Gunungkidul (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menganggarkan Rp39,5 juta untuk perbaikan Pabrik Es Sari Tirta Mina yang sangat strategis memenuhi kebutuhan es balok untuk nelayan di wilayah itu.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Gunungkidul Wahid Supriyadi di Gunungkidul, Kamis, mengatakan akibat listrik padam dan kerusakan mesin Pabrik Es Sari Tirta Mina berhenti beroperasi.
"Upaya untuk perbaikan telah dilakukan melalui perubahan APBD 2024 dengan biaya yang tersedia sejumlah Rp39,5 juta guna perbaikan floater control amonia, dudukan agitator, dan tilter (alat bongkar es balok)," kata Wahid.
Ia mengatakan kronologi kerusakan pabrik es, yakni 14 Juli 2024 terjadi kebocoran gas amonia dikarenakan kerusakan pada floating control sehingga harus dikendalikan secara manual untuk kelangsungan produksi pabrik es.
Selanjutnya, 23 Juli 2024 kerusakan agitator berupa kipas untuk pemutar air garam sebagai sarana pendingin. Pada 7 September 2024 terjadi mati listrik, yang kemudian saat mesin dihidupkan suara yang muncul sangat keras.
"Untuk menghindari kemungkinan kerusakan yang lebih parah, operasional mesin dihentikan. Sejak saat itu pabrik es tidak berproduksi," katanya.
Wahid mengatakan saat ini sedang proses perbaikan untuk pemasangan floater control amonia. Sementara itu juga akan dilanjutkan dengan overhaul compressor untuk mengatasi suara mesin yang sangat keras dengan perkiraan biaya hampir 100 juta.
Berhentinya produksi Pabrik Es Sari Tirta Mina menyebabkan pasokan es balok untuk nelayan dan pedagang ikan menjadi terganggu selama lebih dari 10 hari ini.
"Kerusakan yang beruntun tersebut dimungkinkan karena usia teknis dari mesin pabrik es telah terlampaui sejak dioperasionalkan tahun 2009," katanya.
Lebih lanjut, Wahid mengatakan kapasitas produksi pabrik es sebesar 10 ton. Kegiatan rehabilitasi pabrik es telah diusulkan melalui dana alokasi khusus Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk 2025 sejumlah Rp850 juta.
Selain itu, DKP Gunungkidul mengusulkan perbaikan melalui dana keistimewaan sebesar Rp934 juta.
"Saat ini, pendapatan asli daerah dari penjualan produksi es balok ditargetkan sebesar Rp520 juta dan telah tercapai sebesar Rp348 juta atau 66,9 persen," katanya.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Gunungkidul Wahid Supriyadi di Gunungkidul, Kamis, mengatakan akibat listrik padam dan kerusakan mesin Pabrik Es Sari Tirta Mina berhenti beroperasi.
"Upaya untuk perbaikan telah dilakukan melalui perubahan APBD 2024 dengan biaya yang tersedia sejumlah Rp39,5 juta guna perbaikan floater control amonia, dudukan agitator, dan tilter (alat bongkar es balok)," kata Wahid.
Ia mengatakan kronologi kerusakan pabrik es, yakni 14 Juli 2024 terjadi kebocoran gas amonia dikarenakan kerusakan pada floating control sehingga harus dikendalikan secara manual untuk kelangsungan produksi pabrik es.
Selanjutnya, 23 Juli 2024 kerusakan agitator berupa kipas untuk pemutar air garam sebagai sarana pendingin. Pada 7 September 2024 terjadi mati listrik, yang kemudian saat mesin dihidupkan suara yang muncul sangat keras.
"Untuk menghindari kemungkinan kerusakan yang lebih parah, operasional mesin dihentikan. Sejak saat itu pabrik es tidak berproduksi," katanya.
Wahid mengatakan saat ini sedang proses perbaikan untuk pemasangan floater control amonia. Sementara itu juga akan dilanjutkan dengan overhaul compressor untuk mengatasi suara mesin yang sangat keras dengan perkiraan biaya hampir 100 juta.
Berhentinya produksi Pabrik Es Sari Tirta Mina menyebabkan pasokan es balok untuk nelayan dan pedagang ikan menjadi terganggu selama lebih dari 10 hari ini.
"Kerusakan yang beruntun tersebut dimungkinkan karena usia teknis dari mesin pabrik es telah terlampaui sejak dioperasionalkan tahun 2009," katanya.
Lebih lanjut, Wahid mengatakan kapasitas produksi pabrik es sebesar 10 ton. Kegiatan rehabilitasi pabrik es telah diusulkan melalui dana alokasi khusus Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk 2025 sejumlah Rp850 juta.
Selain itu, DKP Gunungkidul mengusulkan perbaikan melalui dana keistimewaan sebesar Rp934 juta.
"Saat ini, pendapatan asli daerah dari penjualan produksi es balok ditargetkan sebesar Rp520 juta dan telah tercapai sebesar Rp348 juta atau 66,9 persen," katanya.