Kulon Progo (ANTARA) - Industri kecil menengah diyakini menjadi pemantik perekonomian masyarakat dan pertumbuhan ekonomi wilayah, termasuk yang ada di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulon Progo berkomitmen memajukan industri kecil menengah (IKM) di wilayah itu dengan menfasilitasi sentra-sentra industri yang tersebar di 12 kecamatan/kapanewon.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kulon Progo Sudarna mengatakan komitmen keperpihakkan pemkab terhadap IKM dituangkan dalam Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 26A Tahun 2021 tentang Sentra Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Kulon Progo, terdiri dari 34 sentra IKM yang tersebar diberbagai kecamatan/kapanewon.
Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo pada 2021 yang mencapai 4,33 persen dan pada 2022 mencapai 6,57 persen, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi Kulon Progo 2023 diharapkan meningkat, sehingga pertumbuhan ekonomi ini dapat menjadi motivasi bagi pelaku usaha untuk terus meningkatkan kapasitas produksi.
Untuk itu, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulon Progo secara intensif terus melakukan pembinaan kepada para pelaku industri kecil dan menengah. Pengembangan dan pembinaan yang dilakukan secara umum ada tiga hal, yaitu pembinaan sumber daya manusia (pelaku) IKM, pengembangan sarana dan prasarana industri, serta pengelolaan kelembagaan sentra industri kecil dan menengah (IKM).
Pendampingan IKM
Pada tahun ini, Dinas Perdagangan dan Perindustrian melaksanakan pendampingan dalam rangka pengembangan dan diversifikasi produk untuk sentra IKM kerajinan. Pendampingan terhadap sentra IKM kerajinan ini didasarkan nilai ekspor kerajinan.
Sesaui data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo merupakan komoditi ekspor peringkat kedua terbesar untuk bidang kerajinan, dengan nilai sebesar 2,4 USD pada tahun 2022. Data tersebut sumbernya dari data BPS Kulon Progo pada 2022.
Melihat potensi ekspor yang semakin meningkat, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulon Progo bersama pemangku kepentingan lainnya terus mengupayakan dan memberdayakan pelaku IKM untuk dapat melakukan ekspor secara mandiri agar produk IKM yang berasal dari daerah itu semakin dikenal luas di mancanegara.
Hal inilah yang mendorong dinas perdagangan dan perindustrian untuk berupaya meningkatkan kualitas produk kerajinan melalui pelatihan pengembangan dan diversifikasi produk.
Selanjutnya, bentuk pendampingan dan pengembangan sentra IKM adalah dengan memberikan bantuan peralatan produksi bagi kelompok IKM yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produk industri. Sasaran pemberian hibah peralatan produksi adalah kelompok paling sedikit 10 orang, memiliki pengurus kelompok, minimal ketua, sekretaris, dan bendahara.
Kemudian, daftar peralatan produksi yang dimiliki saat ini dan yang dibutuhkan, dan tak kalah penting adalah kelompok tersebut telah berjalan setidaknya dua tahun dan konsisten dalam berproduksi.
Untuk itu, dinas perdagangan dan perindustrian mempersilakan bagi pelaku IKM Kulon Progo untuk mengajukan bantuan peralatan produksi tersebut sesuai persyaratan yang ditentukan, setelah itu dilakukan verifikasi sesuai persyaratan.
Penguatan IKM
Pelaku industri kecil dan menengah di Kabupaten Kulon Progo dilatih menjadi eksportir mandiri, sehingga ekspor produk tidak melalui pihak ketiga lagi.
Karena itu dinas perdangan dan perindustrian mengadakan pelatihan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) sebagai syarat supaya UMKM dapat melakukan ekspor sendiri.
Program ini untuk menjadikan Kulon Progo mempunyai eksportir sendiri. Dinas juga memberikan fasilitasi melalui pameran tingkat nasional, dimana pelaku usaha bertemu langsung dengan pembeli dari luar negeri.
Tercatat, saat ini ada sekitar 100 IKM di Kulon Progo. Ada beberapa anggaran yang dialokasikan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo untuk membantu pelaku UMKM di wilayahnya, meliputi pembinaan kualitas produk dan fasilitasi pemasaran melalui temu usaha dan pameran. Bantuan sarana UMKM difasilitasi oleh bidang industri berupa peralatan produksi.
Capaian ekspor di wilayah itu sebesar Rp374,5 miliar selama 2022, sedangkan pada 2021, capaian ekspor sekitar Rp177,8 miliar. Dengan demikian, pada 2022 naik 110,55 persen dibandingkan dengan pada 2021.
Peningkatan nilai ekspor di Kulon Progo pada 2022 karena pandemi COVID-19 mulai mereda, sehingga perekonomian menjadi bangkit.
Adapun komoditas ekspor Kulon Progo, yakni berbagai jenis produk serat tumbuhan, olahan makanan gula semut, kerajinan bambu, kerajinan kayu dan kerajinan batik. Ekspor barang masih dilakukan melalui tangan kedua, baik dari Jakarta, Surabaya, maupun Bali.
Kendala ekspor produk dari Kulon Progo, yakni pelaku usaha belum mengetahui strategi ekspor. Kemudian, pengetahuan tentang ekspor, tingkat kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, hingga kurangnya pangsa pasar yang diketahui oleh UMKM.
Hal ini yang menyebabkan mereka memilih menjual barang ke pihak kedua untuk dijual kembali. Mereka sudah nyaman menjadi supplier eksportir karena tidak adanya regenerasi terhadap usaha yang dilakukan.
Untuk itu, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kulon Progo melakukan berbagai upaya guna mengatasi persoalan tersebut, mulai dari kegiatan temu usaha dan pelatihan yang berkaitan dengan tata cara ekspor dan kualitas ekspor.
Dinas sebagai representasi hadirnya negara juga memberikan edukasi kepada pelaku usaha bahwa dengan ekspor sendiri, maka kesejahteraan pelaku usaha dapat lebih baik tanpa langsung memutuskan hubungan sebagai supplier.
Terminal ekspor
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) kini merencanakan pembangunan terminal ekspor di bekas Pasar Seni Sentolo.
Potensi ekspor dari Kulon Progo sangat besar, namun diekspor melalui pihak ketiga yang berada di Kabupaten Bantul.
Untuk itu, DPMPTSP merancang pemanfaatan Pasar Seni Sentolo dimanfaatkan sebagai terminal ekspor untuk mewaspadai pelaku usaha yang saat ini mengekspor komiditi melalui eksportir dari Kabupaten Bantul.
Terminal Ekspor di Sentolo memiliki lokasi yang strategis dengan Bandara Internasional Yogyakarta.
Sentolo sendiri merupakan kawasan peruntukan industri, seperti di Desa Tuksono dan Salamrejo.
Berdasarkan hasil kajian tim DPMPTSP, nilai produk kerajinan dari Kulon Progo menjadi berkali lipat setelah dikirim sebagai barang ekspor.
Hal ini harus ditangkap oleh pelaku usaha di Kulon Progo. DPMPTSP juga sudah berkomunikasi dengan perbankan untuk memfasilitasi pelaku usaha atau sebagai perantara dalam ekspor ini.
Ekspor merupakan masa depan kebangkitan ekonomi di Kulon Progo, sehingga pemerintah daerah untuk meningkatkan peluang ekspor kerajinan harus mendapatkan dukungan dari semua pihak, teramasuk dari pelaku IKM.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulon Progo berkomitmen memajukan industri kecil menengah (IKM) di wilayah itu dengan menfasilitasi sentra-sentra industri yang tersebar di 12 kecamatan/kapanewon.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kulon Progo Sudarna mengatakan komitmen keperpihakkan pemkab terhadap IKM dituangkan dalam Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 26A Tahun 2021 tentang Sentra Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Kulon Progo, terdiri dari 34 sentra IKM yang tersebar diberbagai kecamatan/kapanewon.
Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo pada 2021 yang mencapai 4,33 persen dan pada 2022 mencapai 6,57 persen, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi Kulon Progo 2023 diharapkan meningkat, sehingga pertumbuhan ekonomi ini dapat menjadi motivasi bagi pelaku usaha untuk terus meningkatkan kapasitas produksi.
Untuk itu, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulon Progo secara intensif terus melakukan pembinaan kepada para pelaku industri kecil dan menengah. Pengembangan dan pembinaan yang dilakukan secara umum ada tiga hal, yaitu pembinaan sumber daya manusia (pelaku) IKM, pengembangan sarana dan prasarana industri, serta pengelolaan kelembagaan sentra industri kecil dan menengah (IKM).
Pendampingan IKM
Pada tahun ini, Dinas Perdagangan dan Perindustrian melaksanakan pendampingan dalam rangka pengembangan dan diversifikasi produk untuk sentra IKM kerajinan. Pendampingan terhadap sentra IKM kerajinan ini didasarkan nilai ekspor kerajinan.
Sesaui data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo merupakan komoditi ekspor peringkat kedua terbesar untuk bidang kerajinan, dengan nilai sebesar 2,4 USD pada tahun 2022. Data tersebut sumbernya dari data BPS Kulon Progo pada 2022.
Melihat potensi ekspor yang semakin meningkat, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulon Progo bersama pemangku kepentingan lainnya terus mengupayakan dan memberdayakan pelaku IKM untuk dapat melakukan ekspor secara mandiri agar produk IKM yang berasal dari daerah itu semakin dikenal luas di mancanegara.
Hal inilah yang mendorong dinas perdagangan dan perindustrian untuk berupaya meningkatkan kualitas produk kerajinan melalui pelatihan pengembangan dan diversifikasi produk.
Selanjutnya, bentuk pendampingan dan pengembangan sentra IKM adalah dengan memberikan bantuan peralatan produksi bagi kelompok IKM yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produk industri. Sasaran pemberian hibah peralatan produksi adalah kelompok paling sedikit 10 orang, memiliki pengurus kelompok, minimal ketua, sekretaris, dan bendahara.
Kemudian, daftar peralatan produksi yang dimiliki saat ini dan yang dibutuhkan, dan tak kalah penting adalah kelompok tersebut telah berjalan setidaknya dua tahun dan konsisten dalam berproduksi.
Untuk itu, dinas perdagangan dan perindustrian mempersilakan bagi pelaku IKM Kulon Progo untuk mengajukan bantuan peralatan produksi tersebut sesuai persyaratan yang ditentukan, setelah itu dilakukan verifikasi sesuai persyaratan.
Penguatan IKM
Pelaku industri kecil dan menengah di Kabupaten Kulon Progo dilatih menjadi eksportir mandiri, sehingga ekspor produk tidak melalui pihak ketiga lagi.
Karena itu dinas perdangan dan perindustrian mengadakan pelatihan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) sebagai syarat supaya UMKM dapat melakukan ekspor sendiri.
Program ini untuk menjadikan Kulon Progo mempunyai eksportir sendiri. Dinas juga memberikan fasilitasi melalui pameran tingkat nasional, dimana pelaku usaha bertemu langsung dengan pembeli dari luar negeri.
Tercatat, saat ini ada sekitar 100 IKM di Kulon Progo. Ada beberapa anggaran yang dialokasikan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo untuk membantu pelaku UMKM di wilayahnya, meliputi pembinaan kualitas produk dan fasilitasi pemasaran melalui temu usaha dan pameran. Bantuan sarana UMKM difasilitasi oleh bidang industri berupa peralatan produksi.
Capaian ekspor di wilayah itu sebesar Rp374,5 miliar selama 2022, sedangkan pada 2021, capaian ekspor sekitar Rp177,8 miliar. Dengan demikian, pada 2022 naik 110,55 persen dibandingkan dengan pada 2021.
Peningkatan nilai ekspor di Kulon Progo pada 2022 karena pandemi COVID-19 mulai mereda, sehingga perekonomian menjadi bangkit.
Adapun komoditas ekspor Kulon Progo, yakni berbagai jenis produk serat tumbuhan, olahan makanan gula semut, kerajinan bambu, kerajinan kayu dan kerajinan batik. Ekspor barang masih dilakukan melalui tangan kedua, baik dari Jakarta, Surabaya, maupun Bali.
Kendala ekspor produk dari Kulon Progo, yakni pelaku usaha belum mengetahui strategi ekspor. Kemudian, pengetahuan tentang ekspor, tingkat kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, hingga kurangnya pangsa pasar yang diketahui oleh UMKM.
Hal ini yang menyebabkan mereka memilih menjual barang ke pihak kedua untuk dijual kembali. Mereka sudah nyaman menjadi supplier eksportir karena tidak adanya regenerasi terhadap usaha yang dilakukan.
Untuk itu, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kulon Progo melakukan berbagai upaya guna mengatasi persoalan tersebut, mulai dari kegiatan temu usaha dan pelatihan yang berkaitan dengan tata cara ekspor dan kualitas ekspor.
Dinas sebagai representasi hadirnya negara juga memberikan edukasi kepada pelaku usaha bahwa dengan ekspor sendiri, maka kesejahteraan pelaku usaha dapat lebih baik tanpa langsung memutuskan hubungan sebagai supplier.
Terminal ekspor
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) kini merencanakan pembangunan terminal ekspor di bekas Pasar Seni Sentolo.
Potensi ekspor dari Kulon Progo sangat besar, namun diekspor melalui pihak ketiga yang berada di Kabupaten Bantul.
Untuk itu, DPMPTSP merancang pemanfaatan Pasar Seni Sentolo dimanfaatkan sebagai terminal ekspor untuk mewaspadai pelaku usaha yang saat ini mengekspor komiditi melalui eksportir dari Kabupaten Bantul.
Terminal Ekspor di Sentolo memiliki lokasi yang strategis dengan Bandara Internasional Yogyakarta.
Sentolo sendiri merupakan kawasan peruntukan industri, seperti di Desa Tuksono dan Salamrejo.
Berdasarkan hasil kajian tim DPMPTSP, nilai produk kerajinan dari Kulon Progo menjadi berkali lipat setelah dikirim sebagai barang ekspor.
Hal ini harus ditangkap oleh pelaku usaha di Kulon Progo. DPMPTSP juga sudah berkomunikasi dengan perbankan untuk memfasilitasi pelaku usaha atau sebagai perantara dalam ekspor ini.
Ekspor merupakan masa depan kebangkitan ekonomi di Kulon Progo, sehingga pemerintah daerah untuk meningkatkan peluang ekspor kerajinan harus mendapatkan dukungan dari semua pihak, teramasuk dari pelaku IKM.