Yogyakarta (ANTARA) - Dosen Peternakan dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Nanung Danar Dono mengingatkan masyarakat agar tidak menyembelih dan mengonsumsi hewan ternak, baik sapi maupun kambing yang mati karena sakit untuk mencegah penyebaran antraks.
"Daging bangkai tidak boleh dikonsumsi karena matinya karena zoonosis bisa menular ke manusia," kata Nanung dalam keterangan resmi di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, untuk hewan yang sakit sebaiknya diisolasi untuk diobati terlebih dahulu hingga betul-betul dinyatakan sehat.
Namun, jika ditemukan ternak hewan yang sudah mati yang ditengarai terkena antraks sebaiknya langsung dikubur atau dikremasi di lokasi.
"Jika tidak ada alat kremasi, maka dikubur saja ditimbun lalu disemen, tidak boleh dibongkar selamanya karena spora sangat awet, antidesinfektan sehingga penting adanya literasi dan edukasi agar kasus seperti ini tidak terulang kembali," kata dia.
Nanung menyarankan agar hewan yang mati karena sakit tidak dipindah ke tempat lain, sebab jika hewan mati tersebut mengeluarkan darah maka tercecer dan menyebarkan spora di sepanjang jalan. "Jika dipindah, besar kemungkinan spora tercecer ke mana-mana," kata dia.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni menilai munculnya kembali kasus antraks di Kecamatan Gedamgsari, Gunungkidul disebabkan oleh spora dari bacillus anthracis yang bersumber dari hewan yang disembelih atau dari lingkungan ternak.
Namun demikian, penyakit antraks ini menurut dia, tidak hanya menjangkiti hewan ternak lainnya namun juga menular ke manusia.
Dia menyarankan hewan yang terserang antraks maupun lokasi yang menjadi sumber anthrax harus diisolasi dengan tidak boleh ada satu pun lalu lintas ternak yang keluar masuk lokasi.
"Tidak boleh juga sembarang orang keluar masuk di wilayah tersebut dan hanya petugas yang sudah ditetapkan," kata dia.
Selain melakukan isolasi, para peternak juga perlu meningkatkan biosekuriti serta melakukan pengobatan pada hewan yang sakit serta memberi tambahan suplemen.
Menurut dia, hewan yang terjangkit bakteri antraks bisa diobati karena bakteri ini mudah mati jika diberi antibiotik, antiseptik, desinfektan dan pada suhu di atas 54 derajat Celcius selama 30 menit.
Sementara untuk hewan yang sehat, kata Agnesia Endang, diharuskan diberi vaksinasi selama dua kali selama setahun.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ahli UGM ingatkan masyarakat tidak sembelihternak mati cegah antraks
"Daging bangkai tidak boleh dikonsumsi karena matinya karena zoonosis bisa menular ke manusia," kata Nanung dalam keterangan resmi di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, untuk hewan yang sakit sebaiknya diisolasi untuk diobati terlebih dahulu hingga betul-betul dinyatakan sehat.
Namun, jika ditemukan ternak hewan yang sudah mati yang ditengarai terkena antraks sebaiknya langsung dikubur atau dikremasi di lokasi.
"Jika tidak ada alat kremasi, maka dikubur saja ditimbun lalu disemen, tidak boleh dibongkar selamanya karena spora sangat awet, antidesinfektan sehingga penting adanya literasi dan edukasi agar kasus seperti ini tidak terulang kembali," kata dia.
Nanung menyarankan agar hewan yang mati karena sakit tidak dipindah ke tempat lain, sebab jika hewan mati tersebut mengeluarkan darah maka tercecer dan menyebarkan spora di sepanjang jalan. "Jika dipindah, besar kemungkinan spora tercecer ke mana-mana," kata dia.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni menilai munculnya kembali kasus antraks di Kecamatan Gedamgsari, Gunungkidul disebabkan oleh spora dari bacillus anthracis yang bersumber dari hewan yang disembelih atau dari lingkungan ternak.
Namun demikian, penyakit antraks ini menurut dia, tidak hanya menjangkiti hewan ternak lainnya namun juga menular ke manusia.
Dia menyarankan hewan yang terserang antraks maupun lokasi yang menjadi sumber anthrax harus diisolasi dengan tidak boleh ada satu pun lalu lintas ternak yang keluar masuk lokasi.
"Tidak boleh juga sembarang orang keluar masuk di wilayah tersebut dan hanya petugas yang sudah ditetapkan," kata dia.
Selain melakukan isolasi, para peternak juga perlu meningkatkan biosekuriti serta melakukan pengobatan pada hewan yang sakit serta memberi tambahan suplemen.
Menurut dia, hewan yang terjangkit bakteri antraks bisa diobati karena bakteri ini mudah mati jika diberi antibiotik, antiseptik, desinfektan dan pada suhu di atas 54 derajat Celcius selama 30 menit.
Sementara untuk hewan yang sehat, kata Agnesia Endang, diharuskan diberi vaksinasi selama dua kali selama setahun.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ahli UGM ingatkan masyarakat tidak sembelihternak mati cegah antraks