Yogyakarta (ANTARA) - Desainer muda asal Yogyakarta Geralda Almira Pribadi menampilkan karya busana bertema garis imajiner Yogyakarta pada gelaran Jogja Fashion Week 2024 di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta, Minggu.
Pada gelaran Jogja Fashion Week (JFW) hari terakhir itu Geralda menampilkan enam koleksi yang mempresentasikan keberlanjutan dengan tetap memperhatikan budaya Yogyakarta melalui garis imajiner.
"Saya mempresentasikan karya saya melalui garis imajiner Yogyakarta yang menghubungkan Pantai Selatan, Panggung Krapyak, Keraton, Tugu Pal Putih, dan Gunung Merapi," kata Geralda di sela acara penutupan JFW 2024, di JEC Yogyakarta, Minggu.
Geralda mengemukakan garis imajiner itu dipresentasikan melalui beberapa look atau tampilan, di antaranya tampilan lengan bergelombang yang mempresentasikan lahar Gunung Merapi dan ombak Laut Selatan. Ada pula look sebuah boks yang melambangkan Panggung Krapyak.
"Bahkan, look terakhir saya buat dari sisa-sisa kain batik, yang mengandung arti arti sekecil apapun kain batik itu pasti ada artinya dan mempunyai filosofi tersendiri," kata desainer perempuan berusia 23 tahun itu.
Geralda menjelaskan ketertarikannya pada kain batik karena sering melihat proses membatik. Geralda melihat setiap tahapan membatik itu dilakukan dengan detail serta mempunyai filosofi tersendiri dan makna mendalam.
"Saya dari kecil melihat proses membatik, setiap tahapan dilakukan dengan detail serta mempunyai makna mendalam dan memiliki filosofi tersendiri. Saya tertarik mengangkat salah satu filosofi, yakni garis imajiner Yogyakarta," ujarnya.
Atas dasar itu, kata Geralda, enam koleksinya yang ditampilkan pada JFW 2024 menggunakan kain batik. Kain batik yang dipilihnya adalah batik prada, yakni kain batik yang sebagian motifnya diberi sentuhan warna keemasan.
"Untuk lebih menarik minat anak muda terhadap batik, saya padukan dengan denim dan kain-kain lain yang memberikan kesan lebih modern. Dengan harapan anak muda tertarik untuk mengenakan pakaian batik," kata Geralda.
Sementara itu, desainer senior Yogyakarta Afif Syakur dalam JFW 2024 menampilkan koleksi batik bukan yang berbahan dasar kain mori, melainkan linen bermotif kotak-kotak dan garis-garis. Koleksi yang ditampilkannya mengedepankan konsep batik modern.
Menurut Afif, bahan itu kemudian diberi motif yang disederhanakan dan hasilnya adalah batik kekinian. Afif mengkreasikan garis desain dan material yang semua sudah dikembangkan sesuai produk berbasis batik masa kini.
"Saya berharap batik dapat mengikuti perkembangan zaman dan mampu menarik minat generasi muda atau Gen Z. Gen Z tidak berpikir bahwa batik itu harus ada isian maupun ornamen pokok, tetapi ada motif-motif yang bisa diolah menjadi sesuatu unik dan bisa dipakai anak muda," tuturnya.
Pada gelaran Jogja Fashion Week (JFW) hari terakhir itu Geralda menampilkan enam koleksi yang mempresentasikan keberlanjutan dengan tetap memperhatikan budaya Yogyakarta melalui garis imajiner.
"Saya mempresentasikan karya saya melalui garis imajiner Yogyakarta yang menghubungkan Pantai Selatan, Panggung Krapyak, Keraton, Tugu Pal Putih, dan Gunung Merapi," kata Geralda di sela acara penutupan JFW 2024, di JEC Yogyakarta, Minggu.
Geralda mengemukakan garis imajiner itu dipresentasikan melalui beberapa look atau tampilan, di antaranya tampilan lengan bergelombang yang mempresentasikan lahar Gunung Merapi dan ombak Laut Selatan. Ada pula look sebuah boks yang melambangkan Panggung Krapyak.
"Bahkan, look terakhir saya buat dari sisa-sisa kain batik, yang mengandung arti arti sekecil apapun kain batik itu pasti ada artinya dan mempunyai filosofi tersendiri," kata desainer perempuan berusia 23 tahun itu.
Geralda menjelaskan ketertarikannya pada kain batik karena sering melihat proses membatik. Geralda melihat setiap tahapan membatik itu dilakukan dengan detail serta mempunyai filosofi tersendiri dan makna mendalam.
"Saya dari kecil melihat proses membatik, setiap tahapan dilakukan dengan detail serta mempunyai makna mendalam dan memiliki filosofi tersendiri. Saya tertarik mengangkat salah satu filosofi, yakni garis imajiner Yogyakarta," ujarnya.
Atas dasar itu, kata Geralda, enam koleksinya yang ditampilkan pada JFW 2024 menggunakan kain batik. Kain batik yang dipilihnya adalah batik prada, yakni kain batik yang sebagian motifnya diberi sentuhan warna keemasan.
"Untuk lebih menarik minat anak muda terhadap batik, saya padukan dengan denim dan kain-kain lain yang memberikan kesan lebih modern. Dengan harapan anak muda tertarik untuk mengenakan pakaian batik," kata Geralda.
Sementara itu, desainer senior Yogyakarta Afif Syakur dalam JFW 2024 menampilkan koleksi batik bukan yang berbahan dasar kain mori, melainkan linen bermotif kotak-kotak dan garis-garis. Koleksi yang ditampilkannya mengedepankan konsep batik modern.
Menurut Afif, bahan itu kemudian diberi motif yang disederhanakan dan hasilnya adalah batik kekinian. Afif mengkreasikan garis desain dan material yang semua sudah dikembangkan sesuai produk berbasis batik masa kini.
"Saya berharap batik dapat mengikuti perkembangan zaman dan mampu menarik minat generasi muda atau Gen Z. Gen Z tidak berpikir bahwa batik itu harus ada isian maupun ornamen pokok, tetapi ada motif-motif yang bisa diolah menjadi sesuatu unik dan bisa dipakai anak muda," tuturnya.