Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mengaku kerap bingung dalam merespons pujian kepala negara lain terhadap kemegahan Istana Kepresidenan yang ada selama ini.

Hal itu disampaikan Presiden dalam sambutannya di acara Silaturahmi Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama se-Indonesia (AFKUBI) di Istana Kepresidenan, Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Rabu.

"Saya sering bercerita kalau pas dapat tamu perdana menteri atau presiden dari negara lain, baik masuk ke Istana Bogor, baik masuk ke Istana Jakarta, atau saya terima di Istana Yogyakarta, selalu tamu kita itu kagum, waduh istananya bagus, gedungnya bagus," kata Jokowi mengawali ceritanya.

Jokowi kemudian menyampaikan dirinya bingung bagaimana harus merespons pujian-pujian tersebut, sebab Istana Kepresidenan yang ada selama ini adalah warisan pembangunan era kolonial.

"Saya kadang-kadang mikir ini saya mau jawab apa. Indah tapi ini bukan buatan kita, buatan kolonial Belanda. Mau saya sampaikan apa adanya kok kita merasa inferior gitu," jelasnya.

Dia mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa ketika mendengar pujian tersebut.

"Itulah perasaan saya. Dipuji tapi saya nggak bisa apa-apa. Karena saya tahu, mereka juga tahu itu bukan kita yang bikin, saya kan nggak tahu dia nyindir atau dia memang benar-benar ingin menyampaikan kekagumannya," jelas Jokowi.

Oleh karena itu, kata Jokowi, pemindahan ibu kota yang sudah muncul sejak Presiden Soekarno, dicetuskan kembali.

"2014 setelah saya dilantik saat itu saya perintahkan kepada Bappenas untuk mengkaji lagi, coba cek lagi titik-titik mana yang memungkinkan untuk kepindahan," jelasnya.

Dia mengatakan selama 4 sampai 5 tahun kajian itu selesai dengan berbagai pilihan lokasi ibu kota baru, antara lain di Palangkaraya, Kalimantan Selatan, Mamuju, dan Kalimantan Timur

"Kemudian kita putuskan di sini (Kalimantan Timur)," jelasnya.





Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Presiden akui kerap bingung merespons pujian soal istana kepresidenan

Pewarta : Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024