Badung, Bali (ANTARA) - Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada World Water Forum ke-10 di Bali berkomitmen merawat dan mempertahankan kelestarian sistem pengairan pertanian Bali atau yang biasa disebut dengan Subak sebagai bagian dari warisan budaya dunia
“Salah satu upaya, termasuk melakukan advokasi perlindungan warisan budaya terkait dengan air demi mengatasi tantangan permasalahan air di abad ke-21, semuanya sangat terkait erat dalam konteks Subak,” kata Wakil Direktur Jenderal UNESCO, Xing Qu di Badung, Bali, Rabu.
Sistem irigasi subak telah ada sejak ribuan tahun silam dan bertahan sampai kini karena dijaga secara turun temurun. Pada 29 Juni 2012 UNESCO pun menetapkan bahwa Subak sebagai warisan budaya dunia dan hingga saat ini tetap konsisten berkomitmen mempertahankannya.
Xing Qu memaparkan sejumlah inisiatif dan program yang dilakukan UNESCO dalam meningkatkan promosi dan edukasi terkait dengan bagaimana memanfaatkan air secara bijak.
Sejumlah inisiatif itu diantaranya dukungan pendidikan terkait dengan pengelolaan air, peningkatan kapasitas, dan memfasilitasi kerja sama air lintas batas. Upaya itu selaras dengan semangat yang digaungkan dalam World Water Forum ke-10 di Bali.
“Kita harus merefleksikan kembali bagaimana hubungan kita dengan air, bagaimana selama ini kita telah mengkonsumsi dan mengolah air. Kami juga akan merilis inisiatif-inisiatif baru di Indonesia untuk mendukung pengelolaan air yang lebih berkelanjutan,” ungkapnya.
Lebih lanjut Xing Qu menyampaikan kekagumannya terkait kehidupan masyarakat Bali yang selalu berhubungan erat dengan air mulai dari lahir hingga meninggal, berbagai upacara dan ritual yang dilakukan umat Hindu di Bali selalu melekat dengan air.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: UNESCO sampaikan komitmen pertahankan subak sebagai warisan budaya