Sleman (ANTARA) - Ribuan peserta dari 17 kapanewon (kecamatan) se-Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengikuti kirab yang menampilkan beragam tarian pada Pawai Budaya Garis Imajiner yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Sleman, Sabtu.
Pawai Budaya Garis Imajiner yang merupakan dukungan terhadap penetapan Sumbu Filosofis Yogyakarta sebagai warisan dunia ini dimulai dari gardu pandang Kaliurang dan berakhir di kawasan Tlogoputri.
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa membuka acara secara simbolis dengan pemukulan gong di panggung kesenian di kawasan Tlogoputri Kaliurang.
Danang mengatakan, agenda ini sebagai upaya melestarikan, mengembangkan serta memperkenalkan seni dan budaya yang ada di wilayah Kabupaten Sleman kepada masyarakat luas.
"Pawai Budaya Garis Imajiner ini juga sebagai media untuk mengedukasi masyarakat tentang sejarah berdirinya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat maupun Yogyakarta yang tidak bisa lepas dari garis imajiner yang memiliki sumbu filosofis," katanya.
Menurut dia, sumbu filosofis memiliki makna keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam.
"Garis ini memang imajiner, tetapi setidaknya bisa diwujudkan dengan perilaku budaya masyarakat," katanya.
Ia berharap kegiatan Pawai Budaya Garis Imajiner Kabupaten Sleman 2023 dapat menjadi salah satu sarana untuk menggali, mengenalkan, memasyarakatkan, melestarikan, serta mengukuhkan eksistensi budaya dan kesenian tradisional Kabupaten Sleman.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman Edy Winarya mengatakan, Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang dilalui garis imajiner.
"Hal ini menjadi salah satu latar belakang Sleman perlu melestarikan filosofi tersebut melalui Festival Garis Imajiner. Kegiatan ini mengusung tema 'Resik Ketitik, Reget Kejiret'. Tema ini diangkat berlatar belakang keprihatinan terhadap isu penanganan sampah yang belum tertangani dengan baik," katanya.
Dengan tema ini, kata dia, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penanganan sampah berbasis budaya.
"Selain itu, Festival Garis Imajiner diharapkan dapat menjadi wahana kreatifitas bagi seniman sekaligus mempertahankan eksistensi jati diri seni tradisional kerakyatan," katanya.
Dalam event yang dilaksanakan pada 28-29 Oktober 2023 itu masyarakat dapat mengikuti berbagai kegiatan seperti, pawai budaya, pentas seni dan UMKM, gelar seni kawasan candi, dan lomba film dokumenter.
Para peserta Pawai Budaya Garis Imajiner yang di selenggarakan Dinas Kebudayaan Sleman di kawasan wisata Kaliurang, Sabtu (28/10/2023). ANTARA/HO-Bagian Prokopim Setda Sleman
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ribuan peserta ikuti Pawai Budaya Garis Imajiner
Pawai Budaya Garis Imajiner yang merupakan dukungan terhadap penetapan Sumbu Filosofis Yogyakarta sebagai warisan dunia ini dimulai dari gardu pandang Kaliurang dan berakhir di kawasan Tlogoputri.
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa membuka acara secara simbolis dengan pemukulan gong di panggung kesenian di kawasan Tlogoputri Kaliurang.
Danang mengatakan, agenda ini sebagai upaya melestarikan, mengembangkan serta memperkenalkan seni dan budaya yang ada di wilayah Kabupaten Sleman kepada masyarakat luas.
"Pawai Budaya Garis Imajiner ini juga sebagai media untuk mengedukasi masyarakat tentang sejarah berdirinya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat maupun Yogyakarta yang tidak bisa lepas dari garis imajiner yang memiliki sumbu filosofis," katanya.
Menurut dia, sumbu filosofis memiliki makna keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam.
"Garis ini memang imajiner, tetapi setidaknya bisa diwujudkan dengan perilaku budaya masyarakat," katanya.
Ia berharap kegiatan Pawai Budaya Garis Imajiner Kabupaten Sleman 2023 dapat menjadi salah satu sarana untuk menggali, mengenalkan, memasyarakatkan, melestarikan, serta mengukuhkan eksistensi budaya dan kesenian tradisional Kabupaten Sleman.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman Edy Winarya mengatakan, Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang dilalui garis imajiner.
"Hal ini menjadi salah satu latar belakang Sleman perlu melestarikan filosofi tersebut melalui Festival Garis Imajiner. Kegiatan ini mengusung tema 'Resik Ketitik, Reget Kejiret'. Tema ini diangkat berlatar belakang keprihatinan terhadap isu penanganan sampah yang belum tertangani dengan baik," katanya.
Dengan tema ini, kata dia, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penanganan sampah berbasis budaya.
"Selain itu, Festival Garis Imajiner diharapkan dapat menjadi wahana kreatifitas bagi seniman sekaligus mempertahankan eksistensi jati diri seni tradisional kerakyatan," katanya.
Dalam event yang dilaksanakan pada 28-29 Oktober 2023 itu masyarakat dapat mengikuti berbagai kegiatan seperti, pawai budaya, pentas seni dan UMKM, gelar seni kawasan candi, dan lomba film dokumenter.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ribuan peserta ikuti Pawai Budaya Garis Imajiner