Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengikuti kompetisi Penganugerahan Tinarbuka, sebuah kompetisi antardaerah di Indonesia untuk menguji tingkat keterbukaan informasi publik yang diadakan Komisi Informasi Pusat.
"Kompetisi yang menguji sejauh mana daerah ini memiliki keterbukaan informasi pubik. Jadi, keterbukaan informasi publik kami diadu, buka-bukaan masing-masing daerah itu sebesar apa keterbukaannya," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih usai menerima kunjungan tim penilai Kompetisi Penganugerahan Tinarbuka di Bantul, Selasa.
Menurut dia, banyak hal yang dinilai dalam kompetisi tersebut, mulai dari visi misi bupati, komitmen bupati terhadap keterbukaan informasi publik, pemahaman bupati terhadap keterbukaan informasi publik, dan pemahaman pentingnya keterbukaan informasi publik.
Baca juga: Bupati Sleman: Keterbukaan informasi cegah distorsi kebijakan pembangunan
"Sampai pada program anggaran yang mendorong lahirnya sebuah pemerintahan yang terbuka. Publikbisa mengakses informasi dari pemerintah secara mudah, baik secara offline (luring) maupun online (daring)," katanya.
Meski demikian, kata Bupati, karena perkembangan zaman yang kini mengarah pada digitalisasi, tentunya akses daring itu harus terus diperkuat.
Pada hari Selasa, kata dia, merupakan hari visitasi setelah presentasi Bupati diterima, dan Bantul sudah masuk sebagai salah satu dari lima nominator nasional tingkat kabupaten.
"Sudah masuk nominator penerima penghargaan Tinarbuka, nominator itu hanya ada lima untuk tingkat kabupaten, yaitu Kabupaten Bintan, Sumedang, Sintang, Lumajang, dan Bantul," katanya.
Menurut Bupati, kegiatan visitasi ini sangat berpengaruh pada penilaian akhir setelah Kabupaten Bantul melakukan presentasi, kemudian pada saatnya nanti akan diumumkan oleh Komisi Informasi Pusat terkait dengan penghargaan Tinarbuka.
Ia mengatakan bahwa kabupaten ini merasa perlu mengikuti kompetisi ini karena pemerintah ingin mengetahui posisi keterbukaan informasi publik seperti apa.
"Jadi, sesungguhnya tujuan mengikuti kompetisi-kompetisi tersebut bukan untuk meraih penghargaan," katanya.
Ia melanjutkan, "Kami hanya ingin tahu satu posisi keterbukaan informasi kami itu seberapa ini 'kan harus ada yang menilai."
"Setelah nyemplung di situ, akhirnya kami tahu, unggul di sini, punya unsur ini, tetapi belum mencapai ini. Kalau tidak ikut kompetisi, kami tidak akan tahu. Itu urgensi dari keikutsertaan pada kompetisi-kompetisi yang ada," katanya.
Demikian pula, lanjut dia, dengan kompetisi-kompetisi yang lain. Bantul saat ini sedang mengikuti kompetisi tingkat dunia UNESCO Creative City Network (UCCN) atau Jejaring Kota Kreatif Dunia versi UNESCO yang levelnya internasional.
"Akan tetapi, itu sebetulnya ujung-ujungnya untuk kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat itu enggak bisa ujuk-ujuk datang begitu saja. 'Kan harus ada proses yang mendukung upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat," katanya.
Baca juga: Praktisi hukum: Proyek negara harus libatkan masyarakat dan keterbukaan informasi
"Kompetisi yang menguji sejauh mana daerah ini memiliki keterbukaan informasi pubik. Jadi, keterbukaan informasi publik kami diadu, buka-bukaan masing-masing daerah itu sebesar apa keterbukaannya," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih usai menerima kunjungan tim penilai Kompetisi Penganugerahan Tinarbuka di Bantul, Selasa.
Menurut dia, banyak hal yang dinilai dalam kompetisi tersebut, mulai dari visi misi bupati, komitmen bupati terhadap keterbukaan informasi publik, pemahaman bupati terhadap keterbukaan informasi publik, dan pemahaman pentingnya keterbukaan informasi publik.
Baca juga: Bupati Sleman: Keterbukaan informasi cegah distorsi kebijakan pembangunan
"Sampai pada program anggaran yang mendorong lahirnya sebuah pemerintahan yang terbuka. Publikbisa mengakses informasi dari pemerintah secara mudah, baik secara offline (luring) maupun online (daring)," katanya.
Meski demikian, kata Bupati, karena perkembangan zaman yang kini mengarah pada digitalisasi, tentunya akses daring itu harus terus diperkuat.
Pada hari Selasa, kata dia, merupakan hari visitasi setelah presentasi Bupati diterima, dan Bantul sudah masuk sebagai salah satu dari lima nominator nasional tingkat kabupaten.
"Sudah masuk nominator penerima penghargaan Tinarbuka, nominator itu hanya ada lima untuk tingkat kabupaten, yaitu Kabupaten Bintan, Sumedang, Sintang, Lumajang, dan Bantul," katanya.
Menurut Bupati, kegiatan visitasi ini sangat berpengaruh pada penilaian akhir setelah Kabupaten Bantul melakukan presentasi, kemudian pada saatnya nanti akan diumumkan oleh Komisi Informasi Pusat terkait dengan penghargaan Tinarbuka.
Ia mengatakan bahwa kabupaten ini merasa perlu mengikuti kompetisi ini karena pemerintah ingin mengetahui posisi keterbukaan informasi publik seperti apa.
"Jadi, sesungguhnya tujuan mengikuti kompetisi-kompetisi tersebut bukan untuk meraih penghargaan," katanya.
Ia melanjutkan, "Kami hanya ingin tahu satu posisi keterbukaan informasi kami itu seberapa ini 'kan harus ada yang menilai."
"Setelah nyemplung di situ, akhirnya kami tahu, unggul di sini, punya unsur ini, tetapi belum mencapai ini. Kalau tidak ikut kompetisi, kami tidak akan tahu. Itu urgensi dari keikutsertaan pada kompetisi-kompetisi yang ada," katanya.
Demikian pula, lanjut dia, dengan kompetisi-kompetisi yang lain. Bantul saat ini sedang mengikuti kompetisi tingkat dunia UNESCO Creative City Network (UCCN) atau Jejaring Kota Kreatif Dunia versi UNESCO yang levelnya internasional.
"Akan tetapi, itu sebetulnya ujung-ujungnya untuk kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat itu enggak bisa ujuk-ujuk datang begitu saja. 'Kan harus ada proses yang mendukung upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat," katanya.
Baca juga: Praktisi hukum: Proyek negara harus libatkan masyarakat dan keterbukaan informasi