Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan semua skema riset RI-Australia tahap kedua bersifat terbuka, bukan hanya bagi periset BRIN, melainkan juga semua kalangan termasuk perguruan tinggi, lembaga riset, komunitas ilmiah, maupun masyarakat akademis.

“Bahkan periset BRIN kami perlakukan sebagai periset luar juga, sama persis, jadi tidak boleh di salah pahami,” kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara peluncuran program kemitraan kolaborasi pengetahuan dan inovasi Australia-Indonesia (Koneksi) di Jakarta, Senin.

Meski dibuat dalam skema terbuka, namun dirinya mengatakan bahwa program riset yang dilaksanakan tetap menerapkan prinsip top down, di mana proses pengambilan keputusan terjadi di tingkat teratas kemudian dikomunikasikan ke seluruh tim.

Ia mengatakan bahwa 50 persen dari program besar riset dan inovasi di top down atau ditentukan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), kemudian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), serta dari presiden secara khusus terkait pangan dan kesehatan.
 

“Jadi program-program yang sangat spesifik kami top down, tetapi yang melaksanakan itu akan dikompetisikan,” katanya.

Sejumlah program riset prioritas dan khusus, ujarnya, dipastikan akan dilaksanakan dan dilakukan oleh orang-orang periset terbaik dan memiliki proposal yang sounding.

“Jadi proposalnya excellent, dia mempunyai rekam jejak terbaik dan kuat di bidangnya, itu kami lihat, dari dua sisi ini kami lihat,”

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN: Skema riset RI-Australia tahap kedua terbuka bagi semua kalangan

Pewarta : Cahya Sari
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024