya tertarik hingga terbentuk kelompok budi daya.
"Hasil dari budi daya maggot ini pun memiliki nilai ekonomi yang tinggi selain harganya yang mahal, terlebih telur maggot yang mampu menembus harga Rp5 juta per kilogram," kata Kusdiana.
Pakan maggot diperoleh dari berbagai hasil limbah rumah tangga. Sehingga tidak mengalami kendala. Kelompok yang aktif dalam pengolahan limbah untuk potensi makan maggot dan lele serta pupuk harapanya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan dengan dukungan dari pemkab agar dapat lebih meningkat.
"Kami berharap ada dukungan pengembangan budi daya maggot, sehingga diharapkan semakin berkembang pesat dan mampu meningkatkkan pendapatan masyarakat," katanya.
Bupati Gunung Kidul Sunaryanta mengapresiasi gerakan pemberdayaan masyarakat tersebut, dengan kegiatan budi daya ini menjadi salah satu program pembangunan di sektor ekonomi kerakyatan.
Selain budi daya maggot yang sangat potensial dikembangkan juga adanya jowo supuer (joper) di wilayah selatan dengan ribuan pembudidaya yang terbuka untuk dikembangkan lagi.
"Kami berharap semoga ada peningkatan dan dapat memberikan kesejahteraan kelompok yang terus berkembang. Pengembangan ini jika dikelola dengan baik maka tidak menutup kemungkinan besar adanya kunjungan dan bantuan-bantuan dari kementerian," harapnya.