Yogyakarta (ANTARA) - Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan varietas padi unggul inbrida G7 dengan nama "Gamagora 7" ke publik setelah mengantongi surat keputusan (SK) pelepasan varietas dari Menteri Pertanian RI pada 28 Maret 2023.
"Padi ini jadi varietas ketiga yang pernah diluncurkan oleh UGM," kata anggota Tim Peneliti Padi Gamagora 7 Taryono melalui keterangan resmi UGM di Yogyakarta, Jumat.
Dalam SK dari Menteri Pertanian, padi Gamagora 7 dipandang mampu untuk meningkatkan produksi padi dan dianggap varietas unggul yang memiliki peranan penting dan potensial dalam usaha meningkatkan ketahanan pangan.
Menurut Taryono, varietas padi itu memiliki keunggulan hasil produksi tinggi, memiliki ketahanan terhadap hama wereng dan penyakit, serta cocok ditanam pada lahan sawah maupun tadah hujan.
Ia mengaku bersyukur padi Gamagora akhirnya mendapat persetujuan untuk dilepas sebagai varietas baru setelah penantian panjang tim peneliti sejak tahun 2006 tekun melakukan riset.
"Kami ikut senang. Semakin menyemangati kita bahwa apa yang kita lakukan sudah membuahkan hasil," kata Taryono.
Taryono menuturkan nama Gamagora merupakan kependekan dari nama "Gama Gogo Rancah" yang awalnya diteliti oleh empat orang namun pada perkembangannya menjadi 10 orang.
"Awalnya kami menanam di kebun fakultas. Lalu uji multilokasi di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM hingga berbagai tempat," katanya.
Dengan diluncurkan pada Gamagora 7 ini menurut Taryono maka sudah ada tiga padi varietas padi yang pernah dilepas secara resmi oleh UGM.
Taryono menuturkan produk Gamagora berasal dari hasil mutan radiasi dari padi induknya Rajalele yang terkenal sebagai padi dengan rasanya yang pulen.
Varietas padi "amfibi" ini, menurutnya, bisa untuk menyiasati penurunan produksi padi di Indonesia diakibatkan adanya fenomena perubahan iklim global baik karena el-nino dan la-nina serta dampak alih fungsi lahan sawah ke non-sawah yang mencapai 96.512 hektar per tahun.
Sebelumnya, Taryono dan tim sudah melakukan uji multilokasi sebanyak 14 lokasi di seluruh Indonesia. Bahkan, padi ini diuji di delapan lokasi pada lahan sawah dan enam lokasi pada tanah tadah hujan.
Kegiatan uji multilokasi, kata dia, dilakukan untuk mendapatkan izin edar dan izin rilis varietas baru dari Kementerian Pertanian.
Seperti diketahui dalam SK yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan RI Suwandi di Jakarta pada 28 Maret 2023 dijelaskan bahwa padi Gamagora 7 memiliki ketahanan terhadap hama wereng batang cokelat biotipe 2.
Selanjutnya memiliki ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe III, penyakit blast ras 033, ras 073 dan ras 133 serta cocok ditanam pada lahan sawah maupun tadah hujan.
Selain itu, padi Gamagora 7 ini disebutkan berasal dari hasil mutan Rajalele Klaten dari golongan Indica.
Padi ini memiliki potensi produksi mencapai 9,80 ton per hektare, sedangkan rata-rata hasil kurang lebih 7,95 ton per hektar, dan umur panen sekitar 119 hari setelah semai.
"Padi ini jadi varietas ketiga yang pernah diluncurkan oleh UGM," kata anggota Tim Peneliti Padi Gamagora 7 Taryono melalui keterangan resmi UGM di Yogyakarta, Jumat.
Dalam SK dari Menteri Pertanian, padi Gamagora 7 dipandang mampu untuk meningkatkan produksi padi dan dianggap varietas unggul yang memiliki peranan penting dan potensial dalam usaha meningkatkan ketahanan pangan.
Menurut Taryono, varietas padi itu memiliki keunggulan hasil produksi tinggi, memiliki ketahanan terhadap hama wereng dan penyakit, serta cocok ditanam pada lahan sawah maupun tadah hujan.
Ia mengaku bersyukur padi Gamagora akhirnya mendapat persetujuan untuk dilepas sebagai varietas baru setelah penantian panjang tim peneliti sejak tahun 2006 tekun melakukan riset.
"Kami ikut senang. Semakin menyemangati kita bahwa apa yang kita lakukan sudah membuahkan hasil," kata Taryono.
Taryono menuturkan nama Gamagora merupakan kependekan dari nama "Gama Gogo Rancah" yang awalnya diteliti oleh empat orang namun pada perkembangannya menjadi 10 orang.
"Awalnya kami menanam di kebun fakultas. Lalu uji multilokasi di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM hingga berbagai tempat," katanya.
Dengan diluncurkan pada Gamagora 7 ini menurut Taryono maka sudah ada tiga padi varietas padi yang pernah dilepas secara resmi oleh UGM.
Taryono menuturkan produk Gamagora berasal dari hasil mutan radiasi dari padi induknya Rajalele yang terkenal sebagai padi dengan rasanya yang pulen.
Varietas padi "amfibi" ini, menurutnya, bisa untuk menyiasati penurunan produksi padi di Indonesia diakibatkan adanya fenomena perubahan iklim global baik karena el-nino dan la-nina serta dampak alih fungsi lahan sawah ke non-sawah yang mencapai 96.512 hektar per tahun.
Sebelumnya, Taryono dan tim sudah melakukan uji multilokasi sebanyak 14 lokasi di seluruh Indonesia. Bahkan, padi ini diuji di delapan lokasi pada lahan sawah dan enam lokasi pada tanah tadah hujan.
Kegiatan uji multilokasi, kata dia, dilakukan untuk mendapatkan izin edar dan izin rilis varietas baru dari Kementerian Pertanian.
Seperti diketahui dalam SK yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan RI Suwandi di Jakarta pada 28 Maret 2023 dijelaskan bahwa padi Gamagora 7 memiliki ketahanan terhadap hama wereng batang cokelat biotipe 2.
Selanjutnya memiliki ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe III, penyakit blast ras 033, ras 073 dan ras 133 serta cocok ditanam pada lahan sawah maupun tadah hujan.
Selain itu, padi Gamagora 7 ini disebutkan berasal dari hasil mutan Rajalele Klaten dari golongan Indica.
Padi ini memiliki potensi produksi mencapai 9,80 ton per hektare, sedangkan rata-rata hasil kurang lebih 7,95 ton per hektar, dan umur panen sekitar 119 hari setelah semai.