Jakarta (ANTARA) - Jumat 26 November ini menjadi awal rangkaian dwitarung sampai 16 Desember nanti yang mungkin mendebarkan dalam Kejuaraan Dunia Catur di Dubai, Uni Emirat Arab, antara juara bertahan pecatur Norwegia Grand Master Magnus Carlsen dan pecatur Rusia Grand Master Ian Nepomniachtchi.

Carlsen adalah juara dunia sejak Juli  2011, berperingkat nomor satu dunia dan memiliki Elo rating 2.855, sedangkan Ian Nepomniachtchi mempunyai Elo rating 2.782 dan berperingkat lima dunia.

Adu otak di papan catur antara dua pecatur terbaik dunia tersebut bisa menjadi dwitarung-dwitarung klasik lainnya yang pernah menyedot perhatian dunia.

Carlsen versus Nepomniachtchi mungkin menjadi pertandingan catur yang seheroik dwitarung legendaris di masa lalu seperti Bobby Fischer melawan Boris Spassky dalam Kejuaraan Catur Dunia 1972 yang diselimuti sentimen Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, atau antara Anatoly Karpov dan Garry Kasparov pada event sejenis untuk edisi 1985, atau Magnus Carlsen sendiri tatkala merebut tiara kejuaraan dunia dari pecatur kebanggaan India Viswanathan Anand pada 2013.

Carlsen menjadi salah satu pecatur yang paling sering menjadi kampiun dalam kejuaraan catur dunia. Dia sudah empat kali menjadi juara dunia dan sudah delapan tahun mempertahankan status ini. Catatannya sama dengan Voswanathan Anand (2007-2012), Wilhem Steinitz (1886-1892), dan Alexander Alekhine (1927-1937).

Tetapi catatan dia masih kalah dari Mikhail Botvninnik yang lima kali menjuarai catur dari 1948 sampai 1961, atau Emmanuel Lasker (1894-1910) dan Garry Kasparov (1985-1995) yang masing-masing enam kali menyandang predikat juara dunia catur.

Tetapi akan menjadi kejutan abad ini jika Carlsen kehilangan gelar dalam dwitarung selama tiga pekan di Dubai ini. Nepomniachtchi sendiri diuntungkan karena memegang buah putih pada babak pertama dari 14 babak dan juga memiliki dua senjata ampuh yang bisa membungkam Carlsen.

Pertama, Nepomniachtchi memiliki catatan menawan dalam laga klasik melawan Carlsen dengan rekor menang-kalah 4-1 sejak keduanya pertama kali bertemu sebagai sama-sama pecatur berusia 12 tahun. Kedua, Nepomniachtchi didampingi oleh salah satu superkomputer tercepat di Rusia yang awalnya dibuat untuk pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan, namun kini menjadi bagian dari timnya.

Setelah lolos untuk menghadapi Carlsen dengan sukses dalam turnamen FIDE di Yekaterinburg tahun ini, Nepomniachtchi sangat membanggakan superkomputer Zhores yang dibuat Institut Sains dan Teknologi Skolkovo di Moskow. Superkomputer ini membantu dia dan timnya mengevaluasi puluhan juta posisi dan langkah per detik.

"Superkomputer ini enggak bakal merusak peluang saya," kata dia kepada The Guardian. "Karena merupakan pusat data besar yang biasa digunakan untuk penelitian ilmiah sehingga lebih efektif ketimbang superkomputer lain."

Penggunaan komputer dalam catur papan atas adalah sudah biasa. Memiliki mesin yang bisa mengkalkulasi lebih cepat dibandingkan dengan superkomputer-superkomputer lain niscaya membantu pecatur dalam menemukan hal baru yang mengejutkan atau mengevaluasi posisi yang mereka hadapi di atas papan catur.

Tetap bukan berarti Nepomniachtchi meremehkan Carlsen hanya karena statistik lebih berpihak kepada dia.


Memacu adrenalin

"Secara umum saya beranggapan suasana bedanya jika Anda pernah menghadapi seseorang sebelumnya dan berhasil,” tambah dia. “Tapi beberapa pertandingan yang kami mainkan sudah terjadi hampir 20 tahun lalu. Jadi meskipun rekornya berpihak kepada saya, akan sangat bodoh jika saya hanya mengandalkan ini."

Nepomniachtchi berusaha menghormati calon lawannya namun itu tidak menghilangkan aura kepercayaan dirinya yang disebut banyak kalangan bahkan sering berlebihan. Dan itu pula yang menjadi hal terberat yang bisa mengganjalnya dalam upaya meruntuhkan dominasi Magnus Carlsen.

"Ini masalah yang menghantui saya selama bertahun-tahun” kata Nepomniachtchi. “Kadang-kadang saya menaruh respek kepada lawan-lawan saya. Tetapi setelah saya mengoreksi pola pikir saya, hasil saya pun bertambah baik."

Carlsen sendiri sudah siap menghadapi segalanya dan sudah dalam performa prima setelah melewatkan masa latihan yang matang di Cadiz, Spanyol.

Biasanya pecatur top menghabiskan waktu dengan merelaksasi pikiran beberapa bulan sebelum perebutan gelar juara dunia, tapi Carlsen lain. Dia malah mengagetkan banyak pengamat karena justru melewatkan masa sebelum kejuaraan dunia dengan menjajal sejumlah pecatur yang semuanya dia babat dalam catur cepat online bulan ini.

"Saya akan bilang itu cuma salah satu faktor. Ini lebih karena saya sedang pilek sehingga tak boleh keluar rumah atau melakukan apa pun. Tapi saya pikir latihan apa pun yang bisa Anda lewatkan pasti berguna, khususnya catur cepat."

Kebanyakan orang dalam komunitas catur sendiri menjagokan Carlsen, tetapi Nepomniachtchi yang sangat berbakat berpotensi membuat apa pun bisa terjadi. Kepercayaan dirinya yang tinggi membuat dia tak pernah runtuh mental hanya karena melihat lawan yang dianggap lebih mumpuni.

"Nepomniachtchi adalah satu-satunya pecatur yang sepertinya tidak gentar menghadapi Magnus. Ini penting. Anda harus percaya bahwa Anda bisa mengalahkan dia. Nepo bisa," kata Viswanathan Anand tentang Nepomniachtchi yang memang bisa disapa Nepo.

Namun Anand mengakui Carlsen tetap favorit kuat apalagi peringkat-nya 73 poin di atas Nepomniachtchi. "Magnus tak mau berhenti," kata Anand. "Itu mungkin yang mengintimidasi kebanyakan lawannya. Dia juga tak melakukan kesalahan mencolok, yang artinya lawan-lawan dia mesti tetap bermain dalam level sangat tinggi, dan terus begitu, agar bisa menyudutkannya."

Sekalipun begitu bukan berarti Carlsen tak bisa ditumbangkan karena pecatur Norwegia ini disebut-sebut tidak menyukai posisi-posisi tertentu.

Oleh karena boleh dibilang dwitarung Carlsen-Nepomniachtchi bisa mengulangi permainan-permainan catur klasikkeshoro di masa lewat lalu, bahkan bisa saja menawarkan sajian catur sekelas dwitarung Anatoly Karpov dan Garry Kasparov pada 1985.

Ini dwitarung yang dinantikan para penggemar catur di mana pun yang bisa memacu adrenalin mereka.

Pewarta : Jafar M Sidik
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024