Gunung Kidul (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, segera memberikan vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK) ratusan sapi di Kelompok Ternak Megasari Desa Ngawu Kecamatan Playen pada Sabtu (2/7).

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunung Kidul Wibawanti Wulandari di Gunung Kidul, Jumat, mengatakan pencanangan gerakan vaksin PMK akan diluncurkan langsung oleh Bupati Gunung Kidul Sunaryanta.

"Rencananya, vaksinasi dilaksanakan di Kelompok Ternak Megasari, Desa Ngawu," kata Wibawanti.

Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan, ia mengakui ada sekitar 79.000 sapi yang masuk prioritas vaksinasi. Meski demikian, populasi ini belum bisa tervaksinasi semua karena keterbatasan stok vaksin.

Di tahap awal di Gunung Kidul hanya mendapatkan jatah sebanyak 500 dosis. Oleh karena itu, sambung dia, ada upaya pendataan ulang untuk prioritas awal.

"Sebanyak 500 dosis cukup menyuntik 500 sapi dan sasarannya sudah ada,” katanya.

Terkait dengan kelanjutan vaksinasi PMK, Wibawanti belum bisa memastikan karena pelaksanaan masih menunggu pengiriman stok vaksin dari pemerintah pusat.

"Mudah-mudahan pelaksanaan lancar. Untuk pelaksanaan selanjutnya, masih menunggu instruksi,” katanya.

Hingga sekarang sudah ada ratusan sapi di Gunung Kidul yang terindikasi PMK. Adapun persebaran sudah ada di 15 kapanewon/kecamatan. Meski demikian, Wibawanti mengklaim laju penularan masih rendah, ketimbang daerah lain di DIY.

"Mudah-mudahan bisa terkendali,” katanya.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Gunung Kidul Kidul, Retno Widiastuti mengatakan upaya monitoring dan pengawasan terhadap potensi penyebaran PMK terhadap hewan ternak terus dilakukan.

Menurut dia, upaya pencegahan bisa dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya memperkuat daya tahan tubuh ternak dengan pemberian pakan secara rutin.

Untuk memaksimalkan pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan di lingkungan kandang. Upaya penyemprotan disinfektan juga sangat dibutuhkan agar lokasi kandang bebas dari potensi penyebaran penyakit.

“Penyemprotan bisa dilakukan setiap dua hari sekali. Caranya mudah dan tidak beda jauh dengan pencegahan untuk penyebaran COVID-19," katanya.


Pewarta : Sutarmi
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024