Bali (ANTARA) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menyampaikan bahwa penyelenggaraan Forum Business 20 (B20) Indonesia berbeda dengan penyelenggaraan forum serupa sebelumnya yang hanya berbicara rekomendasi.

Hal itu diungkapkan Arsjad dalam sesi wawancara khusus dengan ANTARA di sela penyelenggaraan Indonesia Net Zero Summit 2022 yang merupakan rangkaian Forum B20 di Nusa Dua, Bali, Jumat.

“Biasanya B20 itu dari sisi bisnis membuat rekomendasi kepada G20, yaitu pemerintahnya. Lalu G20 membicarakan dan keluar keputusan bersama. Tapi di Indonesia tidak bisa seperti itu karena Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) itu kan aksi, aksi, dan aksi,” kata Arsjad.

Dia mengatakan B20 Indonesia tidak hanya memberikan rekomendasi, melainkan membuat legacy atau warisan hingga membuat proyek.

“Jadi ini bedanya B20 Indonesia dengan B20 sebelumnya,” kata dia.

Dia memaparkan agenda B20 Indonesia sejalan dengan G20 sehingga dapat dikatakan bentuk gotong royong antara pemerintah dengan pelaku usaha.

Secara umum Presidensi G20 Indonesia memiliki tiga agenda utama, yaitu arsitektur kesehatan global, transisi energi, dan transformasi digital.
 

Namun dalam forum B20 digarisbawahi agenda negara berkembang, yakni usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan merangkul negara miskin agar tercipta inklusifitas.

Menurut Arsjad, selama ini UMKM selalu menjadi pembicaraan dalam forum B20 tapi tidak pernah menjadi sebuah fondasi.

Sementara di Indonesia, kata dia, UMKM harus menjadi fondasi karena 60-70 persen kontribusi pendapatan negara berasal dari UMKM serta 90 persen lebih penciptaan lapangan kerja dari UMKM.


 


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ketua Umum Kadin: B20 Indonesia tidak hanya bicara rekomendasi

Pewarta : Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024