Chicago (ANTARA) - Emas merosot tajam ke terendah 6,5 bulan pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), memperpanjang kerugian untuk sesi ketiga berturut-turut dan jatuh di bawah level psikologis 1.900 dolar, di tengah berlanjutnya aliran uang investasi dari logam kuning menuju greenback dan imbal hasil obligasi pemerintah.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, anjlok 28,90 dolar AS atau 1,51 persen menjadi ditutup pada 1.890,90 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di 1.921,70 dolar AS. Harga terendah sebelumnya untuk emas Desember adalah 1.875,70 dolar AS, tercatat pada 13 Maret.

Harga emas berjangka jatuh 16,80 dolar AS atau 0,87 persen menjadi 1.919,80 dolar AS pada Selasa (26/9/2023), setelah tergelincir 9,00 dolar AS atau 0,46 persen menjadi 1.936,60 dolar AS pada Senin (25/9/2023), dan terangkat 6,00 dolar AS atau 0,31 persen menjadi 1.945,60 dolar AS pada Jumat (22/9/2023).

Penembusan emas di bawah angka 1.900 dolar AS juga telah memicu aksi jual teknis, begitu pula kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Prospek suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama mendorong dolar, membuat emas lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.

Dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS mengalami reli yang hampir tak terbendung. Indeks dolar mencapai level tertinggi yang belum pernah dicapai sejak November 2022. Dolar yang lebih kuat biasanya membuat mereka yang memegang mata uang lain enggan membeli komoditas dalam denominasi dolar, termasuk emas.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Emas anjlok, reli dolar dan imbal hasil obligasi AS tak terbendung

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024