Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta menggencarkan sosialisasi pencegahan penyebaran kasus DBD, antara lain dengan mengimbau masyarakat mewaspadai demam berdarah dengue karena kasusnya terus meningkat pada 2024 ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Sri Budi Utami di Kulon Progo Jumat mengatakan, kasus DBD di Kulon Progo dari Januari sampai akhir April tercatat sebanyak 190 kasus.
"Saat ini sedang perubahan cuaca yang cukup panas, membuat aktivitas nyamuk penyebar DBD lebih meningkat. Untuk itu, kami imbau masyarakat mewaspadai penyebaran DBD," kata Sri Budi.
Ia menjelaskan, sejak Januari hingga April 2024, tren DBD terus meningkat. Penyebaran DBD berpotensi semakin meningkat memasuki musim kemarau.
Berdasarkan data yang diberikan, suspek DBD di Kulon Progo terus mengalami kenaikan sepanjang 2024 ini. Pada Januari tercatat sebanyak 70 suspek, dan terus naik sampai April lalu mencapai 190 suspek.
Penyebaran DBD di Kulon Progo juga mulai meluas. Namun konsentrasi kasusnya kebanyakan berada di zona selatan, seperti Kapanewon (kecamatan) Wates, Galur, dan Lendah.
"Wilayah selatan ini jadi perhatian kami untuk penanganan DBD," katanya.
Sri Budi mengatakan, Dinkes Kulon Progo melalui petugas kesehatan di puskesmas melaksanakan sosialisasi menjaga lingkungan sehat dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Selain itu, di wilayah yang banyak ditemukan dilakukan pengasapan. Pengasapan dilakukan berdasarkan hasil surveilans epidemiologi yang dilakukan petugas kesehatan setempat.
Meski begitu, Budi berharap masyarakat tidak berharap sepenuhnya pada pengasapan. Hal ini dikarenakan cara tersebut tidak sepenuhnya membasmi nyamuk penyebab DBD.
"Yang utama adalah PSN, bukan pengasapan," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulon Progo Arif Mustofa mengatakan, langkah antisipasi DBD sudah dilakukan sejak awal tahun ini. Salah satunya lewat surat edaran (SE).
Seluruh fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap tren kasus DBD. Termasuk memastikan kesiapan logistik penanganan di masing-masing fasyankes.
"Kami juga mengimbau masyarakat memeriksakan diri jika mengalami gejala DBD seperti demam tinggi, ada ruam merah, serta nyeri ulu hati," kata Arif.
Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Sri Budi Utami di Kulon Progo Jumat mengatakan, kasus DBD di Kulon Progo dari Januari sampai akhir April tercatat sebanyak 190 kasus.
"Saat ini sedang perubahan cuaca yang cukup panas, membuat aktivitas nyamuk penyebar DBD lebih meningkat. Untuk itu, kami imbau masyarakat mewaspadai penyebaran DBD," kata Sri Budi.
Ia menjelaskan, sejak Januari hingga April 2024, tren DBD terus meningkat. Penyebaran DBD berpotensi semakin meningkat memasuki musim kemarau.
Berdasarkan data yang diberikan, suspek DBD di Kulon Progo terus mengalami kenaikan sepanjang 2024 ini. Pada Januari tercatat sebanyak 70 suspek, dan terus naik sampai April lalu mencapai 190 suspek.
Penyebaran DBD di Kulon Progo juga mulai meluas. Namun konsentrasi kasusnya kebanyakan berada di zona selatan, seperti Kapanewon (kecamatan) Wates, Galur, dan Lendah.
"Wilayah selatan ini jadi perhatian kami untuk penanganan DBD," katanya.
Sri Budi mengatakan, Dinkes Kulon Progo melalui petugas kesehatan di puskesmas melaksanakan sosialisasi menjaga lingkungan sehat dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Selain itu, di wilayah yang banyak ditemukan dilakukan pengasapan. Pengasapan dilakukan berdasarkan hasil surveilans epidemiologi yang dilakukan petugas kesehatan setempat.
Meski begitu, Budi berharap masyarakat tidak berharap sepenuhnya pada pengasapan. Hal ini dikarenakan cara tersebut tidak sepenuhnya membasmi nyamuk penyebab DBD.
"Yang utama adalah PSN, bukan pengasapan," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulon Progo Arif Mustofa mengatakan, langkah antisipasi DBD sudah dilakukan sejak awal tahun ini. Salah satunya lewat surat edaran (SE).
Seluruh fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap tren kasus DBD. Termasuk memastikan kesiapan logistik penanganan di masing-masing fasyankes.
"Kami juga mengimbau masyarakat memeriksakan diri jika mengalami gejala DBD seperti demam tinggi, ada ruam merah, serta nyeri ulu hati," kata Arif.