Sleman (ANTARA) - Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kustini Sri Purnomo menerima ubarampe (perlengkapan) Labuhan Merapi dari utusan Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kantor Kapanewon (Kecamatan) Cangkringan, Minggu.
Setelah diterima Bupati Sleman ubarampe Lahuhan Merapi kemudian diserahkan kepada juru kunci Gunung Merapi Wedono Surakso Hargo Asihono.
Kustini Sri Purnomo menyambut baik pelaksanaan tradisi upacara adat Labuhan Merapi.
Menurut dia, Labuhan Merapi bukan hanya sekadar tradisi, namun menjadi bentuk syukur manusia kepada Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia yang telah diberikan.
"Melalui tradisi Labuhan Merapi ini menunjukkan sikap gotong royong, guyub rukun, golong gilig, dan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus memperingati Tingalan Jumenengan Dalem (peringatan naik tahta) Sri Sultan Hamengku Buwono X," katanya.
Kustini merasa bangga dengan antusiasme masyarakat Sleman dalam menyambut dan berpartisipasi dalam upacara adat Labuhan Merapi ini.
"Ini menjadi pembuktian bahwa upacara adat Labuhan Merapi masih sangat mengakar pada masyarakat dan relevan untuk dilakukan sampai saat ini, karena memiliki filosofi yang bijaksana dan mengandung nilai luhur serta mencerminkan masyarakat Yogyakarta yang agamis, humanis, dan berbudaya," katanya.
Labuhan Merapi merupakan tradisi rutin tahunan dalam rangka memperingati Tingalan Jumenengan Dalem atau peringatan naik tahta Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Adapun ubarampe yang diserahterimakan terdiri atas Sinjang Kawung Kemplang, Semekan Gadung, Semekan Gadung Mlati, Kampuh Paleng, Desthar Daramuluk, Desthar Udaraga, Arta Tindih, dan lainnya.
Setelah prosesi serah terima, ubarampe tersebut dibawa ke petilasan Mbah Maridjan yang berada di Dusun Kinahrejo, Cangkringandan dan akan dibawa ke Bangsal Sri Manganti di Gunung Merapi untuk prosesi labuhan pada Senin (12/2) pagi.
Setelah diterima Bupati Sleman ubarampe Lahuhan Merapi kemudian diserahkan kepada juru kunci Gunung Merapi Wedono Surakso Hargo Asihono.
Kustini Sri Purnomo menyambut baik pelaksanaan tradisi upacara adat Labuhan Merapi.
Menurut dia, Labuhan Merapi bukan hanya sekadar tradisi, namun menjadi bentuk syukur manusia kepada Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia yang telah diberikan.
"Melalui tradisi Labuhan Merapi ini menunjukkan sikap gotong royong, guyub rukun, golong gilig, dan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus memperingati Tingalan Jumenengan Dalem (peringatan naik tahta) Sri Sultan Hamengku Buwono X," katanya.
Kustini merasa bangga dengan antusiasme masyarakat Sleman dalam menyambut dan berpartisipasi dalam upacara adat Labuhan Merapi ini.
"Ini menjadi pembuktian bahwa upacara adat Labuhan Merapi masih sangat mengakar pada masyarakat dan relevan untuk dilakukan sampai saat ini, karena memiliki filosofi yang bijaksana dan mengandung nilai luhur serta mencerminkan masyarakat Yogyakarta yang agamis, humanis, dan berbudaya," katanya.
Labuhan Merapi merupakan tradisi rutin tahunan dalam rangka memperingati Tingalan Jumenengan Dalem atau peringatan naik tahta Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Adapun ubarampe yang diserahterimakan terdiri atas Sinjang Kawung Kemplang, Semekan Gadung, Semekan Gadung Mlati, Kampuh Paleng, Desthar Daramuluk, Desthar Udaraga, Arta Tindih, dan lainnya.
Setelah prosesi serah terima, ubarampe tersebut dibawa ke petilasan Mbah Maridjan yang berada di Dusun Kinahrejo, Cangkringandan dan akan dibawa ke Bangsal Sri Manganti di Gunung Merapi untuk prosesi labuhan pada Senin (12/2) pagi.