Gunung Kidul (ANTARA) - Pendapatan pelaku usaha pariwisata di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, naik signifikan sebagai dampak positif dari kebijakan relaksasi mudik Lebaran 2022 yang menyebabkan objek wisata di wilayah ini dipenuhi wisatawan dari berbagai daerah.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gunung Kidul Sunyoto di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan kunjungan wisatawan ke objek wisata di Gunung Kidul pada libur Lebaran tahun ini bisa dikatakan sudah pulih meski belum maksimal karena masih diterapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2 dengan kuota jumlah kunjungan maksimal 75 persen dari total kapasitas.
"Meski ada pembatasan 75 persen kunjungan wisatawan, ada Lebaran ini ada peningkatan pendapatan signifikan," kata Sunyoto.
Ia menyebut peningkatan pendapatan kali ini jauh lebih tinggi dibanding libur Lebaran tahun lalu. Saat itu, kebijakan PPKM oleh pemerintah masih terbilang ketat. Saat ini sudah ada kelonggaran meski maksimal kunjungan wisatawan 75 persen dari total kapasitas. Kemudian ditambah dengan kembalinya mudik setelah mendapat lampu hijau oleh pemerintah pusat.
"Jadi kondisinya jelas lebih ramai sekarang," kata Sunyoto.
Meski ada kelonggaran, pihaknya memastikan upaya meminimalisir potensi penularan COVID-19 tetap diprioritaskan. Antara lain mengingatkan tentang protokol kesehatan pada wisatawan. Namun demikian, ia mengakui agak sulit untuk mengingatkan wisatawan terkait prokes ini. Terutama saat berada di tempat wisata atau tempat makan.
"Namun kebanyakan tetap mematuhi dan pakai masker," katanya.
Salah satu pemilik warung makan Bu Min di Pantai Baron, Kamilah mengatakan pada masa pandemi COVID-19 dengan diberlakukan PPKM Level 3 dan Level 2, pendapatan warung setiap akhir pekan berkisar Rp1 juta. Kemudian, pada saat libur Lebaran ini, rata-rata per hari Rp5 juta.
"Melihat jumlah kunjungan wisatawan di Pantai Baron yang hari ini lebih dari 4.000 orang, dan jumlah wisatawan yang mampir ke warung, kami prediksi pendapatan bisa di atas Rp6 juta," katanya.
Kamilah mengatakan warungnya menyediakan aneka masakan berbahan ikan laut. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp25 ribu per porsi hingga ratusan ribu per porsi. Masakan yang harganya mahal ini, untuk menu lobster dan bawal. Hal dikarenakan harganya sudah mahal. Kemudian, kelapa muda saat Lebaran ini harganya Rp15 ribu per butir.
"Kami memasang harga menu masakan di papan pengumuman, sehingga wisatawan yang mampir makan tidak kaget dan memilih menu masakan sesuai uang yang mereka miliki. Hal ini sesuai dengan anjuran Pemkab Gunung Kidul," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Gunung Kidul Mohamad Arif Aldian mengatakan lonjakan angka kunjungan wisata ke Gunung Kidul mulai dirasakan sejak hari kedua Lebaran atau Selasa (3/5), yakni mencapai 21.736 orang. Sedangkan di H+1 Lebaran atau Rabu (04/5), angka kunjungan naik dua kali lipat.
"Melihat antrean kendaraan sepanjang jalur wisata dan objek wisata di Gunung Kidul, kami perkirakan jumlah pengunjung wisata Gunung Kidul lebih dari 50 ribu pengunjung. Semoga hari ini lebih dari itu," kata Arif.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gunung Kidul Sunyoto di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan kunjungan wisatawan ke objek wisata di Gunung Kidul pada libur Lebaran tahun ini bisa dikatakan sudah pulih meski belum maksimal karena masih diterapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2 dengan kuota jumlah kunjungan maksimal 75 persen dari total kapasitas.
"Meski ada pembatasan 75 persen kunjungan wisatawan, ada Lebaran ini ada peningkatan pendapatan signifikan," kata Sunyoto.
Ia menyebut peningkatan pendapatan kali ini jauh lebih tinggi dibanding libur Lebaran tahun lalu. Saat itu, kebijakan PPKM oleh pemerintah masih terbilang ketat. Saat ini sudah ada kelonggaran meski maksimal kunjungan wisatawan 75 persen dari total kapasitas. Kemudian ditambah dengan kembalinya mudik setelah mendapat lampu hijau oleh pemerintah pusat.
"Jadi kondisinya jelas lebih ramai sekarang," kata Sunyoto.
Meski ada kelonggaran, pihaknya memastikan upaya meminimalisir potensi penularan COVID-19 tetap diprioritaskan. Antara lain mengingatkan tentang protokol kesehatan pada wisatawan. Namun demikian, ia mengakui agak sulit untuk mengingatkan wisatawan terkait prokes ini. Terutama saat berada di tempat wisata atau tempat makan.
"Namun kebanyakan tetap mematuhi dan pakai masker," katanya.
Salah satu pemilik warung makan Bu Min di Pantai Baron, Kamilah mengatakan pada masa pandemi COVID-19 dengan diberlakukan PPKM Level 3 dan Level 2, pendapatan warung setiap akhir pekan berkisar Rp1 juta. Kemudian, pada saat libur Lebaran ini, rata-rata per hari Rp5 juta.
"Melihat jumlah kunjungan wisatawan di Pantai Baron yang hari ini lebih dari 4.000 orang, dan jumlah wisatawan yang mampir ke warung, kami prediksi pendapatan bisa di atas Rp6 juta," katanya.
Kamilah mengatakan warungnya menyediakan aneka masakan berbahan ikan laut. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp25 ribu per porsi hingga ratusan ribu per porsi. Masakan yang harganya mahal ini, untuk menu lobster dan bawal. Hal dikarenakan harganya sudah mahal. Kemudian, kelapa muda saat Lebaran ini harganya Rp15 ribu per butir.
"Kami memasang harga menu masakan di papan pengumuman, sehingga wisatawan yang mampir makan tidak kaget dan memilih menu masakan sesuai uang yang mereka miliki. Hal ini sesuai dengan anjuran Pemkab Gunung Kidul," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Gunung Kidul Mohamad Arif Aldian mengatakan lonjakan angka kunjungan wisata ke Gunung Kidul mulai dirasakan sejak hari kedua Lebaran atau Selasa (3/5), yakni mencapai 21.736 orang. Sedangkan di H+1 Lebaran atau Rabu (04/5), angka kunjungan naik dua kali lipat.
"Melihat antrean kendaraan sepanjang jalur wisata dan objek wisata di Gunung Kidul, kami perkirakan jumlah pengunjung wisata Gunung Kidul lebih dari 50 ribu pengunjung. Semoga hari ini lebih dari itu," kata Arif.