Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta meminta sekolah mewaspadai penularan penyakit parotitis atau gondongan di kalangan siswa.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah di Yogyakarta, Senin, mengatakan kewaspadaan perlu ditingkatkan seiring peningkatan laporan kasus itu, khususnya pada siswa usia sekolah dasar.
"Ada laporan peningkatan kasus gondongan di Kota Yogyakarta," kata Lana.
Menurut dia, parotitis atau gondongan yang dipicu infeksi virus paramyxovirus bisa ditularkan melalui percikan luar atau droplet sehingga rawan ditularkan di kalangan para siswa selama berinteraksi di sekolah.
"Ini menjadikan risiko penularan yang tinggi," kata dia.
Sejumlah puskesmas di Kota Yogyakarta, ujar Lana, melaporkan banyak temuan gejala klinis gondongan pada anak usia SD selama Agustus hingga September 2024.
Beberapa gejala itu antara lain pipi bengkak, nyeri menelan, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri perut, mudah lelah, hingga nafsu makan turun.
Oleh karena itu, ia mengimbau sekolah menggencarkan edukasi kapada para siswa untuk melakukan pencegahan penularan dengan membiasakan mencuci tangan setelah bersentuhan dan berada pada lingkungan berisiko, serta menjaga jarak interaksi dengan siswa, pendidik dan tenaga kependidikan yang sakit.
"Menggunakan masker bagi warga sekolah yang ditemukan parotitis atau gondongan sampai dengan tujuh hari setelah kasus terakhir sembuh," kata dia.
Berikutnya, membatasi interaksi atau meliburkan siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan yang dinyatakan sakit parotitis atau gondongan di sekolah sekurang-kurang dalam tujuh hari sejak munculnya gejala sakit.
Terkait pencegahan penyakit ini, menurut Lana, Dinkes Kota Yogyakarta telah berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat.
Seluruh puskesmas juga diminta lebih peka menangkap informasi terkait kejadian penyakit parotitis di masyarakat.
Epidemiolog dan Ketua Tim Kerja Surveilans Dinas kesehatan Kota Yogyakarta Solikhin Dwi menuturkan penyakit gondongan umumnya tidak berbahaya jika tidak terjadi komplikasi.
"Namun jika terjadi penularan secara massif di sekolah, pondok dan lainnya akan mengganggu kenyamanan anak karena sakitnya dan kegiatan belajar mengajar di sekolah atau pondok akan terganggu," kata dia.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah di Yogyakarta, Senin, mengatakan kewaspadaan perlu ditingkatkan seiring peningkatan laporan kasus itu, khususnya pada siswa usia sekolah dasar.
"Ada laporan peningkatan kasus gondongan di Kota Yogyakarta," kata Lana.
Menurut dia, parotitis atau gondongan yang dipicu infeksi virus paramyxovirus bisa ditularkan melalui percikan luar atau droplet sehingga rawan ditularkan di kalangan para siswa selama berinteraksi di sekolah.
"Ini menjadikan risiko penularan yang tinggi," kata dia.
Sejumlah puskesmas di Kota Yogyakarta, ujar Lana, melaporkan banyak temuan gejala klinis gondongan pada anak usia SD selama Agustus hingga September 2024.
Beberapa gejala itu antara lain pipi bengkak, nyeri menelan, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri perut, mudah lelah, hingga nafsu makan turun.
Oleh karena itu, ia mengimbau sekolah menggencarkan edukasi kapada para siswa untuk melakukan pencegahan penularan dengan membiasakan mencuci tangan setelah bersentuhan dan berada pada lingkungan berisiko, serta menjaga jarak interaksi dengan siswa, pendidik dan tenaga kependidikan yang sakit.
"Menggunakan masker bagi warga sekolah yang ditemukan parotitis atau gondongan sampai dengan tujuh hari setelah kasus terakhir sembuh," kata dia.
Berikutnya, membatasi interaksi atau meliburkan siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan yang dinyatakan sakit parotitis atau gondongan di sekolah sekurang-kurang dalam tujuh hari sejak munculnya gejala sakit.
Terkait pencegahan penyakit ini, menurut Lana, Dinkes Kota Yogyakarta telah berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat.
Seluruh puskesmas juga diminta lebih peka menangkap informasi terkait kejadian penyakit parotitis di masyarakat.
Epidemiolog dan Ketua Tim Kerja Surveilans Dinas kesehatan Kota Yogyakarta Solikhin Dwi menuturkan penyakit gondongan umumnya tidak berbahaya jika tidak terjadi komplikasi.
"Namun jika terjadi penularan secara massif di sekolah, pondok dan lainnya akan mengganggu kenyamanan anak karena sakitnya dan kegiatan belajar mengajar di sekolah atau pondok akan terganggu," kata dia.