Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank menyampaikan bahwa aksesoris perak hasil Program Desa Devisa di Bantul, Yogyakarta, diminati oleh delegasi dari berbagai negara yang hadir dalam pertemuan G-20.
"Kami merasa terhormat atas kesempatan yang diberikan untuk bisa berpartisipasi dalam ajang bersejarah ini. Pada kesempatan ini, kami menampilkan produk dari mitra binaan kami, yang salah satunya merupakan hasil dari Program Desa Devisa berupa kerajinan dan aksesoris perak APIKRI yang berasal dari Bantul, Yogyakarta," kata Direktur Eksekutif LPEI Rijani Tirtoso di Booth Rumah Joglo dalam perhelatan G-20 di JCC, Senayan, Jakarta.
Dalam keterangan di Jakarta, Rabu, Rijani mengatakan Desa Devisa merupakan program pendampingan berkelanjutan kepada pelaku usaha dan pengembangan komoditas unggulan suatu daerah dengan tujuan akhir ekspor. Desa Devisa Kerajinan di Bantul sendiri telah mampu mengekspor produknya ke Belanda, Amerika dan Inggris.
"Program Desa Devisa merupakan salah satu wujud inklusi keuangan yang diberikan LPEI sebagai perpanjangan tangan pemerintah kepada pelaku UMKM khususnya yang berorientasi ekspor di tengah pandemi COVID-19. Program Desa Devisa diharapkan dapat menjadi referensi bagi wilayah dan komoditas lainnya di Indonesia dan dapat membantu program Pemulihan Ekonomi Nasional," ujar Rijani.
Pertemuan G-20 di Jakarta akan membahas berbagai isu dan tantangan finansial dunia, termasuk Financial Inclusion: Digital and SMEs. Sekretaris Pokja Logistik Bidang Finance Track G20 Rudy Rahmaddi mengatakan, Presidensi G20 menjadi ajang bagi Indonesia untuk menunjukkan keragaman budaya dan kerajinan Tanah Air kepada dunia. Salah satunya melalui pelaksanaan kegiatan Finance Track Presidensi G20 sepanjang Februari 2022.
"Kita ingin memberikan manfaat dan dampak dari pertemuan G20 terhadap ekonomi lokal apakah kaitannya dengan UMKM dan termasuk budaya setempat, itu yang ingin kita capai juga," ujar Rudy.
Rudy menjelaskan panitia penyelenggara telah menyiapkan gerai UMKM yang menunjukkan ragam kerajinan Indonesia yang bersifat ramah lingkungan seperti batik, aksesoris perak, hingga kerajinan hasil limbah kayu dan tumbuhan.
Kemudian dipersiapkan pula pertunjukan Wayang Blenchong, program sosial seperti lari dan sepeda dengan tema Kampung Betawi, penyuguhan sejarah stadion GBK, memperkenalkan lagu keroncong, hingga pemberian souvenir khas UMKM Indonesia seperti tenun dan kopi.
"Kami merasa terhormat atas kesempatan yang diberikan untuk bisa berpartisipasi dalam ajang bersejarah ini. Pada kesempatan ini, kami menampilkan produk dari mitra binaan kami, yang salah satunya merupakan hasil dari Program Desa Devisa berupa kerajinan dan aksesoris perak APIKRI yang berasal dari Bantul, Yogyakarta," kata Direktur Eksekutif LPEI Rijani Tirtoso di Booth Rumah Joglo dalam perhelatan G-20 di JCC, Senayan, Jakarta.
Dalam keterangan di Jakarta, Rabu, Rijani mengatakan Desa Devisa merupakan program pendampingan berkelanjutan kepada pelaku usaha dan pengembangan komoditas unggulan suatu daerah dengan tujuan akhir ekspor. Desa Devisa Kerajinan di Bantul sendiri telah mampu mengekspor produknya ke Belanda, Amerika dan Inggris.
"Program Desa Devisa merupakan salah satu wujud inklusi keuangan yang diberikan LPEI sebagai perpanjangan tangan pemerintah kepada pelaku UMKM khususnya yang berorientasi ekspor di tengah pandemi COVID-19. Program Desa Devisa diharapkan dapat menjadi referensi bagi wilayah dan komoditas lainnya di Indonesia dan dapat membantu program Pemulihan Ekonomi Nasional," ujar Rijani.
Pertemuan G-20 di Jakarta akan membahas berbagai isu dan tantangan finansial dunia, termasuk Financial Inclusion: Digital and SMEs. Sekretaris Pokja Logistik Bidang Finance Track G20 Rudy Rahmaddi mengatakan, Presidensi G20 menjadi ajang bagi Indonesia untuk menunjukkan keragaman budaya dan kerajinan Tanah Air kepada dunia. Salah satunya melalui pelaksanaan kegiatan Finance Track Presidensi G20 sepanjang Februari 2022.
"Kita ingin memberikan manfaat dan dampak dari pertemuan G20 terhadap ekonomi lokal apakah kaitannya dengan UMKM dan termasuk budaya setempat, itu yang ingin kita capai juga," ujar Rudy.
Rudy menjelaskan panitia penyelenggara telah menyiapkan gerai UMKM yang menunjukkan ragam kerajinan Indonesia yang bersifat ramah lingkungan seperti batik, aksesoris perak, hingga kerajinan hasil limbah kayu dan tumbuhan.
Kemudian dipersiapkan pula pertunjukan Wayang Blenchong, program sosial seperti lari dan sepeda dengan tema Kampung Betawi, penyuguhan sejarah stadion GBK, memperkenalkan lagu keroncong, hingga pemberian souvenir khas UMKM Indonesia seperti tenun dan kopi.