Yogyakarta (ANTARA) - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Jawa Tengah meminta para wartawan mampu menjaga kredibilitas dalam penyajian berita di era "banjir" informasi.

"Kredibilitas adalah aset berharga bagi wartawan dan media," ujar Ketua Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) PWI Jateng Sri Mulyadi saat memberikan orientasi kepada peserta Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Joglosemar di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi, Kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta, Rabu.

Menurut Sri Mulyadi, tantangan besar wartawan di era "banjir" informasi saat ini adalah terjadinya anomali antara memilih tunduk dengan kepentingan publik, kebijakan redaktur, atau pemilik media.

Apalagi, menurut dia, wartawan saat ini bersaing ketat dengan media sosial (medsos) karena opini publik bukan lagi berpijak pada media massa atau media arus utama, melainkan medsos.

Meski demikian, Sri Mulyadi berpesan agar para pengelola media tidak mudah dirongrong oleh medsos.

"Ketika pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD tentang 'Rp300 T' viral di media sosial, aparat turun. Itu fakta. Saya kira ini tantangan bagi wartawan, dan semua pengelola media, bagaimana bisa mempertahankan kredibilitas dan tak mudah terongrong oleh medsos," ujar dia yang menyampaikan materi UU Nomor 40/1999 tentang Pers.

Sementara itu, Ketua PWI Provinsi Jateng Amir Machmud NS menilai media massa saat ini memiliki kepribadian ganda, yaitu menampakkan "wajah malaikat", namun di sisi lain kerap berpenampilan "iblis".

Mengacu realitas yang terjadi saat ini, Amir menilai media massa ikut menyuburkan "naluri kepo" (membangun rasa penasaran) pembaca melalui sajian pemberitaannya.

"Kita tak mungkin bisa menghindari situasi ini. Tapi kita harus punya sikap. Oke lah, kita bisa memberi ruang berita viral, tapi kita harus membangun idealisme, artinya ada kepentingan- kepentingan jurnalistik. Itu bukan persoalan orang yang hampa perasaan," ujarnya.

Karena itu, Amir menekankan perlunya menguatkan peran "newsroom" sebagai bahan pertimbangan kebijakan pemberitaan yang diisi oleh orang yang memiliki level wartawan utama.

Posisi wartawan utama, kata dia, bukan sekadar memberikan keputusan, akan tetapi ikut menyuguhkan konsideran tentang sebuah berita, mulai dari judul hingga substansi.

Sekretaris DKP PWI Jateng Sosiawan membedah sejumlah perilaku yang tak boleh dilakukan wartawan, antara lain menyebar hoaks, mengintimidasi, memojokkan, melecehkan, bahkan menghakimi narasumber.

Sembari menyitir ajaran Sunan Kalijaga yang berbunyi "Anglaras ilining banyu angeli, ananging ora keli", Sosiawan berharap wartawan mampu mengikuti setiap perkembangan, namun tidak terbawa arus di tengah era digitalisasi saat ini.

"Tantangan media saat ini adalah bagaimana tidak hanya membuat jurnalistik fakta, tapi juga makna," ujar Sosiawan.

UKW Joglosemar yang berlangsung 15-17 Maret 2023 digelar PWI Jateng, PWI Surakarta, dan PWI D.I Yogyakarta bekerja sama dengan PT Semen Gresik Pabrik Rembang.

Sejumlah pemateri lain dalam acara itu, yakni Ketua Badan UKW PWI Jateng R Widiyartono, serta Sekretaris PWI Setiawan Hendra Kelana yang memberikan materi "Menyiapkan Wartawan Kompeten".

Acara yang dipandu Seksi Pendidikan PWI Alkomari itu dihadiri Institutional Relations Semen Gresik Yeni Indah Lestari.




 

Pewarta : Luqman Hakim
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024