Kulon Progo (ANTARA) - Ketua DPRD Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Akhid Nuryati mempertanyakan kelaikan ampiteater Gua Kiskendo yang menjadi catatan keras Badan Pemeriksa Keuangan.
Akhid Nuryati di Kulon Progo, Kamis, mengatakan pembangunan ampiteater Gua Kiskendo, berdasarkan catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang pembangunan ampiteater Gua Kiskendo sangat keras, mulai dari tidak sesuai dengan kontrak awal dan spesifikasi tidak sesuai.
Hal ini menyangkut keamanan pengunjung yang besar.
"Kami sangat menyoroti itu," katanya.
Akhid mengatakan berdasarkan hasil klarifikasi ke eksekutif soal ampiteater bahwa tahapan saat ini adalah sertifikat layak fungsi. Yakni dimintakan rekomendasi sertifikat layak fungsi kepada perguruan tinggi, Universitas Islam Indonesia.
"Saat rapat kerja, kami bertanya apabila sertifikat layak fungsi tidak lolos, mereka tidak bisa menjawab secara pasti. Anggaran pembangunan ampiteater tidak sedikit, yakni Rp4,8 miliar," katanya.
Lebih lanjut, mempertahankan aset Gerbang Samudra Raksa di Kalibawang yang masih mangkrak dan belum dimanfaatkan padahal biaya yang dikeluarkan lebih dari Rp23 miliar.
"Kami sangat menyayangkan sekali belum dimanfaatkan," kata Akhid Nuryati.
Ia juga mempertanyakan barang milik daerah (BMD) atau aset-aset yang belum termanfaatkan seperti Pasar Sentolo baru.
"Hal-hal ini yang juga kami soroti," katanya.
Sementara itu, Penjabat Bupati Kulon Progo Tri Saktiyana saat dikonfirmasi melalui pesan dan telepon WhatsApp tidak ada jawaban.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito mengatakan pada 2022, Dispar membangun ampiteater di objek wisata Gua Kiskendo senilai Rp5,7 miliar.
"Gua Kiskendo kami gadang-gadang sebagai wisata budaya dengan Sendra Tari Sugriwa Subali, sehingga sarana dan prasarana kami benahi terlebih dahulu. Tahun ini, kami merevitalisasi ampiteater yang digadang-gadang bertaraf internasional," kata Joko Mursito.
Ia mengatakan direvitalisasinya ampiteater Gua Kiskendo ini mewakili tujuan atau visi wisata Kulon Progo yang berbasis budaya.
"Kami komitmen mengembangkan wisata berbasis budaya," katanya.
Akhid Nuryati di Kulon Progo, Kamis, mengatakan pembangunan ampiteater Gua Kiskendo, berdasarkan catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang pembangunan ampiteater Gua Kiskendo sangat keras, mulai dari tidak sesuai dengan kontrak awal dan spesifikasi tidak sesuai.
Hal ini menyangkut keamanan pengunjung yang besar.
"Kami sangat menyoroti itu," katanya.
Akhid mengatakan berdasarkan hasil klarifikasi ke eksekutif soal ampiteater bahwa tahapan saat ini adalah sertifikat layak fungsi. Yakni dimintakan rekomendasi sertifikat layak fungsi kepada perguruan tinggi, Universitas Islam Indonesia.
"Saat rapat kerja, kami bertanya apabila sertifikat layak fungsi tidak lolos, mereka tidak bisa menjawab secara pasti. Anggaran pembangunan ampiteater tidak sedikit, yakni Rp4,8 miliar," katanya.
Lebih lanjut, mempertahankan aset Gerbang Samudra Raksa di Kalibawang yang masih mangkrak dan belum dimanfaatkan padahal biaya yang dikeluarkan lebih dari Rp23 miliar.
"Kami sangat menyayangkan sekali belum dimanfaatkan," kata Akhid Nuryati.
Ia juga mempertanyakan barang milik daerah (BMD) atau aset-aset yang belum termanfaatkan seperti Pasar Sentolo baru.
"Hal-hal ini yang juga kami soroti," katanya.
Sementara itu, Penjabat Bupati Kulon Progo Tri Saktiyana saat dikonfirmasi melalui pesan dan telepon WhatsApp tidak ada jawaban.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito mengatakan pada 2022, Dispar membangun ampiteater di objek wisata Gua Kiskendo senilai Rp5,7 miliar.
"Gua Kiskendo kami gadang-gadang sebagai wisata budaya dengan Sendra Tari Sugriwa Subali, sehingga sarana dan prasarana kami benahi terlebih dahulu. Tahun ini, kami merevitalisasi ampiteater yang digadang-gadang bertaraf internasional," kata Joko Mursito.
Ia mengatakan direvitalisasinya ampiteater Gua Kiskendo ini mewakili tujuan atau visi wisata Kulon Progo yang berbasis budaya.
"Kami komitmen mengembangkan wisata berbasis budaya," katanya.